Kini mereka semua, termasuk Voiz, telah berkumpul di ruangan rapat yang masih kosong, duduk bersila di lantai kayu. Ubi pun menatap satu persatu anggotanya sebelum menghela napas. "Sebelumnya, apakah kalian mengingat tentang fragmen yang dulu pernah kita dapatkan?"
"Fragmen berbentuk warden itu, bukan?" tanya Ajul memastikan, Ubi pun mengangguk. "13 telah melakukan ekspedisi bersama Aliansi dan menemukan suatu tempat dengan bentuk segitiga terbalik, yang mana kini mereka semua telah berhasil mengumpulkan tiga fragmen. lainnya. Kini kita akan pergi ke sana untuk memastikan apakah ada yang terjadi atau tidak."
"Baiklah kalau begitu, Ubi. Ayo kita pergi ke sana sekarang," ucap Citem, namun Ubi menggeleng. "Sebelum kita pergi ke sana, kita harus menjemput Jerry terlebih dahulu di markas lama. Dia nampaknya masih belum siap untuk berpisah dengan tempat itu."
Dengan begitu, mereka semua berpisah untuk menyiapkan diri. Namun langkah Ajul terhenti sebab Voiz memanggilnya, alhasil ia pun menghampiri pria tersebut. "Ada apa?"
"Di mana ruangan untuk memperbaiki peralatan?" tanyanya, Ajul pun berdeham. "Sepertinya untuk sementara ini, kau harus menggunakan peralatan milik OmenD, mengingat ruangan tersebut belum selesai dibangun."
"Oh baiklah, tidak masalah. Bisa kau tunjukkan jalannya?" Ajul pun mengangguk, ia pun segera melompat menuju laut untuk melesat menggunakan tridentnya menuju pondok pemancingan milik OmenD yang kemudian diikuti oleh Voiz. Keduanya pun melesat dan langsung mendarat di lantai dua pondok pemancingan milik OmenD.
"Di sini ada banyak buku, kau bisa gunakan sesuai kebutuhanmu," ucap Ajul, Voiz pun mengecek satu persatu peti yang ada. "Apakah tidak ada lapis di sini?"
"Tentu saja gunakan milikmu, memangnya kau tidak punya?"
"Tidak."
Ajul pun berdecak dan berkacak pinggang. "Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya, Voiz?" gerutunya, Voiz pun tertawa canggung. "Aku mengira bahwa sudah disediakan oleh OmenD sebelumnya."
"Mana mau ia mengumpulkan benda-benda demi orang lain, dia itu bukan penyedia barang seperti Jerry, aku, atau bahkan kau sendiri, Voiz. Dia itu berada di bagian infrastruktur, sama seperti Kaira," balas Ajul, ia pun menghela napas. "Baiklah, gunakan saja milikku saja."
Pemuda itu pun segera menjatuhkan diri ke laut dan melesat menggunakan tridentnya menuju pondok pemancingan pribadinya, kemudian mengambil beberapa blok lapis untuk diberikan kepada Voiz serta barang-barang yang ia butuhkan selama perjalanan kelak.
"Hei, 13. Ambil ini." Ia pun melemparkan beberapa blok lapis yang kemudian diterima dengan senang hati oleh Voiz. Ajul pun memilih untuk duduk di lantai sembari menunggu pria itu selesai dengan pekerjaannya.
"Bagaimana kabar Ikkan?" tanya Ajul tiba-tiba, jelas ia merasa penasaran tentang kondisi sahabatnya sejak dirinya memilih untuk bergabung dengan Ragnarok.
"Oh, Ikkan?" Voiz pun tertawa sembari menempa pedang berliannya. "Sikapnya yang akhir-akhir ini cukup sensitif menurutku adalah hal yang cukup wajar, mengingat ini sudah masuk waktu kawin bagi serigala."
"Hah? Waktu kawin?" tanya Ajul tidak percaya atas pendengarannya, Voiz pun mengangguk. "Iya, karena itu sikapnya sedikit berubah akhir-akhir ini. Ia membutuhkan pejantan yang mampu mengayomi dirinya."
Entah mengapa Ajul merasa merinding, tidak dapat dibayangkan jika dirinya masih bersama dengan Ikkan. Itu adalah hal terkonyol yang dapat ia bayangkan.
"Tapi jangan khawatir, sepertinya dia sudah menemukan seseorang ... yang mungkin mengingatkannya pada pasangannya di masa lalu," ucap Voiz, Ajul pun terbatuk. "Yang jelas, itu bukan aku. Omong-omong, siapa orang itu?"
Voiz pun menyimpan pedangnya dan meletakkan baju zirahnya di meja tersebut. "Dia adalah seseorang yang berasal dari luar pembatas, namanya ... Awan? Ya, seingatku namanya Awan. Dia selalu menemani Ikkan, seingatku malah tinggal bersama."
Ajul tidak dapat berkata-kata, dirinya masih belum bisa mencerna informasi yang dilontarkan oleh Voiz. Namun ia cukup senang, akhirnya sahabatnya itu memiliki seseorang yang mungkin lebih mampu untuk menjadi rekan dibandingkan dirinya yang berkhianat.
Atau bahkan mungkin akan menjadi lebih dari sekedar rekan, sama seperti ucapan Voiz beberapa saat yang lalu.
"Oke, sudah semua. Ayo kembali ke ruang rapat," ucap Voiz sembari memakai kembali baju zirahnya yang sudah ditingkatkan, pemuda itu pun mengangguk.
Setibanya di sana, ternyata yang lain sudah siap. Setelah memastikan semuanya sudah berkumpul, mereka pun segera pergi menuju portal dan menghampiri Jerry yang ternyata sedang memancing di markas lama.
"Ada apa kalian datang kemari?" tanya pemuda itu heran begitu menyadari kehadiran rekan-rekannya di tempat pemancingannya.
"Jadi begini, Jerry." Ubi lah yang memutuskan untuk angkat bicara. "Keempat fragmen telah dikumpulkan, dan nampaknya ada sesuatu yang terjadi di tempat segitiga terbalik itu."
"Segitiga terbalik?" Jerry pun berpikir sejenak sebelum terkekeh. "Maksudmu Heaven? Oh, aku paham."
Dirinya pun segera menyimpan peralatan memancingnya dan turun ke tempat penyimpanannya, yang kemudian diikuti oleh yang lainnya. Jerry pun segera mengambil beberapa hal yang sekiranya dibutuhkan dalam ekspedisi kali ini.
Tiba-tiba pergerakan tangannya terhenti saat tengah memasukkan beberapa buah apel emas ke dalam tasnya. "Oh ya, teruntuk Citem dan Garox." Jerry pun menatap kedua orang tersebut sinis. "Aku memang mengizinkan siapapun untuk mengambil persediaan ini, namun ku mohon sadar diri. Jangan mengambil bahan-bahan ini secara berlebihan, apalagi jika kalian sampai mati. Itu akan sangat merepotkan, kalian tahu?"
Citem pun menatapnya tidak terima sembari bersidekap dada. "Hei, aku bahkan tidak pernah meminta sedikitpun dari barang-barang milikmu itu, Jerry."
"Aku tidak peduli, aku hanya mengingatkan kalian saja," balas Jerry acuh sembari melanjutkan kegiatannya. Begitu selesai, ia pun segera mengikat tasnya erat sebelum memakainya dan bangkit. "Ayo kita pergi."
"Hei, Ajul. Aku ingin membicarakan sesuatu padamu," ucap Kaira tiba-tiba, Ajul pun menatapnya heran. "Apakah sepenting itu? Bagaimana dengan ekspedisi kita?"
Wanita itu pun menghela napas. "Bisa dibilang, hal ini cukup penting. Aku tiba-tiba mengingat semuanya, terutama mengenai masa lalu kita."
"Hah? Bagaimana bisa?" tanya Ajul yang semakin heran, terlalu banyak informasi yang ia terima hari ini membuatnya kebingungan. "Bukankah kau kemarin tidak mengingatnya sama sekali?"
"Itu dia yang membuatku heran." Kaira pun berkacak pinggang. "Tiba-tiba semua ingatan itu kembali saat aku memegang fragmen."
"Hei, kalian ingin pergi atau tidak?" tanya Citem tiba-tiba, namun Kaira memberinya isyarat bahwa mereka berdua akan segera menyusul. Akhirnya pemuda itu pun menurutinya dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Itu tidak masuk akal," balas Ajul tidak percaya. "Bagaimana bisa hanya dengan menyentuh sekeping fragmen, ingatanmu bisa kembali?"
"Jika kau bertanya kepadaku, lantas aku harus bertanya kepada siapa?" keluh Kaira. "Intinya, kau ingin ku ceritakan padamu sekarang atau nanti?"
Ajul pun menggeleng. "Nanti saja di hadapan Ubi, dia juga meminta penjelasan dari kita. Yang jelas, sekarang kita harus bergegas sebelum mereka pergi terlalu jauh. Aku hapal jalannya memang, namun Voiz memilih untuk pergi terlebih dahulu. Lantas siapa yang akan memandu mereka?"
"Baiklah kalau begitu," balas Kaira. "Kita tunda urusan ini terlebih dahulu. Ayo."
Ajul pun mengangguk dan menatap ke sekelilingnya, ia ingat bahwa Garox sebelumnya tengah sibuk memanen semangka. Namun tidak ada lagi orang yang berada di sana selain dirinya dan Kaira, jadi ia berpikir bahwa semuanya sudah berkumpul di depan portal.
Sayangnya ia hanya mengecek di daerah kebun semangka secara sekilas, bukan ruang penyimpanan Jerry.
T. B. C.
Don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAZEL [Completed]
FanficMain cast : Ajul / Azazel (Aspect30) Brutal Legends Universe! Phase 2! BxB, Fluff, no lemon, hareem. Terjebak di sebuah dunia yang penuh dengan legenda, kutukan, dan pengkhianatan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya, bahkan jika ia harus berpih...