25. ECLIPSE

319 38 8
                                    

"Jadi ... kau adalah orang suruhan 13?" tanya Ubi dengan tatapan menyelidik, White pun mengangguk. Pria itu pun berdecak. "Baiklah, untuk sementara ini aku percaya. Namun jika kau ternyata adalah seorang penipu ... maka kau tahu apa yang akan terjadi, bukan?"

White mengangguk mantap, Ajul yang sedari tadi memperhatikannya pun menyerngit. Entah mengapa postur tubuh sosok itu nampak begitu familiar baginya, begitupun dengan caranya berjalan.

Ubi kini menatap satu persatu anggotanya. "Kemana Gempita dan Maji? Apakah mereka tidak ikut?" tanyanya, Ajul pun menghela napas. "Aku tidak tahu Gempita ada di mana sekarang, namun Maji sedang sakit."

"Maji sakit?" Ekspresi Ubi sedikit terkejut, jujur saja ia tidak menyangka hal itu. "Baiklah, hanya kita saja kalau begitu. Ayo, pestanya sudah menunggu."

Selain Ubi, tidak ada satupun anggota Ragnarok yang tahu bagaimana Kiamat kali ini akan dilaksanakan, mengingat tidak boleh ada satupun pembunuhan yang boleh dilakukan sebab terikat perjanjian dengan pihak Aliansi. Namun melihat pria itu sangat percaya diri, maka mereka dapat menebak bahwa ada sesuatu yang sangat besar yang telah disiapkan olehnya.

Melihat OmenD yang sedari hanya diam saja dengan ekspresi kesal, Ajul pun menjadi bertanya-tanya dan menyejajarkan langkahnya dengan pemuda itu. "Apa kau baik-baik saja, OmenD?"

Pemuda itu hanya menggeleng tanpa ada niatan menoleh sedikitpun, yang membuat Ajul makin terheran. Tidak biasanya OmenD bersikap seperti itu, apakah dirinya telah melakukan sesuatu yang salah?

Sebelum pergi ke Eclipse, mereka terlebih dahulu pergi ke markas lama. Alangkah terkejutnya mereka sebab Wahcot tengah duduk dengan santainya di atas sebuah batu di dekat sel penjara.

"Hei-hei, apa yang kau lakukan di sini, Wahcot?" tanya Ubi dengan nada tidak suka, pria berambut putih itu pun menoleh dan tersenyum simpul. "Apa yang kau katakan kemarin itu benar, Noya sama sekali tidak mau memberitahukan dimana lokasi senjata ketiga itu padaku."

Ubi pun tertawa puas. "Sudah aku bilang, Noya itu hanyalah seorang yang egois dan serakah! Tujuan kami adalah untuk membawa keseimbangan dunia, sedangkan tujuan Aliansi apa? MENGHANCURKAN RAGNAROK! Bukankah sebuah perbedaan yang amat jelas?"

Wahcot pun berdecih. "Ya-ya-ya, kau benar. Aku akan membantumu untuk mengambil kembali senjata ketiga, beri aku waktu untuk memperbaiki sihir tersebut."

"Oh tentu, bagaimana kalau tiga hari?"

Pria itu pun menghela napas. "Baiklah, akan aku usahakan sebisa mungkin. Ritual ini akan membutuhkan dua belas orang, sebab ini hanya replika dari ritual Nawadewata. Akan aku buat sebisa mungkin tidak akan ada yang terbunuh dalam ritual kali ini."

Ubi pun berdecak. "Aku tidak peduli akan hal itu, yang aku butuhkan hanyalah senjata itu kembali ke tangan Ragnarok. Hanya sesederhana itu."

"Jika kau tidak ada urusan lain, mungkin kau bisa pergi sekarang," usir Ubi kemudian yang membuat pria itu berdecak sebelum memutuskan untuk pergi, para anggota Ragnarok pun saling berpandangan sebelum mengambil beberapa peralatan mereka dan melanjutkan perjalanan mereka menuju Eclipse.

Ternyata bukan hanya anggota Eclipse, melainkan hampir seluruh Aliansi tengah berkumpul di depan air mancur yang langsung menoleh saat mereka tiba.

"Wah-wah, kenapa ramai sekali di sini? Bukankah seharusnya hanya Eclipse?" tanya Ubi sinis, Kaguwir pun terkekeh. "Lantas apa masalahmu, Ubi? Toh, kami juga harus menyaksikan apakah kau akan melanggar perjanjian atau tidak."

"Oh tentu saja tidak bisa, urusan kami kali ini hanya dengan Eclipse dan bukannya Aliansi. Kalian tidak berhak berada di sini," balas Ubi, Kirman pun bersidekap dada. "Memangnya kau siapa sehingga bisa mengatakan kami berhak atau tidak? Ini adalah tanah Eclipse, bukan Ragnarok!"

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang