14. INFORMATION

327 39 16
                                    

Terik matahari yang menyinari bumi sama sekali bukan masalah bagi mereka, entah sudah berapa lama mereka menunggu di air mancur Eclipse. Tidak nampak satupun batang hidung dari para penghuninya, bahkan semua daerah Aliansi juga kosong tidak berpenghuni.

"Kalian sadar betapa bodohnya Aliansi?" tanya Ubi sembari memainkan jemarinya di dalam air, ia pun berdecak. "Bahkan sampai kita pun dibuat bodoh oleh mereka, sudah berapa jam kita menunggu?"

Kaira dan Jerry yang saling memercikkan air satu sama lain, OmenD yang tengah menimang-nimang kucing liar yang berwarna senada dengan iris matanya, Maji yang sedang bercermin di pantulan air kolam, bahkan Ajul yang tengah berjongkok sembari mencabuti rumput-rumput liar yang berada di sekitar air mancur.

Benar-benar hilang sudah citra Ragnarok yang mengerikan itu.

"Ubi, seharusnya kita biarkan saja mereka tidak mengetahui tentang kabar Epin dan Edib," rungut Jerry, ia sering kali bersikap manja kepada Ubi layaknya seorang anak kecil laki-laki yang tengah mengadu kepada ayahnya, bahkan di depan umum.

"Memangnya kau mau menjaga Epin seumur hidupmu, huh?" balas Ubi malas, dirinya benar-benar menyesal telah mengambil keputusan untuk menghampiri Eclipse sekarang. "Bahkan mereka tidak menyadari bahwa dua orang anggota mereka telah menghilang, benar-benar bodoh."

"Kita salah mengambil sandera, seharusnya kita menculik orang yang benar-benar berguna dan bukan kedua badut itu," timpal Ajul sembari melempar kerikil ke arah portal yang kemudian terdengar samar-samar suara seseorang yang mengaduh sebab terkena kerikil tersebut, mereka pun langsung bersiaga.

Benar saja, tidak lama kemudian muncullah Noya beserta beberapa anggota Aliansi yang tentu saja terkejut melihat Ragnarok yang sudah bersiaga di depan air mancur.

Tanpa rasa ragu, Noya pun melangkah maju. "Apa yang kau lakukan di Eclipse, Ubi?" Mendengar pertanyaan itu, Ubi pun tertawa sebelum melangkah mendekati pemimpin dari Eclipse itu. "Noya, pemimpin dari Eclipse sekaligus Aliansi. Apakah tidak menyadari sesuatu beberapa minggu ini?"

Noya pun menyerngit heran mendengar pertanyaan Ubi. "Menyadari apa?" Ia pun menoleh ke arah Sean yang berdiri tidak jauh darinya. "Apakah ada sesuatu yang terjadi di Eclipse akhir-akhir ini?"

Sean menggeleng, dirinya juga tidak paham dengan pertanyaan Ubi. Memangnya apa yang telah terjadi?

Melihat tidak ada satupun anggota Aliansi yang memahami maksud dari perkataannya, Ubi pun berdecak. "Baiklah, aku ganti pertanyaanku. Dimana Epin dan Edib? Apakah kau melihat keberadaan mereka akhir-akhir ini?"

"Keduanya memang jarang ada di Eclipse," balas Noya yang masih belum paham dengan maksud perkataan Ubi, yang membuat pria berambut ungu itu tertawa remeh. Benar-benar pria yang naif.

"Apakah kau tidak penasaran dimana keberadaan mereka sekarang?" Noya pun berkacak pinggang mendengar pertanyaan pria itu. "Aduh Ubi, mereka sejak lama pergi untuk berlatih di tempat yang jauh, untuk apa kau menanyakan hal itu? Lebih baik kau segera pergi kalau tidak ada urusan di sini."

"Bagaimana jika aku bilang bahwa aku mengetahui dimana mereka berdua berada sekarang?" Senyum sinisnya mengembang begitu melihat ekspresi acuh Noya berubah seketika. "Bagaimana bisa?"

Mendengar pertanyaan konyol Noya, Jerry sontak tertawa. "Tentu saja, bodoh! Saat ini keduanya berada di Ragnarok!"

"Padahal Epin senantiasa bersikeras bahwa Noya akan datang untuk menyelamatkan mereka berdua, namun bahkan pemimpin mereka saja tidak menyadari bahwa dirinya telah menghilang berminggu-minggu," tambah Ubi, ia pun menatap Noya dengan tatapan merendahkan. "Bukankah katamu Aliansi saling peduli satu sama lain? Tapi apa ini? Bahkan mereka menghilang pun tidak ada satupun dari kalian yang peduli!"

Ajul tersenyum tipis dari balik topengnya, apa yang dikatakan oleh Ubi memang benar. Walaupun dirinya telah mengorbankan banyak hal demi Aliansi, tidak ada satupun dari mereka yang pernah menghargai dirinya. Sangat berbanding terbalik dengan saat ia berada di Ragnarok, ia merasa jauh lebih dihargai.

Rasa kekecewaannya terhadap Aliansi benar-benar tidak dapat terbendung.

Walaupun semua anggota Ragnarok fokus pada diri masing-masing sebab mereka semua memiliki tujuan yang berbeda, namun Ajul merasa memang di sanalah tempatnya seharusnya berada. Tempat dimana kekuatannya dapat berkembang jauh lebih besar, juga tempat dimana mungkin ia akan menemukan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini.

"Ayo Ragnarok, kita pulang," perintah Ubi kemudian. Ajul pun segera melemparkan ender pearl miliknya ke portal agar dapat pergi lebih cepat, lain hal dengan Maji dan Jerry yang dengan sengaja menggunakan senjata mereka untuk berpindah lebih cepat.

Begitu mereka sudah tiba di Nether, OmenD tiba-tiba mendekat ke arah Ajul. "Apakah kau hari ini sibuk?" tanyanya, pemuda bermanik merah itu pun mengangguk. "Aku ingin pergi menambang selama beberapa hari. Ada apa memang?"

Mendengar jawaban pemuda itu, OmenD menghembuskan napasnya kecewa. "Padahal aku ingin memintamu untuk menemaniku mencari bahan-bahan untuk kastil, namun ya sudahlah."

"Tenang saja, OmenD. Kebetulan aku juga ingin mencari bahan-bahan," timpal Kaira yang tengah berjalan bersama Jerry, pemuda itu pun menoleh ke arah wanita itu dan mengangguk. "Padahal niatnya aku hanya ingin meminta Ajul yang menemaniku, namun mendengar kau juga ingin mencari bahan-bahan maka aku ikut."

Ajul merasa sedikit aneh dengan perkataan OmenD tadi, namun ia memilih untuk tidak mempedulikan hal itu dan tetap berjalan seakan tidak mendengar apapun.

Di tengah perjalanan, Jerry pun berpisah sebab ada urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu sehingga hanya mereka berlima yang melanjutkan perjalanan pulang ke markas baru.

Ajul pun segera menyimpan barang-barang yang sekiranya tidak ia butuh selama beberapa hari ia pergi setibanya ia di Ragnarok, tidak lupa dirinya juga memperbaiki perkakasnya sebelum pergi.

Setelah semuanya telah siap, tidak lupa dirinya ia menutup pintu rumahnya terlebih dahulu sebelum berjalan dengan santai menuju portal.

"Ajul!" panggil Maji tiba-tiba dari rumahnya, yang kemarin sudah ia selesaikan, saat dirinya melintas. "Kau mau kemana?"

"Menambang," balas Ajul, Maji pun mengangguk sembari melemparkan kembali kail pancingnya ke laut. "Jangan lupakan axolotl biru milikku."

Ajul pun berdecak sebelum kembali melangkah dan masuk ke portal, dirinya lupa bahwa harus mendapatkan axolotl biru yang sangat langka itu.

Ah ya, sepertinya kali ini selain menjadi penambang, dirinya akan menjadi seorang peternak axolotl mengingat gen axolotl biru itu amatlah langka. Dari seribu lebih ekor axolotl, hanya akan ada kemungkinan satu ekor axolotl berwarna biru.

Perlu digarisbawahi, itu hanyalah sebuah kemungkinan yang bahkan bisa jadi sama sekali tidak akan pernah terjadi.

Sekarang pertanyaannya hanya satu, dimana ia bisa menemukan habitat axolotl agar dirinya tidak perlu repot-repot untuk menernakkan mereka satu persatu dan juga mencari pakan mereka?

T. B. C.

=======================================

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang