46. ASGARDIAN

116 15 14
                                    

Sudah beberapa minggu berlalu semenjak dirinya meminta Kirman untuk menyampaikan pesan kepada Megi untuk segera menyerahkan nyawanya, padahal dirinya hanya memberikan waktu tiga hari.

Sungguh murah hati sekali dirinya.

Maka daripada itu, Ajul kali ini akan benar-benar datang ke Asgard untuk menagih nyawa pemuda itu.

Setelah selesai mengenakan zirah khusus bertempur miliknya dan menyiapkan perbekalan, dirinya pun mendatangi rumah Maji. Tanpa permisi, dirinya masuk ke dalam rumah pria itu.

Dirinya sudah mencari ke seluruh penjuru rumah, namun batang hidung sang pemilik tidak nampak di manapun. Itu membuatnya menjadi kesal, padahal dulu Maji berjanji untuk menemani dirinya pergi ke Asgard.

Memang benar, seharusnya dirinya tidak pernah mempercayai pria itu.

Akhirnya dirinya memutuskan untuk pergi seorang diri, lagi pula dirinya cukup kuat menghadapi Kirman dan Megi. Tanpa bantuan Maji si bedebah itu, dirinya masih mampu.

Dirinya berjalan seorang diri menuju Asgard, sembari terus menerus mengutuk pria itu dalam hatinya. Janji sekecil itu saja tidak ditepati olehnya, apalagi janji lainnya?

Setibanya di Asgard, kebetulan sekali Kirman dan Megi sedang berbincang di depan portal. Ajul pun tertawa sambil tersenyum miring. "Sepertinya ... aku datang di waktu yang tepat."

Kedua sejoli yang awalnya tengah asyik berbincang langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ajul, kuda-kuda bertahan serta senjata mereka pun diacungkan kepada pemuda itu.

"Apa yang kau lakukan di sini, Ajul?" tanya Kirman, dirinya memposisikan diri di hadapan Megi.

Ajul pun tertawa melihat sikap Kirman yang menurutnya hanya berbasa-basi. Dirinya kemudian berjalan beberapa langkah, mengabaikan ada dua pedang yang tengah teracung ke arahnya. "Seharusnya dari posisi kuda-kudamu, kau tahu apa tujuanku kemari."

Dirinya kemudian mengacungkan pedang besinya ke arah Megi, kedua iris merahnya menatap tajam kedua iris coklat kelabu milik Megi. "Aku datang ke sini tentu saja untuk meminta nyawanya."

"Lewati aku dulu, Ajul," desis Kirman, itu membuat pemuda bermanik merah berdecak kesal.

"Kau sama saja seperti Maji, Kirman," gerutu Ajul yang kesal sebab merasa dirinya ditipu oleh pria itu, dirinya pun menghela napas. "Selalu saja menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati. Aku hanya meminta satu nyawa milik Megi saja, bukan semuanya."

"Seseorang terbunuh dalam medan perang, bukankah itu adalah hal yang wajar? Lantas kenapa kau begitu marah, Ajul?" balas Megi yang membuat Ajul berdecih. "Bagiku, mau pria ataupun wanita, semuanya sama saat berada di dalam pertempuran!"

Ajul pun tertawa saat mendengar ucapan Megi selanjutnya. "Bukankah itu tindakan pengecut? Seorang pria mengincar wanita dalam pertempuran." Dirinya kemudian tersenyum miring. "Oh, apakah itu adalah sifat dasar dari Asgardian?"

"Jangan berani kau berkata macam-macam mengenai Asgard!"

Kirman kemudian segera merangsek maju untuk menghajar Ajul, namun dengan mudah ditangkis oleh pemuda itu. "Kau menantangku, Kirman? Baiklah, dengan senang hati akan aku layani."

Maka dengan itu, pertarungan di antara ketiganya tidak dapat terelakkan. Kirman dan Megi melawan Ajul, pertarungan tersebut terjadi cukup sengit.

Walaupun hanya seorang diri, Ajul dapat mengimbangi kekuatan keduanya. Dirinya sejak awal memang dikenal sebagai petarung yang kuat sebab dirinya adalah petarung garda terdepan.

Jika saja sepatu zirah miliknya tidak rusak, maka pertarungan tersebut tentu saja akan berlangsung lebih lama.

"Ah sialan ...." Dengan cekatan, Ajul melepaskan sepatu zirahnya yang rusak tersebut sebelum pergi meninggalkan keduanya.

Sungguh memalukan, salah satu petarung garda terdepan harus mundur dari pertarungan hanya karena sepatu zirahnya rusak.

"Memang seharusnya aku mengajak Maji," gerutunya lagi saat dirinya tiba di Nether, ia pun mengambil sepatu cadangannya dari dalam peti ender. "Kalau dirinya ada di sana, ia bisa mengalihkan perhatian keduanya saat aku mengganti sepatu."

Dirinya terus menggerutu hingga tiba di Ragnarok, yang mana emosinya semakin memuncak begitu melihat pria itu tengah dengan damai memancing di depan rumahnya.

Dirinya dengan kesal kemudian segera menghampiri Maji. "Hei, bedebah sialan!"

Pria itu kemudian menatap heran ke arah Ajul yang nampak emosi, ia pun kemudian meletakkan pancingannya. "Ada masalah apa, Ajul? Apakah ... aku memiliki kesalahan kepadamu?"

"Ya, banyak. Sangat banyak," balas Ajul kesal, dirinya kemudian mendekati pria itu. "Bukankah kau selalu mengatakan bahwa kau menyukaiku?"

"Tentu saja, Ajul! Aku sangat mencintaimu!" seru Maji, dirinya kemudian menatap pemuda itu penuh harap. "Jadi ... apakah sekarang kau akan menerimaku?"

Ajul pun merotasikan matanya malas. "Apakah kau ingat bahwa kau pernah berjanji kepadaku untuk menemani diriku ke Asgard untuk membunuh Megi?"

"Sepertinya ... iya?"

Pemuda itu bersidekap dada dan menatap Maji sinis. "Sepertinya katamu?"

Maji pun mengangguk ragu, yang tentu saja menambah nyala api kekesalan dalam diri pemuda itu. "Kau berjanji kepadaku bahwa kau mau menemaniku ke Asgard sebagai balasan sebab aku telah memberikan seekor axolotl biru kepadamu, sekarang kau hanya berkata 'sepertinya'? Apakah kau tidak tahu betapa sulitnya untuk mengurus ratusan ekor axolotl hanya untuk mendapatkan seekor axolotl berwarna biru?"

"Jadi ... kau baru saja kembali dari Asgard? Tapi ... kau berhasil, kan?" tanya Maji, namun kemudian dirinya menyadari bahwa ia baru saja menanyakan pertanyaan yang salah sebab pemuda itu nampak semakin kesal.

"Kalau saja sepatuku tidak rusak, maka aku sudah pasti akan berhasil. Masalahnya, aku harus melawan Megi dan Kirman secara bersamaan!" Ajul pun berdecak. "Aku tidak mau tahu, semua ini salahmu. Aku gagal membunuh Megi, itu salahmu."

"Bagaimana bisa itu menjadi salahku, Jul? Oh astaga ...." Maji pun menghela napas, dirinya merasa kali ini tidak melakukan kesalahan apapun kepada pemuda itu.

"Kau berisik sekali," omel Ajul, dirinya kemudian segera meninggalkan pria itu. "Jangan pernah kau berharap aku akan menerimamu, jika janji kecil seperti ini saja dengan mudahnya kau lupakan!"

"Jadi ... apakah kau masih mau untuk mempertimbangkan keputusanmu untuk menerima diriku, Jul?"

"Tidak!"

Ada perasaan sakit yang muncul di hatinya mendengar penolakan dari pemuda itu, namun kemudian dirinya teringat kejadian di malam itu yang membuatnya terkekeh.

Ajul sama sekali tidak menolak perlakuan yang ia berikan, bahkan justru dirinya membalasnya. Maji pun tersenyum sebelum kembali pada agenda memancingnya, teringat dengan jelas wajah Ajul yang nampak begitu cantik dalam benaknya.

"Ah, bahkan saat kau marah, kau nampak sangat menggemaskan." Memang benar perkataan Ajul, Maji adalah pria mesum yang menyebalkan.

T.    B.   C.

=======================================

Adegan malam itu bakalan ada sebagai hidden chapter owkey, isi polling di saluran WA aku kalau kalian mau. Jangan lupa react 💅🏻💅🏻💅🏻

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang