17. CORE MEMORY

312 26 16
                                    

Pemuda itu menatap pemandangan yang terasa cukup asing baginya, langit malam disertai rintik hujan yang membasahi bumi. Dirinya sama sekali tidak tahu bagaimana caranya ia bisa tiba di sana, namun dirinya yakin sekali bahwa ada seseorang yang membawanya ke sana.

"Ah, sudah lama kita tidak berjumpa. Dibandingkan dengan dahulu, aku rasa mulai sekarang kita akan lebih sering bertemu." Ajul pun menoleh dan melihat seorang wanita berambut hitam dan juga manik merah yang sama sepertinya tengah berjalan mendekatinya. "Aku senang kini kau sudah tumbuh besar, yang mana itu berarti kau sudah siap untuk menunaikan tugas dan tujuanmu yang sempat tertunda."

Ajul pun menyerngit, dirinya sama sekali tidak paham apa yang dimaksud oleh wanita tersebut. Melihat reaksi pemuda itu yang kebingungan, wanita itu pun menghela napas. "Melihat reaksimu itu, nampaknya kau belum mengingat semuanya. Sangat disayangkan ...."

Wanita itu pun tersenyum miring sembari bersidekap dada. "Terakhir kita bertemu, kau masihlah seorang bayi yang sangat kecil."

"Apa sebenarnya tujuanku?" tanya Ajul pada wanita itu, dirinya benar-benar tidak tahu apa alasannya berada di dunia itu. Wanita itu hanya terkekeh, namun seketika sekelebat gambaran menghampiri benaknya.

Satu persatu tempat yang berada di dunia itu bermunculan di dalam benaknya, begitu pula dengan beberapa orang yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya walaupun ada sebuah perasaan familiar di dalam hatinya. Semua ingatan yang datang secara tiba-tiba itu membuat kepalanya seakan hendak pecah, dirinya terjatuh sembari mengerang kesakitan, napasnya menderu sebab rasa sakit itu.

Butuh beberapa menit baginya hingga keadaannya mulai kembali normal, yang mana membuat wanita itu tertawa kecil. "Maafkan aku, seharusnya aku tidak perlu memaksamu untuk mengingat semua itu. Kau pasti akan mampu mengingatnya sedikit demi sedikit."

Setelah mengatakan itu, tiba-tiba ada seberkas cahaya yang amat terang sehingga mau tidak mau Ajul harus memejamkan matanya. Butuh beberapa saat hingga akhirnya cahaya itu mulai meredup, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk membuka matanya.

Wanita itu telah menghilang, lebih tepatnya dirinyalah yang telah kembali. Kini ia berada di atas ranjangnya sendiri, dirinya tidak tahu apakah kejadian barusan adalah sebuah kenyataan ataukah hanya bunga tidur semata. Semuanya terasa begitu nyata, tidak mungkin itu hanya sebuah mimpi.

Ajul mencoba untuk kembali memejamkan mata, namun tubuhnya entah mengapa seakan menolak untuk terlelap. Akhirnya ia memilih untuk bangkit dari tempat tidurnya dan pergi keluar rumah, netra merahnya kemudian menatap ke arah langit yang masih bertabur oleh bintang.

Dirinya pun merebahkan tubuhnya di atas lantai kayu yang menjadi halaman depan rumahnya, kedua tangannya diletakkan di belakang kepala sebagai bantal. Ia menghela napas, kembali teringat dengan mimpinya tadi. Siapa sebenarnya wanita itu? Ingatan apa yang sebenarnya ia lupakan?

Tenggelam dalam pemikirannya sendiri, tidak sadar dirinya mulai terlelap di bawah langit. Jika saja Jerry tidak kebetulan sedang lewat di depan rumahnya beberapa jam kemudian, mungkin pemuda itu akan tertidur lebih lama lagi.

"Hei Ajul, kenapa kau malah tidur di luar rumahmu? Kau tidak takut mati karena dibunuh oleh monster?" tanya Jerry yang membuat pemuda itu segera terbangun, dirinya sendiri pun terkejut. Bagaimana bisa dirinya tidur di luar rumah?

"Oh astaga, aku awalnya tengah mengamati bintang," balasnya, kemudian dirinya menyadari penampilan Jerry yang nampak sudah siap untuk pergi bertarung yang membuatnya terheran. "Kau mau pergi kemana dengan zirah itu?"

Jerry pun menepuk dahinya, bisa-bisanya Ajul lupa. "Dasar pikun, hari ini adalah hari dimana kita akan menagih keputusan Noya! Bukankah kau juga ikut pergi ke Eclipse tempo hari?"

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang