26. BALDURS

291 37 6
                                    

Pagi-pagi sekali, Ajul pergi ke rumah Maji untuk mengecek keadaan pria itu. Setelah kejadian kemarin, entah kenapa dirinya masih mau berbaik hati padanya.

Nampak pria itu masih terlelap, dirinya pun melangkah mendekatinya dan kemudian menempelkan punggung tangannya untuk mengecek kondisinya. Ia pun tersenyum tipis sambil menghela napas lega, entah kenapa ia merasa senang akan hal itu.

Namun baru saja dirinya hendak pergi, tiba-tiba pria itu bergerak dan membuka kelopak matanya perlahan. "Jul?"

"Kau butuh sesuatu?" tanya Ajul, Maji menggeleng dan tersenyum tipis. "Terima kasih sudah peduli dan ... maaf untuk kejadian kemarin."

Ajul pun berdecak. "Ya-ya-ya, permintaan maafmu aku terima. Setidaknya kau masih meminta maaf, bukan seperti orang itu." Ia pun berkacak pinggang. "Walaupun sebenarnya aku masih tidak terima, namun ya sudahlah. Apa kau butuh sesuatu sebelum aku pergi?"

Maji menyerngit. "Orang siapa? OmenD? Memangnya dia melakukan apa padamu?"

"OmenD? Apa hubungannya dengan dirinya, dia sendiri adalah orang yang cukup sopan dan baik. Yang aku maksudkan itu adalah Garox, sudah dua kali dia melakukan hal itu padaku," balas Ajul yang membuat Maji sedikit terkejut. "Ah sudahlah, aku mau pulang. Kau sendiri lebih baik beristirahat saja hari ini, jangan memaksakan diri untuk berlatih ataupun memancing."

"Baik, Ibunda."

"Kau mau kepalamu lepas dari tubuhmu? Aku bisa langsung menebas kepalamu itu dengan pedang detik ini juga."

Maji segera menggeleng, dirinya masih sayang nyawa dan juga totem. "Aku hanya bercanda, kau mengingatku pada ibuku. Terima kasih sudah peduli, Jul."

Ajul hanya mengangguk sebelum pergi dari sana dan kembali ke rumahnya untuk sarapan. Tidak ada yang spesial, hanya ikan panggang hasil dari memancingnya tadi. Dirinya sedang malas memasak, lagipula ikan panggang itu cukup lezat.

Belum juga dirinya selesai makan, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintunya. Ia pun membukakan pintu tersebut dan nampaklah Gempita yang sudah memakai baju zirah khusus ekspedisi. "Tumben sekali kau datang ke tempatku, ada apa?"

"Maaf sekali mengganggumu pagi-pagi sekali, namun bisa kita berbicara?" Ajul pun mengangguk dan mempersilahkan pria itu untuk duduk di hadapannya.

"Kau tidak keberatan jika kita berbincang sambil aku makan, bukan?" tanya Ajul yang diangguki oleh pria itu, kemudian dirinya pun melanjutkan kegiatannya.

"Sebelumnya, aku mau minta maaf atas apa yang telah aku lakukan dulu. Namun aku harus menyebutkan bahwa semua itu memanglah rencanaku untukmu, Ajul."

Pergerakan tangannya pun terhenti dan kemudian menatap pria itu bingung. "Apa maksudmu?"

Gempita pun menghela napas. "Kau jauh lebih berkembang saat di Ragnarok dibandingkan saat masih berada di Aliansi, bukan? Kekuatanmu terus bertambah, begitu pula dengan kemampuanmu. Semua itu aku lakukan untuk membantumu, aku tidak suka melihatmu tidak dihargai seperti itu oleh para anggota Aliansi.

"Kau tahu, Jul? Aku sendiri merasa sangat sakit hati melihat orang kepercayaanku diperlakukan seperti itu! Seseorang yang memiliki potensi besar justru harus disia-siakan begitu saja! Karena itu aku menuduhmu sebagai 13, agar kau bisa terbebas dari orang-orang bodoh itu!"

Ajul pun melanjutkan makannya sembari mendengarkan pria itu bercerita, yang mana jika diperhatikan lebih lanjut akan lebih mirip seorang anak lelaki yang tengah dinasehati oleh ayahnya.

"Omong-omong Ajul ... tentu kau masih ingat siapa diriku dan dirimu di masa lalu, bukan?"

"Sebagai personal atau kelompok?" tanya Ajul setelah menelan suapan terakhir makanannya, ia kemudian bangkit untuk membersihkan sisa makanannya.

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang