30. HESITATE

516 49 11
                                        

Entah sudah berapa lama mereka terjebak di sana, namun jika diperkirakan mereka telah berada di sana selama tiga sampai empat hari. Berbagai macam cara telah mereka lakukan untuk melepaskan diri dari segel tersebut, namun semua usaha mereka nihil. Bahkan senjata legendaris pun tidak menunjukkan pengaruh apapun.

Sebagai efek sampingnya, kondisi mental mereka juga cukup terguncang akan hal itu. Yang mana hal itu membuat keadaan menjadi semakin rumit.

"Jadi kau sekarang hendak mengibarkan bendera perang kepadaku, hmm? Kau jelas telah menantang orang yang salah, OmenD."

"Oh ya? Bagaimana kau bisa merasa yakin akan hal itu? Bagaimana kalau kita bertaruh untuk hal itu? Siapapun di antara kita berdua yang berhasil meluluhkan hati Ajul, maka yang kalah harus menjauhinya."

Ajul yang mendengarkan perbincangan keduanya pun bergidik, ia awalnya hanya hendak tidur hingga dirinya tidak sengaja mendengar perdebatan di antara Maji dan OmenD.

"Mengapa kalian bertiga tidak berbagi saja? Bukankah itu jauh lebih baik?"

Dirinya memang tengah memejamkan mata, namun tentu ia tahu jelas siapa yang baru saja menyarankan ide konyol tersebut. Sahabat dari kakak angkatnya, Kaira.

"Ah ya, aku sama sekali tidak keberatan atas hal itu," kekeh Maji, namun jawaban itu bertolak belakang dengan OmenD.

"Aku tidak sudi jika harus membagi 'Ajul ku' dengan keparat ini."

Mereka semua sudah gila, ia benar-benar yakin bahwa ini semua disebabkan keadaan mereka yang tersegel. Jikalau saja mereka tidak terjebak di sini, kemungkinan besar hal ini tidak akan terjadi.

Perlu digarisbawahi, kemungkinan besar.

"Oh astaga, mengapa kalian tiba-tiba sekali menjadi terobsesi pada Ajul? Ingatlah, kita semua hanya rekan kerja," celetuk Gempita yang dibalas kekehan oleh OmenD.

"Jika Kaira dan Jerry bisa bersama, mengapa kami tidak?" balas OmenD tanpa beban, seakan tidak ada yang salah dari pernyataannya tersebut.

Gempita pun berdecak. "Dengan adanya hubungan seperti itu, itu akan menjadi kelemahan kita, yang mana hal itu akan digunakan oleh Aliansi untuk melawan kita!"

"Apakah kau melupakan Noya dan Edib? Apakah Noya mudah luluh saat mengetahui bahwa kita telah menyegel Edib? Tidak juga," balas Maji sambil tertawa remeh. "Tidak semua hal itu membuat semakin lemah, Gempita."

"Apa yang dikatakan oleh Gempita tidak salah," ujar Ubi sambil menghela napas. "Aku sendiri juga sama sekali tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan pribadi kalian, namun hal itu bisa menjadi kelemahan terbesar yang dimiliki oleh Ragnarok."

"Pertanyaanku, Ubi ... apakah di antara kami ada yang terlihat lemah?" tanya Maji yang membuat Ubi merotasikan matanya malas.

"Justru karena itu, aku tidak mau kalian menjadi lemah sebab hal itu."

"Lagipula kenapa kalian terlihat percaya diri sekali bahwa Ajul akan menerima kalian?" timpal Gempita sambil terkekeh. "Aku lebih mengenalnya dibandingkan kalian berdua, yang mana aku tahu bahwa dia itu adalah pemuda yang cukup teguh pendirian dan fokus pada tujuannya."

Ajul menyetujui perkataan Gempita dalam hati, sebab dirinya sama sekali tidak paham mengapa keduanya bisa benar-benar bertindak seperti itu.

"Seingatku juga, dirinya bergabung dengan Ragnarok dengan tujuan untuk kembali bersama keluarganya, bukan membuat keluarga baru. Bahkan dirinya tega untuk mengorbankan Ikkan untuk hal itu," ujar Ubi, setidaknya kondisi mentalnya jauh lebih baik dibandingkan anggotanya yang lain.

OmenD pun menghela napas. "Perkataan kalian cukup masuk akal." Pemuda bermanik oranye itu pun menoleh ke arah Maji sambil bersidekap dada. "Namun urusan kita sama sekali belum selesai, aku juga berharap bahwa Ajul tidak mengetahui perbincangan ini."

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang