28. ENLIGHTEN

256 32 0
                                    

Ajul dan Gempita membawa Wahcot dan Labra ke Ragnarok lama untuk menjalankan misi mereka, tentu saja untuk memanipulasi keduanya. Ajul diminta oleh Gempita untuk memanggil anggota lainnya, yang mana kemudian ia ternyata malah berpapasan dengan mereka di tengah perjalanan.

"Benar bukan apa yang aku katakan pada kalian? Ajul berada di sekitar sini! Aku melihatnya pergi bersama Gempita tadi!" seru Maji yang dibalas oleh OmenD dengan tatapan malas, Ubi pun mengisyaratkan keduanya untuk diam. "Jadi di mana Gempita sekarang?"

"Di markas lama," jawab Ajul sambil bersidekap dada. "Omong-omong, aku tadi diminta oleh Gempita untuk memanggil kalian, ada hal penting yang ingin ia katakan kepada kalian."

"Baiklah kalau begitu," balas Ubi, ia pun kembali memimpin jalan. Ajul pun mendekati Maji. "Boleh aku naik? Aku sedang malas berjalan."

Pria bermanik merah itu mengangguk dan mempersilahkan pemuda itu untuk naik, tentu saja ia segera naik. Ia pun menghela napas lega, sungguh kedua kakinya itu membutuhkan istirahat.

"Kau lelah sekali nampaknya, memangnya apa yang telah Gempita lakukan padamu tadi?" tanya Maji yang justru dibalas oleh decakan OmenD yang berada tidak jauh dari mereka. "Kau membuat seakan Gempita telah melakukan hal tidak senonoh pada Ajul."

"Hei-hei, hanya kau yang berpikiran seperti itu! Aku tahu benar bahwa Gempita tidak mungkin melakukan hal itu kepada Ajul, mereka saja lebih mirip seorang anak kecil dengan paman atau ayahnya," sanggah Maji, Ajul yang merasakannya bahwa sebentar lagi mereka akan beradu mulut pun menghela napas.

"Aku sendiri tidak paham apa yang ingin dilakukan olehnya, namun sepertinya dia sedang mencari boneka baru yang dapat diperdaya," ujar Ajul sebelum keduanya beradu debat lebih lanjut.

Beruntung setelah itu keduanya berhenti berdebat, yang mana akhirnya mereka tiba di markas lama. Di sana nampak Gempita yang masih mencoba mempengaruhi Wahcot dan Labra, yang mana kemudian Ajul pun segera turun dan menghampiri pria itu.

"Gempita, aku sudah membawa mereka," ujarnya sambil berkacak pinggang. "Entah kenapa aku malah tidak sengaja bertemu mereka di dekat jalur es, aku sendiri tidak tahu apa yang hendak mereka lakukan."

"Jadi, kenapa kau membutuhkan kami?" tanya Ubi sembari melirik ke arah kedua pemuda asal Baldurs tersebut. "Apakah ini ada hubungannya dengan ritual yang akan digunakan untuk merebut kembali senjata ketiga?"

Gempita pun terkekeh. "Kau benar, mereka telah setuju untuk membantu kita untuk merebut kembali senjata ketiga. Dengan sihir yang dimiliki oleh Wahcot, maka kita bisa melakukannya."

Wahcot pun bersidekap dada. "Namun harus kalian ingat, ritual ini hanyalah replika dari ritual sebenarnya. Ada kemungkinan bahwa ritual ini akan gagal, senjata itu pun tidak akan kembali ke tangan kalian."

"Apa peduliku? Yang aku inginkan hanya senjata itu kembali, jika ritual itu gagal kau masih bisa mencari jalan lain," balas Ubi yang membuat Wahcot menghela napas. "Baiklah, aku sudah menyiapkan tempat itu. Aku membangun altar tersebut di dekat Baldurs."

Dipimpin oleh Wahcot, kini mereka semua pergi ke Baldurs untuk datang ke altar sihir yang telah dibangun oleh pemuda itu. Di sana para anggota Baldurs yang tersisa pun juga menyetujui bahwa mereka akan hadir sebagai pelengkap saja, yang mana Ubi sendiri tentu tidak merasa keberatan.

Perjalanan mereka berawal dari Baldurs menuju hutan bambu yang tumbuh lebat di sekitar Baldurs, yang mana setelah sekitar sepuluh menit berjalan kaki akhirnya mereka di altar sihir tersebut.

"Untuk para anggota Ragnarok, silahkan kalian berdiri di atas pilar-pilar yang ada. Sedangkan untuk anggota Baldurs, kalian bisa mengisi tempat-tempat yang masih kosong," ujar Wahcot memberikan arahan, yang segera dilakukan oleh yang lain.

Setelah mereka semua sudah berada di posisi masing-masing, Wahcot pun menatap satu persatu orang yang berada di sana. "Dengar, walaupun ritual ini hanyalah sebuah replika, namun aku harap kalian harus tetap fokus. Apapun yang terjadi, jangan berpindah dari posisi kalian. Aku saat ini akan melakukan ritual pertama, yakni ritual pemberkatan yang akan membuat kemampuan fisik kalian bertambah, oke?"

Mereka semua pun mengangguk, Wahcot pun menghela napas sebelum mempersiapkan posisi untuk menembak altar utama dengan anak panahnya. Setelah dirasa akurat, ia pun segera melepaskan anak panah tersebut dan menancap kuat tepat di tengahnya.

Dirinya pun memejamkan mata dan mulai membisikkan mantra-mantra kuno yang telah ia pelajari sebelumnya hingga tiba-tiba kristal yang berada tepat di atas kepalanya pun mulai bersinar terang. Satu persatu anggota Ragnarok pun menghilang dari tempatnya, termasuk Ajul.

Dirinya pun nampak kebingungan begitu ia melihat bahwa dirinya beserta para rekannya berpindah ke dalam sebuah bola berwarna ungu yang cukup besar, apakah ini bagian dari ritualnya?

"Ini dimana?" tanya OmenD yang sama bingungnya, Kaira yang berdiri di dekatnya pun menggeleng. "Mereka bilang ini adalah ritual pemberkatan, namun mengapa aku tidak merasa telah terberkati?"

Tiba-tiba Ubi muncul yang tentu saja membuat mereka semakin kebingungan, bukankah jika ditilik sesuai arah jarum jam, Ubi lah yang paling terakhir akan berpindah?

"Di mana para anggota Baldurs?" desis Ubi yang membuat keenam orang itu tersadar, hanya ada anggota Ragnarok yang berada di dalam bola tersebut. "Jangan bilang ... mereka menyegel kita?"

"Tapi ini tidak masuk akal, Ubi. Kau sendiri yang bilang bahwa senjata legendaris hanya dapat menyegel satu orang, sedangkan kita ada enam orang!" sangkal Gempita, namun dirinya juga merasa bahwa perkataan Ubi ada benarnya.

"Mereka bilang tadi ritual pemberkatan? Sekarang aku tanya, apakah kalian merasakan suatu perubahan yang kalian rasakan?" tanya Ubi yang dibalas dengan gelengan kompak dari kelimanya, pria itu pun menggeram. "BERANI SEKALI KALIAN MENIPU KAMI, BALDURS!"

Gempita pun berdecak. "Apa-apaan yang telah dilakukan oleh Wahcot itu, berani sekali ia menipu kita semua."

"Kita bisa terjebak juga karena ulahmu, Gempita," decih Maji, dirinya pun menatap kesal pria itu. "Jika saja kau tidak menghampiri mereka sejak awal, maka kita tidak akan berakhir seperti ini."

"Oh, jadi kau sekarang menyalahkan diriku, Maji? Sejak awal, Baldurs memang selalu patuh kepadaku!" seru Gempita yang tidak ingin disalahkan, Maji pun berdecak. "Kau bahkan sudah bukan pemimpin Baldurs! Bagaimana bisa kau beranggapan bahwa mereka akan tetap tunduk kepadamu?"

Ajul pun menghela napas. "Kalian berdua berdebat pun tidak akan membantu apapun, kita akan masih tetap terjebak di sini. Berharap saja bahwa Jerry atau Voiz bisa membebaskan kita suatu hari nanti."

Tepat setelah mengatakan itu, tiba-tiba di sekitar bola yang mengurung mereka pun muncul selubung yang membungkusnya dengan sempurna. Bukan hanya satu lapis, namun dengan perlahan selubung lainnya pun bermunculan hingga terbentuklah empat lapisan yang membungkus segel mereka.

OmenD menatap Ajul sembari menghela napas pasrah begitu lapisan-lapisan tersebut telah utuh. "Dengan semua lapisan segel ini? Ya, aku harap di antara keduanya ada yang bisa membantu kita dari sini."

T. B. C.

=======================================

Don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

Also join my WhatsApp group for more information and hidden chapters!

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang