Pagi hari telah tiba, kewajibannya untuk memberi makan para axolotl tersebut pun telah selesai. Kini sudah saatnya dirinya membawa pulang makhluk-makhluk tersebut dan memberikannya kepada Maji, dengan beberapa persyaratan tentu saja.
Bahkan belum genap satu hari ia pergi, ia sudah tertinggal kabar. Begitu ia kembali, OmenD dan Kaira langsung menyambutnya dengan heboh, membawa kabar bahwa identitas Joker telah terbongkar.
Mengapa saat ia pergi selalu saja hal penting yang terjadi?
"Aku yakin kau pasti tidak akan percaya," ujar Kaira yang kemudian diangguki oleh OmenD. "Bahkan aku sendiri tidak percaya tentang identitas asli Joker adalah orang itu, namun Ubi sendiri yang telah membawanya kemari."
Ajul pun menyerngit. "Memangnya siapa sebenarnya orang yang disebut-sebut Joker itu? Hingga kalian nampak sangat tidak percaya seperti itu." Namun kedua orang itu malah saling berpandangan dan tertawa. "Kami rasa, akan jauh lebih baik jika kau melihatnya secara langsung, Jel. Aku yakin kau sendiri pun tidak mampu berkata-kata saat melihatnya."
"Namun aku sarankan, lebih baik kau persiapkan dirimu saja," tambah OmenD sembari terkekeh yang membuat firasat Ajul tidak enak, memangnya siapa sebenarnya sosok dibalik identitas Joker tersebut?
"Kebetulan sekali, kita diminta untuk berkumpul di markas lama sebab Joker telah membawakan seseorang yang sangat berguna untuk kita," ujar Kaira, ia pun tersenyum miring. "Ayo kita pergi, yang lain sudah pergi terlebih dahulu."
OmenD pun menyuruh keduanya untuk naik ke atas pundaknya agar mereka bisa berpergian dengan lebih cepat, yang mana kemudian mereka akhirnya tiba di markas lama. Di sana sudah ada Jerry, Ubi, Maji, dan ... Gempita.
Tubuh Ajul terasa membeku begitu melihat keberadaan Gempita di antara mereka, apakah pria itulah yang memegang identitas sebagai Joker? Kalau iya, maka itu benar-benar cukup mengejutkan baginya.
Gempita tiba-tiba menoleh dan tersenyum tipis saat melihatnya. "Sudah lama kita tidak bertemu, Ajul. Bagaimana kabarmu? Aku lihat-lihat, kau jauh lebih berkembang saat berada di sini."
Ajul bahkan tidak dapat membuka mulutnya untuk membalas perkataan pria itu sebab terlampau terkejut, beruntung Gempita kini kembali mengalihkan perhatiannya kepada Wahcot yang berada di dalam penjara.
"Ubi ... apa yang telah kau lakukan kepada Gempita? Apa yang telah kau lakukan hingga ia tega mengkhianati Baldurs?" seru Wahcot marah yang kemudian dibalas oleh Ubi dengan decakan. "Aku sama sekali tidak melakukan apapun kepada Gempita, dirinya sendiri yang memutuskan untuk melakukan hal ini!"
"Ubi benar, Wahcot. Memang aku sendiri yang memutuskan untuk bergabung dengan Ragnarok, namun itu semua juga demi kebaikan kalian!" seru Gempita yang membuat Wahcot menggeleng, raut wajahnya nampak begitu kecewa atas keputusan pemimpinnya tersebut.
"Kebaikan apa yang kau maksudkan? Apa kau tidak ingat betapa kejinya mereka? Tidak kah kau lihat betapa banyak darah yang berlumuran di antara jemari mereka? LANTAS KEBAIKAN MANA YANG TENGAH KAU MAKSUDKAN ITU, GEMPITA?"
Gempita pun menghela napas. "Selama ini apa yang aku bilang kepadamu, Wahcot? Apa yang pernah aku katakan kepadamu dan juga seluruh anggota Baldurs?"
"Jadilah lebih kuat dan lakukan semuanya demi Baldurs dan hanya untuk Baldurs," jawab Wahcot yang kemudian diangguki oleh pria itu. "Lalu apa yang aku katakan juga setelah itu? Jangan terlalu percaya kepada Aliansi! Tidakkah kau paham betapa munafiknya Aliansi?"
"Satu-satunya orang yang munafik di sini adalah kau Gempita," desis Wahcot, dirinya benar-benar merasa kecewa atas keputusan yang diambil oleh Gempita.
"Kau bilang tangan kami dipenuhi darah demi menggapai tujuan kami? Apakah kau tidak pernah berkaca? ALIANSI PUN SAMA KOTORNYA DENGAN RAGNAROK! KAU PIKIR BAGAIMANA CARANYA SENJATA KETIGA ITU BISA JATUH KE TANGAN MEREKA?"
Wahcot pun mundur beberapa langkah. "Ritual itu tidak mungkin membunuh seseorang! Aku benar-benar yakin akan hal itu, tidak mungkin sampai ada yang terbunuh!"
Jerry pun berdecak dan maju selangkah. "Lantas jika bukan karena aku mati, bagaimana caranya Aliansi bisa merebut senjata itu, hei Wahcot? Gunakanlah otak pintarmu itu!"
Pria itu menggeleng, tidak mungkin ritual itu membuat kematian seseorang. Dirinya benar-benar yakin akan hal itu, ia yakin bahwa seharusnya tidak ada hal seperti itu yang terjadi.
Ajul sendiri hanya berdiam diri, sejak tadi hanya Maji, Gempita, dan Ubi yang mencoba memanipulasi pria tersebut. Lihatlah, bahkan kini nampaknya Wahcot sudah benar-benar dalam keadaan terpuruk sebab fakta-fakta yang diucapkan oleh ketiganya.
Ubi pun tersenyum miring. "Satu lagi, Wahcot. Noya tidak akan memberitahukan kepadamu dimana letak senjata tersebut, walaupun kau adalah orang yang paling berjasa untuk merebut senjata itu. Dia itu adalah orang yang paling egois," ujarnya yang kemudian memerintahkan Maji untuk membuka sel penjara tersebut yang langsung dilakukan oleh pria itu. "Coba saja buktikan perkataanku itu."
Dengan langkah lunglai, Wahcot pun segera berjalan keluar dari sel penjara tersebut dan kemudian menatap Gempita. "Walaupun tujuanmu itu baik, namun dengan segala hormat, kau tidak berhak sedikitpun untuk menginjakkan kaki lagi di tanah Baldurs."
Setelah pria itu pergi, Maji pun tiba-tiba menoleh ke arah Ajul. "Mau ikut aku ke Eclipse untuk mengganti papan penanda hari Kiamat?"
Ajul pun mengangguk. "Kebetulan aku juga ingin memberikan sesuatu kepadamu, jadi ayo kita pergi."
Mendengar percakapan keduanya, Jerry pun berdeham dengan maksud mengejek. "Manis sekali kau, Ajul. Memangnya apa yang kau ingin berikan kepada Maji hingga hanya boleh kalian berdua saja yang tahu?
"Hei, jangan berpikiran macam-macam. Aku hanya ingin memberikan pesanannya saja, yang mana aku juga dibayar untuk hal itu," bantah Ajul, namun Maji sendiri tidak ambil pusing dan segera menarik pemuda itu agar segera menjauh dari anggota Ragnarok yang lain.
"Ayo naik," pinta Maji yang segera dilakukan oleh pemuda itu, sungguh ia sangat merasa malas untuk berjalan. Ajul duduk dengan santainya hingga tiba di depan portal Eclipse, barulah kemudian dirinya turun dan masuk ke dalam portal bersama Maji.
Tidak lama mereka berada di sana, hanya mengganti papan penanda menjadi besok dan kemudian kembali masuk ke Nether. Kini keduanya hendak menuju ke markas baru untuk menyelesaikan transaksi axolotl mereka.
"Jadi, kau sudah mendapatkan semua axolotl yang telah aku minta?" tanya Maji, Ajul pun mengangguk. "Semuanya tanpa kurang sedikitpun, kolam untuk mereka pun telah aku bangun beberapa hari yang lalu sehingga tidak ada masalah untuk hal itu."
"Baguslah, aku benar-benar sudah tidak sabar untuk melihat anak-anakku itu," ujar Maji yang langsung dihadiahi oleh decakan dari Ajul. "Bisakah kau tidak menggunakan kata-kata yang bermakna ganda? Kau membuat seakan aku tengah mengurus anak-anakmu, sialan."
Keduanya pun tiba di markas baru Ragnarok yang kemudian segera pergi menuju ruangan bawah tanah milik Maji, dimana di sana telah terdapat sebuah kolam kaca untuk axolotl-axolotl tersebut.
"Kau tahu? Tentu saja aku tidak akan memberikan axolotl biru itu secara cuma-cuma," ujar Ajul, ia pun memberikan ember-ember berisi axolotl yang memiliki berbagai macam warna, kecuali axolotl biru yang tengah ia pegang. "Aku membutuhkan bantuanmu untuk berjaga-jaga saat aku berbincang dengan Megi nanti, bagaimana?"
Maji pun tertawa remeh. "Hanya Megi? Tentu saja aku setuju, dirinya akan lenyap dalam hitungan detik di tanganku. Jadi sekarang berikan aku axolotl biru tersebut"
Ajul pun memberikan ember tersebut kepada Maji yang langsung bersorak gembira melihat sosok axolotl biru yang amat langka tersebut, hal itu membuatnya tersenyum tipis.
"Aku sudah tidak ada urusan lagi, kalau begitu aku pamit," ucap Ajul yang langsung pergi meninggalkan pria itu yang masih kegirangan sebab kehadiran para axolotl tersebut.
Aneh namun konyol di saat yang bersamaan.
T. B. C.
=======================================
Spam updates hehehe 😁🙏🏻
So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAZEL [Completed]
FanfictionMain cast : Ajul / Azazel (Aspect30) Brutal Legends Universe! Phase 2! BxB, Fluff, no lemon, hareem. Terjebak di sebuah dunia yang penuh dengan legenda, kutukan, dan pengkhianatan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya, bahkan jika ia harus berpih...