menjadi pemimpin wilayah terlarang

Chapter 6 : just fine (3)

Pertama kali atherio pusing dan mual.

Kedua kali atherio berteriak.

Ketiga kali atherio menangis.

Keempat kali atherio muntah.

Yang ke lima kali atherio bahkan tak punya kekuatan untuk berdiri.

Dan yang terakhir ia pingsan.

Itu adalah semua efek samping yang dirasakan nya, saat mencoba untuk melawan penyakit mental nya.

Setelah pingsan, ran tak ragu ragu membawa nya kembali ke kereta kuda dan pulang bersama nya.

Di dalam kereta, di perjalanan pulang, atherio menggetakkan gigi nya kuat kuat.

Mencengkram buku buku jari nya dan berteriak kesal di dalam hati.

Ptsd.

Trauma.

Ocd.

Axienty.

Skyzofrenia.

Atherjo mengabsen semua penyakit yang baru saja di ketahui nya ia derita.

"Apa yang sebenarnya dia alami"

Atherio bertanya tanya dengan kesal.

Ini mengganggu nya untuk berkomunikasi.

Tapi untung nya, lee mou ran memiliki mental cukup kuat di umur nya yang ke tiga puluh lima, di tambah pengalaman nya di akhir zaman yang xukup untuk menjadi bekal nya menghadapi penyakit mental seperti itu.

Jika atherio hanya manusia biasa ia busa gila seketika.

Bahkan sampai sekarang atherio tak bisa menyingkirkan suara suara kematian di telinga nya.

Tapi setelah lima kalo percobaan tadi atherio sudah mulai terbiasa dengan penyakit nya.

Bagi kee mou ran ia cukup fokus untuk membedakan halusinasi nya saja, maka ia bisa mengendalikan trauma dan kekambuhan penyakitnya.

Mudah di katakan, pada akhir nya lee mou ran cukup kelelahan untuk mengendalikan penyakit ini, sedikit saja ia kurang dokus ia mungkin akan menjadi gila seketika.

Atherio kehilangan mood bagus berkat penyakit itu, ia hanya diam menahan kesal di kereta kuda sambil memandang pemandangan yang hanya penuh pohon juga langit yang berangsur angsur menggelap.

"Thero kau terlmbat."

Atherio turun dari kereta dan ia di sambut segera oleh benia si ibu tiri nya.

Benia terlihat memakai baju santai dengan rambut putih panjang nya, yang di biarkan terurai di sebelah bahu kanan nya.

Ia terlihat anggun dengan pakaian dan gaya sederhana itu, ia juga terlihat lembut dan baik hati, jika tak menghitung wajah nya sekarang yang bagi atherio itu cukup gelap.

"Ran bukan kah sudah ku bilang jangan terlalu dipaksakan ini sudah malam"

Benia berkata berat pada ran, atherio diam diam menatap langit, hari baru saja berubah menjadi gelap, ini masih di hitung malam yang muda atherio tak bisa mencari alasan kenapa benia marah mereka tak pulang terlalu malam.

Ran hanya menunduk diam tak membalas.

Atherio menarik ke atas satu alis nya, harus nya ran mengatakan sesuatu disini ,mereka tak pulang terlalu malam dan mereka juga tak pulang saat makan malam, tiba mereka tak terlambat, tapi diam nya Ran seperti membenarkan mereka terlambat sekarang.

Atherio memutar kepala nya, menghitung hitung apakah akan mengatakan sesuatu atau tidak, saat atherio berencana untuk diam, benia memandang ke arah nya dengan tajam.