24. BABYSIT

436 36 45
                                    

Tidak seperti kiamat yang telah lampau, hari ini persiapan mereka jauh lebih tenang. Disebabkan kontrak yang telah dibuat oleh Ubi dan Noya, seharusnya tidak ada pertumpahan darah yang terjadi hari ini.

Netra merahnya menatap satu persatu orang-orang yang sedari tadi hilir mudik di sekitarnya, ia pun menyadari satu hal. Kemana perginya Maji? Bukankah dia yang selama ini yang selalu bersemangat mengenai pelaksanaan Kiamat?

"Hei, OmenD," panggilnya kepada pemuda bertanduk oranye yang kebetulan melintas di dekatnya, beruntung pemuda itu mendengar panggilannya dan menoleh. "Kau tahu Maji dimana?"

OmenD pun berdecak kesal. "Mana aku tahu, coba kau cek rumahnya. Memangnya kau pikir aku siapa?" Setelah pemuda itu pergi, Ajul pun menatapnya heran. "Ada apa dengan dirinya? Aku hanya bertanya, apakah itu adalah hal yang salah?"

Tanpa basa-basi lebih lama, ia pun segera menghampiri pondok pemancingan milik Maji yang juga merangkap sebagai rumahnya. Setibanya di sana, ia pun segera mengetuk pintu. "Maji? Apakah kau ada di dalam?"

Tidak ada jawaban yang ia peroleh, namun rasa penasaran mendorong dirinya untuk memastikan apakah pemuda itu berada di sana atau tidak.

Dirinya pun memberanikan diri untuk membuka pintu pondok tersebut dan melangkah masuk, barulah disana ia melihat pria yang ia cari masih terlelap di atas ranjangnya.

Cukup aneh baginya mengingat Maji adalah orang yang senantiasa bangun paling awal di antara para anggota Ragnarok lainnya, ia pun melangkah mendekati pria itu dan meletakkan punggung tangannya di dahi Maji. Benar dugaannya, kondisi pria itu sedang tidak baik.

Baru saja ia ingin melangkah, tiba-tiba pergelangan tangannya di tahan oleh Maji yang terbangun. Perlahan kelopak matanya terbuka dan menampilkan netra merah yang cahayanya nampak redup. "Apakah ini sudah waktunya kita untuk pergi?"

Ajul pun menggeleng. "Beristirahatlah, Maji. Kondisimu sedang tidak sehat, lagipula Kiamat ini tidak seperti yang sebelumnya."

Namun Maji menggeleng. "Aku baik-baik saja, Ajul. Bagaimanapun juga, aku harus ikut dalam misi kali ini. Ini demi Ragnarok, Ajul."

Ajul pun berdecak, memang keras kepala sekali pria dihadapannya ini. "Dengarkan kata-kataku, Maji. Kau harus beristirahat, atau bisa saja kondisimu malah menjadi lebih buruk. Lantas bagaimana kau mau bertarung di sisi Ragnarok jika keadaannya seperti itu? Patuhi aku."

"Tapi---" Ucapan Maji terhenti seketika sebab Ajul meletakkan telunjuknya di bibirnya. "Bisakah kau duduk manis di sini sembari menungguku membuatkan sup untukmu, Tuan Keras Kepala? Aku mohon dengarkan perkataanku ini atau aku ambil kembali axolotl biru milikmu itu."

Setelah mengatakan itu, Ajul segera menjauhi ranjang Maji. "Aku ingin mengambil bahan-bahan terlebih dahulu, kau jangan pergi kemana-mana." Maji pun mengangguk patuh, yang mana membuat Ajul tersenyum senang sebelum ia pergi ke rumahnya untuk mengambil bahan-bahan yang ia butuhkan.

Ia pun mengecek satu persatu peti miliknya untuk mengambil bahan-bahan yang ia butuhkan, barulah setelah itu ia kembali ke pondok Maji. Ia menghela napas lega begitu melihat pria itu masih berdiam diri di atas ranjangnya, ia khawatir pria itu akan bersikukuh untuk pergi. Kalau hal itu sampai terjadi, ia bersumpah akan menyeret paksa pria itu kembali ke atas kasur.

"Aku baik-baik saja, Ajul. Tidak usah mengkhawatirkan diriku," ucap Maji, namun Ajul menggeleng tegas. "Kau saja lemas seperti itu, apanya yang baik-baik saja? Sudahlah, jangan ganggu aku."

Pemuda bermanik merah gelap itu pun berjalan menuju salah satu tungku yang berada di dalam pondok itu, kemudian ia meletakkan semua bahan yang ia butuhkan di atas salah satu peti.

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang