49. TRESPASSER

85 10 12
                                    

Setelah berhasil mengalahkan Garox, Ajul kemudian menundukkan kepalanya saat melihat barang-barang milik pemuda itu yang terjatuh saat tubuhnya menghilang. "Kau terlalu bodoh, Garox ...."

Setelah mengambil beberapa barang-barang yang sekiranya ia butuhkan, dirinya kemudian segera mencari rekan-rekannya yang membutuhkan bantuan dalam menghadapi R.O.R.

Pertarungan terjadi cukup lama, tidak ada lagi korban yang jatuh. Tiba-tiba Noya menyuruh pasukan Aliansi untuk mundur, tepat setelah mereka berhasil membunuh penjaga rune tersebut.

Para anggota Ragnarok kemudian saling bertatapan, siapa yang berhasil mengambil rune tersebut? Apakah mereka ataukah pihak Aliansi.

Tidak lama kemudian, Ubi dan Maji kembali. Wajah mereka nampak begitu kesal, membuat anggota yang lain segera mengetahui hasil apa yang mereka dapatkan.

Ya, mereka gagal.

Tiba-tiba di sekeliling Ubi muncul aura api yang berasal dari senjatanya. "Kalian semua tidak berguna! Seharusnya rune tersebut dapat kalian dapatkan dengan mudah! Namun apa? Kalian semua sampah!"

Menyadari apa yang tengah terjadi, Jerry pun segera menghampiri Ubi. "Ini bukan kau, Ubi. Sadarlah! Jangan biarkan Satan kembali mengambil alih tubuhmu!"

Ubi, yang memang sudah berada di dalam kendali Satan pun mendesis. "Kau? Siapa kau berani memerintahkan dirimu? Dasar manusia lemah!"

Dalam satu kali serangan, Jerry pun tumbang oleh kekuatan kapak Ubi. Anggota Ragnarok lainnya pun segera menjaga jarak dari Ubi, tentu saja mereka tidak mau menjadi korban selanjutnya.

Maji kemudian memasang kuda-kuda bertarung. "Kalian mundurlah! Aku akan mencoba menyadarkan Ubi! Aku berharap ini akan menjadi pertarungan sederhana."

Pertarungan di antara dua senjata legendaris bukanlah sebuah pertarungan biasa. Selain kemampuan menggunakan senjata, mereka juga harus mengerahkan segalanya untuk melawan musuhnya.

Bisa dibilang, pemegang senjata dapat disamakan sebagai petarung terbaik di antara para petarung terbaik lainnya.

Tiba-tiba Ubi mengaduh kesakitan, membuat Maji langsung menghentikan serangannya. "Ubi? Apakah kau sudah sadar?"

Pria berambut ungu tersebut pun mendesis sembari memegang kepalanya, dirinya kemudian jatuh terduduk sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Apa ... apa yang telah terjadi?"

"Kau dikendalikan oleh Satan tadi," jawab Maji sembari menyimpan senjatanya. "Aku mencoba menyadarkan dirimu setelah kau ... membunuh Jerry."

"Apa kau bilang? Aku membunuh Jerry?"

Semua anggota Ragnarok pun mengangguk. Mereka masih menjaga jarak dari pria itu, khawatir dirinya akan kembali kehilangan kendali.

"Satan sialan ...." Ubi perlahan bangkit, dirinya masih sedikit terhuyung sebab pengambil alihan tubuh sebelumnya. "Aku akan datang ke Ragnarok lama untuk menemuinya."

Ubi kemudian menatap ke arah Voiz dan Kaira. "Kalian berdua ... ikut denganku. Aku tidak yakin Jerry akan memaafkan diriku setelah apa yang telah terjadi."

Keduanya pun mengangguk, mereka juga harus memastikan bahwa Ubi tidak kembali kehilangan kendali. Ubi kemudian menatap tiga petarung di Ragnarok. "Kalian kembali saja ke kastil, kerja bagus kalian."

Maka dengan itu, mereka semua berpisah dengan jalannya masing-masing. Ubi pergi bersama Kaira dan Voiz, sedangkan Maji pergi bersama Ajul dan Gempita.

"Apakah kau tidak apa-apa, Jul? Ada yang terluka?" tanya Maji kepada pemuda itu saat berjalan, Ajul kemudian menggeleng.

"Aku tidak apa-apa, tidak perlu khawatir." Ajul kemudian bersidekap dada dan menghela napas. "Apa yang terjadi saat kau pergi menuju rune tadi?"

"Diablo dan Ubi sempat bertarung di sana. Itu bukan pertarungan antar senjata legendaris seperti biasa, namun juga iblis yang diwakili oleh senjata tersebut." Maji kemudian menggenggam pergelangan tangan Ajul. "Kami dibawa ke sebuah dimensi khusus, dimana mereka kemudian dirasuki oleh iblis-iblis tersebut. Aku memutuskan untuk keluar dari sana atas bantuan Belzeebub, cukup sulit memintanya untuk melakukan hal itu."

Tentu saja interaksi keduanya tidak luput dari pengawasan Gempita, yang kemudian membuatnya terheran sebab interaksi aneh di antara keduanya. "Apakah kalian saat ini sudah menjadi sepasang kekasih?"

"Iya."

"Tidak."

Mendengar jawaban berbeda dari keduanya membuat Gempita semakin terheran, namun dirinya memutuskan untuk tidak memusingkan ataupun ikut campur dalam hal itu.

Dirinya sendiri saja tidak memiliki seorang kekasih.

Mereka kemudian tiba di kastil, yang mana ketiganya memutuskan untuk beristirahat di taman buatan OmenD yang berada di atas kastil.

"Permisi, apakah kau tahu kemana arah menuju Vermillion?"

Belum sempat ketiganya beristirahat, mereka dikejutkan dengan kehadiran seseorang di atas sana. Maji kemudian segera mengacungkan pedangnya ke arah sosok tersebut dan menatapnya tajam. "Siapa kau? Bagaimana kau bisa berada di Ragnarok?"

Pria tersebut menatap heran ke arah Maji, sebelum kemudian dirinya menyadari sesuatu. "Yang Mulia Raja Malik? Apakah itu engkau?"

Saat memperhatikan lebih seksama, Maji kemudian menyadari satu hal yang menarik dari pria itu. "Rambut dan suara itu .... Wahcot, aku tahu kalau kau sebenarnya belum tewas dalam permainan senjata keempat itu."

Pria asing tersebut menggeleng. "Apa yang kau bicarakan, Yang Mulia? Kau harus segera ikut bersamaku, Vermillion sedang dalam keadaan bahaya! Seluruh overworld berada dalam bahaya, Yang Mulia!"

"Berhenti mengatakan omong kosong, Wahcot! Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mengetahui tempat ini, namun kau akan segera tamat di sini!"

Dengan gesit, pria tersebut mampu menghindari semua serangan yang diberikan oleh Maji. "Yang Mulia? Apakah kau sama sekali tidak mengenali diriku? Ini aku, Rafel! Panglima kepercayaanmu!"

Maji sendiri sedikit kesulitan untuk mengenai pria itu, terlihat jelas bahwa pria itu nampaknya sangat berpengalaman dalam pertarungan seperti ini. Namun, hal yang paling mengejutkan adalah saat Maji mencoba menyerang pria tersebut dengan kekuatan senjata miliknya.

Kedua netra merahnya langsung melebar tidak percaya, serangan kekuatan senjata bahkan seakan tidak mampu menyentuh sehelai rambutnya.

"Sihir apa lagi yang kau gunakan, Wahcot?"

"Yang Mulia! Dengar—"

Ucapan pria tersebut tiba-tiba terpotong sebab tubuhnya telah berubah menjadi partikel, menghilang dari hadapan ketiganya.

"Apa ... apa yang telah terjadi?" tanya Gempita, dirinya juga sama seperti kedua rekannya yang tidak dapat berkata-kata atas apa yang baru saja terjadi. "Bukankah itu Wahcot? Bagaimana dia bisa ada di sini? Bukankah seharusnya dia sudah tewas?"

Maji menggeleng, dirinya juga sama tidak pahamnya dengan pria itu. Namun dirinya merasa yakin, sesuatu sedang terjadi di dunia mereka.

Walaupun dirinya sendiri juga tidak tahu, hal apa yang mungkin terjadi. Semua dapat terjadi di dunia yang brutal ini, tidak ada seorangpun yang dapat menebaknya.

Sebuah dunia yang penuh misteri, indah namun mengerikan di saat yang sama. Ketika membunuh adalah satu-satunya cara untuk terus bertahan hidup, tidak ada lagi kata baik atau buruk.

Pada dasarnya, dunia memang selalu abu-abu.

T.    B.    C.

=======================================

YES YES YES, TAMAT SAYANGGGG. JANGAN LUPA BACA PART TERAKHIR, ADA BONUS 😋

Yang belum follow, ayo follow. Yang belum vote, ayolah vote guys 😫😫😫

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang