Netra merahnya menatap ke sekeliling, dirinya ingat benar bahwa sebelumnya ia tengah terlelap di ranjangnya sendiri. Lantas bagaimana bisa tiba-tiba ia berada di rumah milik keluarga dulu?
Ia pun bangkit dari tidurnya dan segera berkeliling, dirinya yakin pasti ada suatu sebab kenapa dirinya bisa berada di tempat itu. Langkahnya pun terhenti di depan lukisan besar yang tergantung di lantai dua rumah tersebut, perasaan sedih itu selalu menghampiri dirinya tiap kali ia memandang lukisan tersebut.
"Ah, jadi kau sudah sadar?"
Ajul pun segera membalikkan badannya, sungguh dirinya benar-benar terkejut atas kehadiran orang tersebut. Suaranya benar-benar mirip dengan dirinya sendiri, yang mana ia pun mengenakan topeng yang sama dengan dirinya. Selain kedua netra orang tersebut yang nampak kontras, Ajul tidak tahu apalagi yang berbeda dari kondisi fisik keduanya.
"Sampai kapan kau akan terus berada di dalam pikiranku?" tanya Ajul yang dibalas kekehan oleh pemuda itu. "Apa maksud pertanyaanmu? Aku adalah dirimu, Azazel."
Ajul pun menggeleng. "Tidak mungkin, ini benar-benar tidak masuk akal. Jika kau memang benar diriku, kenapa kau baru muncul sekarang?"
Pemuda itu pun melangkah mendekatinya, senyuman miring terpatri di bibirnya. "Itu karena kau telah melihat ke masa lalu, melihat semua kesalahanmu, dan juga ... menginginkan keluargamu kembali."
Ajul pun menghela napas. "Tentu saja aku menginginkan keluargaku kembali, apa maksudmu? Hanya merekalah yang aku punya selama ini!"
Tawa pun lepas dari pemuda itu. "Apakah kau benar-benar yakin akan hal itu, Diriku?" Ia pun kembali melangkah mendekatinya. "Kau sendiri telah membantu Ubi dalam pembantaian Asgardian dan juga saat perebutan senjata ketiga."
Pemuda itu pun mulai berjalan perlahan mengitarinya. "Kau juga masih cukup tempramental dan mudah membalaskan dendam demi orang lain."
"Kau pun sering menyalahkan Aliansi atas berbagai macam sebab. Kini pertanyaanku, apa hasil yang telah kau dapatkan dari semua itu, Azazel?"
Ajul pun mundur beberapa langkah sembari menggeleng, matanya terbelalak tidak percaya. "Tidak-tidak, itu tidak mungkin. Kau jangan bilang bahwa selama ini ...."
Pemuda itu menghela napas. "Azazel-Azazel, bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kau menginginkan keluargamu kembali?"
"Tidak-tidak, kau pasti sedang mencoba memanipulasi diriku, bukan?" sanggah Ajul yang membuat pemuda itu tertawa. "Tidakkah kau pernah bertanya-tanya kepada dirimu sendiri, Azazel?"
"Itulah yang selama ini aku tanyakan kepada diriku sendiri," lirihnya, ia pun menunduk sembari mengepalkan tangannya. "Apakah selama ini yang telah aku lakukan ini benar? Ataukah justru selama ini aku tengah berjalan di jalan yang salah?"
"Sayangnya ... kau selama ini telah bertanya kepada dirimu yang salah." Pemuda itu pun terkekeh. "Kau menginginkan jawaban, bukan? Di balik tong-tong tersebut ada sebuah buku yang bisa menjawab semua pertanyaanmu itu."
Ajul pun segera mengikuti perkataan dirinya yang lain itu, yang mana dirinya menemukan sebuah buku yang disimpan di dalam sebuah peti yang berada di balik tong-tong tersebut.
"Itu adalah buku yang berisikan sebuah tugas utamamu, sebuah tugas yang ... telah kamu lupakan," terang pemuda itu, ia pun bersidekap dada. "Namun untuk saat ini, aku sama sekali tidak menyarankanmu untuk membaca buku tersebut. Carilah sebuah bangunan yang memiliki patung berupa kucing hitam, di sanalah baru kau bisa membaca buku tersebut."
Pemuda itu pun berjalan ke hadapan Ajul sambil terkekeh. "Sederhana, bukan? Oh ya, kau juga harus mengingat ...."
Namun sebelum pemuda itu selesai berbicara, dirinya telah tiba di sebuah ruangan merah tidak berujung yang membuatnya kesal. "Mengingat apa? Aku sama sekali tidak bisa mengingat apapun!"
Dirinya pun menoleh ke belakang dan tersentak, terkejut sebab kehadiran wanita dengan mata banyak itu yang sangat tiba-tiba. Ajul terdiam selama beberapa saat hingga akhirnya ia menyadari sesuatu.
Wanita itu adalah kakaknya.
Dengan kaki yang gemetaran, ia pun berjalan mendekati wanita tersebut dan kemudian memeluknya. Wanita itu memang sama sekali tidak merespon, namun ia tidak peduli. Ia benar-benar merindukan kakaknya itu.
Namun hal itu tidak berlangsung lama sebab akhirnya tiba-tiba tubuhnya terasa ditarik paksa oleh sesuatu, yang mana kemudian tiba-tiba ia terbangun kembali di rumahnya. Ia pun mengubah posisinya menjadi duduk, suasana hatinya benar-benar tidak baik.
Sungguh, dirinya sangat merindukan kakaknya.
Ia pun menghela napas dan menoleh ke arah nakas, itu adalah buku yang sama dengan yang berada di dalam mimpinya. Dirinya pun mengambil buku tersebut dan memasukannya ke dalam peti, barulah kemudian ia pergi ke luar rumah.
Dirinya berencana untuk kembali mengurusi para axolotl Maji, semoga saja kali ini tidak ada bencana yang menimpa dirinya maupun rumahnya.
Suasana gua tersebut cukup menenangkan, terutama saat dirinya melihat para axolotl tersebut berenang dengan riangnya. Sepertinya dirinya cukup paham kenapa Maji bisa benar-benar jatuh cinta kepada para makhluk tersebut, tampang mereka yang lucu benar-benar menghibur.
Hari itu dirinya memutuskan untuk berdiam diri di dalam gua tersebut sembari merenungi apa saja yang telah ia lakukan selama ini, apakah itu adalah hal yang benar? Ataukah selama ini ia keliru?
Sungguh, semuanya kini nampak abu-abu.
Selain itu, bangunan apa yang dimaksud oleh dirinya yang lain itu? Dimanakah ia bisa menemukan sebuah bangunan dengan sebuah patung kucing hitam? Misi apa sebenarnya yang telah ia lupakan?
Ajul kemudian mengambil salah satu indukan axolotl yang ukurannya sama seperti kucing dan menggendongnya. "Hei axolotl, aku benar-benar bingung dengan keadaanku saat ini. Apakah menurutmu jalanku untuk bergabung dengan Ragnarok itu salah?"
Mungkin jika ada orang lain yang melihatnya, niscaya mereka semua akan mengira pemuda itu sudah kehilangan akal sehatnya sebab tengah mengajak bicara seekor axolotl.
"Diriku yang lain bilang, ada sebuah misi yang harus aku tunaikan. Namun dirinya sama sekali tidak memberitahukan kepadaku apa tugas itu dan malah menyuruhku untuk mencari tahu akan hal itu sendiri, menyebalkan bukan?"
Ajul pun tertawa sembari mengelus kepala axolotl tersebut lembut. "Sial, aku sekarang menjadi sama gilanya seperti bedebah itu," kekehnya yang kemudian segera mengembalikan hewan tersebut ke dalam air, tidak baik jika dirinya terlalu lama berada di daratan.
"Selain masalah misi, sepertinya aku masih memiliki masalah lain, ya?" Ajul menghela napas. "Sikap Maji dan OmenD kepadaku entah mengapa terasa cukup aneh akhir-akhir ini, apakah ini hanya firasatku saja atau memang ada sesuatu di balik sikap mereka itu?"
"Lagipula kalaupun ternyata memang ada sesuatu yang terjadi, memangnya kesalahan apa yang telah aku lakukan kepada mereka sehingga mereka sampai bersikap aneh?" Ajul pun mengambil sepotong wortel emas dan segera menggigitnya. "Aku benar-benar tidak paham dengan dunia ini."
T. B. C.
=======================================
Double update? Hehehe 😁
So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAZEL [Completed]
FanfictionMain cast : Ajul / Azazel (Aspect30) Brutal Legends Universe! Phase 2! BxB, Fluff, no lemon, hareem. Terjebak di sebuah dunia yang penuh dengan legenda, kutukan, dan pengkhianatan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya, bahkan jika ia harus berpih...