35. WEAKEN

110 21 31
                                    

Kabar buruk bagi seluruh Ragnarok sebab selain nyawa, ternyata Jerry juga kehilangan seluruh kemampuannya. Untuk melihat saja dirinya kali ini tidak sanggup, kepalanya seakan dihantam berkali-kali dengan kapak Ubi.

Setelah pergi dari rumah Jerry, tiba-tiba OmenD menahan tangan Ajul tepat saat pemuda itu hendak kembali ke rumahnya. "Kita harus bicara, Ajul."

Ajul tentu saja merasa terkejut sebab tindakan tiba-tiba dari pemuda itu, ditambah dengan ekspresi serius miliknya membuat dirinya semakin bertanya-tanya. "Baik ... bicaralah."

OmenD menggeleng. "Tidak di sini."

Tanpa melepaskan genggamannya, OmenD pun membawa Ajul menuju portal Nether dan kemudian melangkah masuk. Setibanya di sana, barulah pemuda itu melepaskan tangan Ajul.

Pemuda bermanik oranye itu kemudian menghela napas. "Aku tahu kau saat ini sedang berusaha menghindari diriku, Jul. Aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan padamu tempo hari."

Ajul secara reflek mundur satu langkah dari pemuda itu untuk berjaga-jaga. "Ya, baguslah kalau kau sadar. Apakah ada lagi yang kau inginkan?"

OmenD kemudian mengangguk. "Bisa bantu aku untuk mengumpulkan bahan-bahan kastil?"

"Hanya berdua saja? Kau dan aku?"

OmenD kembali mengangguk. "Aku tadinya ingin mengajak Kaira, namun itu sangat tidak memungkinkan saat ini sebab Jerry membutuhkan dirinya." Pemuda itu kemudian berkacak pinggang. "Aku janji, aku tidak akan melakukan apapun padamu selain menyuruh kau membawa batu-batu sialan itu."

Ajul kemudian bersidekap dada, menatap pemuda itu penuh curiga. "Bagaimana cara aku bisa mempercayai perkataanmu itu, setelah apa yang kau lakukan?"

"Percayalah, aku benar-benar menyukai dirimu. Aku bukan seorang bajingan seperti Maji ataupun Garox, aku tidak akan melakukan hal tanpa persetujuan dari kau lagi." OmenD pun terkekeh. "Lagipula, ciuman kemarin sudah cukup bagiku."

Kini wajah Ajul merona hebat, kembali terlintas di benaknya tentang adegan tersebut. Bibirnya benar-benar seakan tidak memiliki harga diri mengingat entah sudah berapa kali dirinya dicium oleh pria.

OmenD pun tersenyum tipis sebelum dirinya berbalik arah dan mulai berjalan meninggalkan Ajul, tentu saja untuk mulai berjalan untuk mencari bahan-bahan yang ia butuhkan.

"Hei! Kenapa kau malah meninggalkanku?" protes Ajul sebelum berlari mengejar pemuda itu, bagaimanapun dirinya tidak mau jika ditinggal sendirian di sana.

Cukup mengejutkan karena OmenD benar-benar menepati ucapannya. Entah bagaimana caranya pemuda itu bisa bersikap dengan sangat santai seakan tidak pernah terjadi apapun di antara mereka, yang jelas hal tersebut membuat Ajul cukup kagum.

Entah berapa kali mereka melakukan perjalanan bolak-balik untuk menyimpan batu-batu yang telah diperoleh, yang jelas sekitar sepuluh peti berukuran besar sudah terisi penuh oleh batu-batu berwarna gelap yang mereka kumpulkan sebelumnya.

"Terima kasih sudah membantuku," ujar OmenD sambil tersenyum lebar, kemudian dirinya terkekeh. "Ingin makan malam di tempatku? Sebagai ucapan terima kasih dariku."

Ajul pun berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk, dirinya sudah lama tidak memakan masakan OmenD. Jujur saja dirinya merindukan masakan buatan pemuda itu. "Ya baiklah, kenapa tidak?"

Binar kebahagiaan terpancar jelas dari kedua mata OmenD, tentu saja tidak perlu dijelaskan mengapa dirinya merasa sangat bahagia. "Kalau begitu, ayo kita ke rumahku!"

Kedua pemuda yang berusia tidak jauh berbeda itu kemudian berjalan bersama menuju kediaman OmenD, tentu saja Ajul segera dipersilahkan duduk oleh sang tuan rumah.

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang