Ajul menatap kedua netra hijau pemuda yang berdiri di hadapannya itu sambil berkacak pinggang. "Bukankah di sini adalah kawasan tidak berpenghuni, Garox? Lagipula, aku bebas berada dimanapun yang aku mau, bukan?"
Pemuda itu pun menghela napas. "Ya, kau memang benar. Berhubung aku bertemu denganmu di sini, apakah kau masih mengingat perjanjian kita?"
Ajul menyerngit, dirinya mencoba mengingat perjanjian apa yang ia miliki dengan pemuda itu, ia memiliki terlalu banyak perjanjian untuk diingat. "Perjanjian mengenai hal apa?"
Pernyataan Ajul membuat Garox menghela napas. "Kau memberikanku tiga totem, bukan? Sebab aku tidak bisa mengganti mereka, kau memintaku untuk melakukan apapun yang kau minta. Sekarang, apa yang kau mau?"
Seringai pun terbit di bibirnya, kebetulan sekali dirinya memiliki sesuatu untuk diberikan kepada pemuda itu. "Ah, tentu aku memiliki sesuatu permintaan untukmu. Namun kenapa kau harus terburu-buru?"
"Bukan urusanmu," balas Garox malas, ia nampaknya tidak ingin memberitahu kepada pemuda itu alasannya. Ajul sendiri pun tidak terlalu peduli akan hal itu, ia lebih membutuhkan tenaganya untuk saat ini.
"Apakah kau benar-benar akan melakukan apapun itu untukku, Garox?" tanya Ajul memastikan, yang tentu saja diangguki oleh pemuda itu.
"Semua yang kau minta, Ajul."
"Bagus, aku mempunyai beberapa pekerjaan untukmu," ujar Ajul, ia pun menunjuk ke arah gua tempat dirinya menambang sebelumnya. "Carikan aku barang-barang yang berguna, masing-masing dua stak saja. Jangan lupa untuk melebur bijih-bijih tambang itu terlebih dahulu, di dalam sudah ada tungku peleburannya. Aku akan kembali tiga jam lagi dan aku harap kau tidak pergi terlalu jauh."
Garox pun mengangguk, dirinya pun berjalan masuk ke gua tersebut. Ajul pun tertawa sinis saat pemuda itu sudah masuk ke dalam. "Itu pun kalau di sana masih ada hasil tambang yang tersisa."
Dengan langkah gontai, dirinya berjalan pulang menuju rumah lamanya untuk menyimpan semua hasil tambang yang telah ia dapatkan.
Ajul memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum kembali mengingat dirinya belum makan sama sekali, hanya dua potong roti dengan segelas susu namun itu sudah cukup baginya.
Sayang jika dirinya memakan wortel emas, yang mana lebih baik dimakan saat sedang berpergian jauh.
Dirinya pun memutuskan untuk tidur sejenak sembari menunggu waktu yang telah ia tentukan sebelumnya, tubuhnya tentu merasa kelelahan setelah terus menerus menambang tanpa istirahat.
Ajul baru terbangun beberapa jam kemudian, yang mana hari pun sudah mulai gelap. Setelah membasuh wajah dengan air, dirinya pun bergegas kembali ke tempat di mana ia menyuruh Garox sebelumnya dan menemukan bahwa pemuda itu sudah duduk menunggunya di depan gua setelah dirinya tiba.
"Jadi kau sudah selesai?" tanya Ajul yang membuat pemuda bermanik hijau itu menoleh, dirinya pun menatapnya senang dan segera menghampirinya.
"Akhirnya kau kembali! Sudah lama aku menunggumu!"
Namun Ajul sama sekali tidak peduli dengan perkataan Garox dan berkacak pinggang. "Jadi di mana barang-barang yang telah aku minta sebelumnya?"
"Oh! Tunggu sebentar ...." Dirinya pun mengeluarkan tiga stak blok lapis dan satu blok berlian yang kemudian ia berikan kepada pemuda bermata merah tersebut. "Hanya ini yang aku dapatkan di gua itu, Jul."
Ajul pun menerima barang-barang tersebut dengan senang hati, dirinya tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan semua itu. Ia pun tersenyum penuh makna kepada pemuda yang berdiri di hadapannya itu. "Apakah kau ingat bahwa aku bilang ada beberapa pekerjaan untukmu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
AZAZEL [Completed]
Fanfiction[Revised] Main cast : Ajul / Azazel (Aspect30) Brutal Legends Universe! Phase 2! BxB, Fluff, no lemon, hareem. Terjebak di sebuah dunia yang penuh dengan legenda, kutukan, dan pengkhianatan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya, bahkan jika ia ha...