Hari ini adalah hari pertamanya setelah tiba di Ragnarok dan dia sudah mendapatkan tugas, yang mana dia sedikit menyesal menyetujui hal itu. Ya, tugasnya adalah menggali markas bawah tanah hingga ke bedrock.
Entah sudah berapa lama dirinya berada di sana, yang jelas ia benar-benar sudah merasa muak melihat bebatuan yang tak kunjung habis. Ia pun memutuskan untuk keluar sejenak sebelum kembali bekerja, dirinya butuh pemandangan selain bebatuan dan udara bebas.
Benar saja, begitu ia keluar udara segar langsung menyapanya. Ia pun menyisir rambutnya yang basah dengan tangan dan duduk di tepi laut sembari menunggu pakaiannya mengering, aroma yang menenangkan lautan menyapa indra penciumannya membuatnya tersenyum. Setidaknya rasa bersalah itu sudah mulai berkurang, lagipula segalanya layak dilakukan demi keluarganya.
"Hei Ajul," sapa OmenD tiba-tiba, Ajul pun menyerngit melihat penampilan pemuda itu yang nampaknya hendak berpergian. "Kau mau kemana?"
Pemuda imut itu pun terkekeh. "Aku hanya ingin pergi mencari deepslate untuk bahan pembangunan kastil, kau mau ikut?" Ajul pun mengangguk, kebetulan dirinya juga merasa bosan. Tanpa banyak basa-basi, Ajul pun segera bangkit dan berjalan mengikuti pemuda itu masuk ke dalam portal.
"Apakah ada perahu?" tanya Ajul pada OmenD yang sudah terlebih dahulu di jalur Nether, namun pemuda itu menggeleng. "Oke, kau naik saja kalau begitu."
OmenD mengerjakan matanya beberapa kali sebelum naik ke atas Ajul dan duduk di sana, barulah pemuda bernetra merah itu melemparkan ramuan kecepatan dan berlari dengan cepat sepanjang jalur es.
"Jadi kita mau kemana?" tanya Ajul begitu mereka keluar dari rute es, OmenD pun menunjuk ke arah jalan menuju markas lama. "Aku sudah mengumpulkannya di markas lama, kita hanya perlu memindahkan mereka semua ke markas baru."
Ajul pun menoleh ke atas. "Berapa banyak yang harus kita pindahkan?" tanyanya, pemuda yang duduk di atasnya itu pun berdeham. "Kurang lebih ... dua peti besar? Aku kurang tahu jumlah pastinya ...."
Mendengar hal itu, pemuda bermanik merah itu pun menghela napas. "Astaga ...." Namun mau bagaimana lagi? Akhirnya ia terus berjalan sembari terus menggendong rekannya itu hingga tiba di depan pintu portal markas lama.
"Berapa banyak lagi yang kau butuhkan untuk menyelesaikan kastil itu?" tanya Ajul sembari berjalan beriringan dengan pemuda itu, yang ditanya pun tertawa pelan dan menoleh ke arahnya. "Entahlah, bahkan kurasa lima belas peti besar pun belum tentu cukup untuk menyelesaikan kastil itu. Belum lagi pembangunan di markas bawah tanah, Ubi belum memberikan rancangan pembangunan kepadaku ataupun Kaira mengenai tempat itu."
"Ah begitu ...." Ia pun menoleh ke arah pemuda di sebelahnya dan memasang senyum tipis. "Kalau begitu, mulai sekarang kau fokus saja pada pembangunan. Bilang saja kepadaku jika kau butuh sesuatu, aku pasti akan membantumu."
OmenD pun menoleh ke arah pemuda bermata merah gelap tersebut, aura kebahagiaan begitu terpancar dari tubuhnya. "Kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu itu?"
Ajul pun mengangguk. "Tentu saja, ini jauh lebih baik daripada aku harus menggali hingga ke bedrock. Lagipula masih ada Garox ataupun Citem yang bisa melakukan hal itu, setidaknya dengan begitu mereka akan menjadi jauh lebih berguna."
Mendengar hal itu, sontak OmenD tertawa. Apa yang dikatakan Ajul benar adanya, walaupun pemuda itu baru saja bergabung namun yang ia katakan sangatlah akurat. Lagipula, Ajul dapat dikatakan jauh lebih mengenal mereka berdua dibandingkan dirinya sendiri mengingat dirinya hanyalah seorang pendatang baru.
"Ayo kita kembali, barang-barangku sudah penuh," ajak OmenD yang kemudian diangguki oleh Ajul, mereka berdua pun langsung berjalan menuju portal dan memasukinya.
"Ayo naik, sekarang giliranku," ucap OmenD sembari mengisyaratkan kepada Ajul untuk naik ke atasnya, hal itu membuat pemuda itu terkekeh sebelum ia naik. "Kalau di tengah perjalanan nanti kau sudah tidak kuat, bilang saja kepadaku."
OmenD pun menoleh ke atas. "Apa kau meragukanku? Aku tidak selemah itu, kau tahu?" Namun Ajul justru malah tertawa mendengar balasan dari pemuda itu, entah mengapa hal itu terasa lucu bagi dirinya.
"Kau punya ramuan kecepatan?" tanya Ajul kepada pemuda di bawahnya, namun pemuda itu menggeleng. Alhasil, Ajul pun langsung melempar ramuan miliknya agar keduanya bisa tiba lebih cepat.
"Jadi ... apakah kau mengingat sesuatu sebelum kau tiba di sini?" tanya Ajul membuka pembicaraan, tentu rasanya bosan jika hanya berdiam diri sepanjang perjalanan.
"Aku berasal dari sebuah desa di tengah hutan, yang jelas ... aku tidak tahu apakah itu berada di luar pembatas atau justru berasal dari dunia lain. Tapi jujur saja aku tidak terlalu peduli akan hal itu, petualangan ini jauh lebih menyenangkan dibandingkan harus menetap di sana," jawab OmenD sembari terkekeh, jelas sekali dari perkataannya bahwa ia mencintai petualangan lebih dari apapun. "Kau dulu berada di pihak aliansi, bukan?"
Mendengar hal itu, Ajul pun menghela napas. "Ya, itu benar. Dulu aku adalah salah seorang petarung garis depan di Aliansi, namun aku justru difitnah dan diusir oleh mereka. Setelah apa yang aku lakukan terhadap mereka ...."
"Benar-benar orang-orang yang tidak tahu balas budi," komentar OmenD begitu mendengar cerita Ajul, bagaimana bisa mereka memperlakukan pemuda itu dengan begitu buruk?
Oh lupakan, dirinya sendiri pun tak kalah diperlakukan buruk oleh Aliansi saat pertama kali bertemu, terutama oleh Maji dan Gempita. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan perlakuan Ragnarok terhadap dirinya, bahkan dirinya disambut dengan baik.
Begitu mereka tiba di portal, Ajul pun segera turun dan keduanya pun melangkah masuk. Butuh beberapa lama hingga akhirnya mereka tiba di alam bebas, semilir angin yang langsung menyapa mereka langsung menghilangkan hawa panas yang memenuhi Nether.
"Kau ingin naik lagi?" tanya OmenD, namun Ajul menggeleng. "Akan jauh lebih cepat menggunakan trident. Ayo."
Keduanya pun berlari kecil sebelum melompat dari tepi bukit menuju aliran air dan melesat di udara menggunakan trident mereka hingga tiba di depan pintu jalur rahasia menuju markas mereka. Ajul pun segera mengeluarkan pickaxe miliknya dan menghancurkan bebatuan yang menutupi jalur, keduanya pun segera masuk sebelum ia menutupnya kembali.
OmenD mengeluarkan salah satu perahu yang ada di dalam peti dan meletakkannya di atas jalur es, barulah kemudian ia menaikinya diikuti oleh Ajul. Keduanya melaju di atas jalur es hingga akhirnya tiba di akhir jalur.
Pemuda bermanik merah gelap itu pun segera melompat turun dari kapal dan membuka jalur, setelah rekannya keluar dari jalur ia pun langsung menutup kembali dengan bebatuan.
Keduanya langsung melesat dengan trident menuju daratan dekat kastil dan kemudian menyimpan semua batu yang telah mereka bawa ke dalam peti-peti yang ada.
Ajul pun menyisir rambutnya yang basah dengan tangan setelah menyimpan semua bebatuan tersebut dan menoleh ke pemuda manis di sebelahnya. "Kau masih ingin melanjutkan memindahkan batu-batu tersebut atau ingin melanjutkan pembangunan?"
OmenD pun menatap ke sekelilingnya. "Aku rasa ... aku ingin melanjutkan pembangunan tembok terlebih dahulu. Oh ya, Ajul ...." Ia pun mengalihkan pandangannya kepada pemuda bermanik merah gelap tersebut sebelum tersenyum lebar. "Bisakah kau membantuku memotong pohon yang berada di sekitar kastil?"
Ajul pun menghela napas lelah, hal ini bahkan tidak jauh beda dari harus menghancurkan bebatuan. "Baiklah ...."
T. B. C.
=======================================
I only take some of the real scenes, and the others are not real, okay? And also this story is only have slight romance and no mature content. I'm not good at it (just check my other stories if you don't trust me, they're sucks).
Anyway, what your favorite ship?
▫️Maji x Ajul
▫️Garox x Ajul
▫️Ajul x OmenDOr you have other unique ship? Maybe i will add it as long Ajul included 👀
So if you like this story, don't forget to vote, spam comments, follow, and share to support me!
Luv you guys 🫶🏻
02/12/2023
Ra
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAZEL [Completed]
FanfictionMain cast : Ajul / Azazel (Aspect30) Brutal Legends Universe! Phase 2! BxB, Fluff, no lemon, hareem. Terjebak di sebuah dunia yang penuh dengan legenda, kutukan, dan pengkhianatan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya, bahkan jika ia harus berpih...