33

7.4K 632 11
                                    

Sekarang Vanca sedang duduk di ayunan taman tempat dia pertama kali bertemu dengan Melvino.

Dia hanya diam menatap langit yang nampak indah di malam hari, tidak lupa dengan 3 bungkus cimol yang ada di tangannya.

"Kenapa bang darel gak tau gua masih hidup atau ngak?" Bingung Vanca mengingat perkataan abang kandungnya darel yang.

"Apa gua kerumah mereka aja ya?" Bingung Vanca

"Yaudah"

Vanca langsung terkejut dan dengan cepat menoleh kebelakang yang ternyata sudah ada Melvino yang berada tepat di belakangnya dengan senyuman di wajahnya.

"Gila, kaget gua anjir" Kesal Vanca sambil mendorong Melvino Sementara Melvino tertawa karna melihat raut wajah Vanca yang begitu lucu karna terkejut.

"Maaf deh mol" Ucap Melvino lalu duduk di ayunan yang berada di sebelah Vanca.

"Beliin pabrik cimol dulu" Ucap Vanca

"Jantung lu kasih ke gua, biar nanti gua beli" Ucap Melvino

"Nyebelin lu" Kesal Vanca membuat Melvino kembali tertawa gemas melihat Vanca

"Utututu jangan ngambek" Ucap Melvino sambil mencubit pipi Vanca dan tidak lama setelah itu Melvino jatuh tergeletak di tanah sambil meringis kesakitan akibat pukulan Vanca.

"Awww, mol lu kecil kecil cabe rawit anjir" Ucap Melvino

"Gua gak kecil!! Lu sama temen temen lu aja yang tinggi" Ucap Vanca sambil menyuap Cimol ke dalam mulutnya.

"Iyain dah dari pada ngambek lagi" Lirih Melvino

"Lu ngapain sih ke sini malem malem?" Tanya Melvino membuat Vanca menoleh kearahnya dengan tatapan sinis.

"Kenapa sih?! Suka suka gua dong, emang ini taman punya nenek moyang lu?!" Ucap Vanca sedikit teriak.

"Tapi ini taman emang punya nenek moyang gua mol, noh ada patung nenek nenek di deket perosotan" Ucap Melvino sambil menunjuk patung yang berada di samping perosotan anak anak.

"Males ah ngomong sama orang kaya, pasti omongan yang gak masuk akal jadi masuk akal karna punya duit" Ucap Vanca dengan wajah yang terlihat lelah, tidak peduli dengan ucapan Melvino

"Eit jangan ngambek nanti gua cium" Ucap Melvino dengan bangga berpikir Vanca akan tetap cemberut ternyata dia langsung tertawa dengan kencang.

"Hahahahaahahahaah gua bahagia" Ucap Vanca sambil menampilkan senyumnya dan berakhir lah sekarang dengan Melvino yang cemberut.

"Segitu nya kah lu gak mau di cium gua van?" Tanya Melvino dengan raut sedih

"Ya gila kalau gua mau di cium sama lu" Ucap Vanca sambil memutar bola matanya malas

"Jujur aku sakit hati denger itu" Ucap Melvino dengan wajah yang dibuat sedih Sementara Vanca menatap sinis Melvino yang terlihat sangat alay saat ini.

"Kamu kok natap aku begitu sih" Cemberut Melvino membuat Vanca tertawa melihat ekspresi Melvino

"Geli ah" Ucap Vanca di sela tawanya

Melvino tersenyum melihat Vanca yang tertawa di hadapannya.

"Nah gitu dong ketawa, cemberut mulu muka lu dari tadi emang ada apa sih?" Tanya Melvino membuat Vanca berhenti tertawa.

"Van, jangan di pendam kalau ada masalah" Ucap Melvino membuat Vanca menundukkan
kepalanya.

"Gua gak masalah kalau lu gak cerita, gua bakalan nungguin lu sampe lu siap buat cerita" Lanjut melvino sambil mengelus rambut Vanca.

"Lu nangis aja, gua bakalan pergi jadi gak akan ada yang liat lu nangis di sini"

Melvino segera berdiri dan pergi dari sana meninggalkan Vanca di sana. Tapi sebelum pergi Melvino tidak lupa mengusap rambut Vanca agar Vanca tenang.

Setelah Melvino pergi, di taman itu terdengar isakan kecil. Vanca benar benar menangis setelah Melvino pergi.

"G-gua harus apa?" Ucap Vanca di sela tangisnya

Jujur saja, Vanca lelah dengan apa yang harus dia lakukan terlebih dahulu. Dia lelah dengan semuanya, dia takut, lelah, bingung dengan semuanya.

Dia takut dijauhi oleh keluarga Vana, dia merasa bersalah telah menempati tubuh Vana.

...

Kini Vanca mengendarai motor menuju rumahnya sebelum dia berpindah tubuh.

"Loh? Mobil Anzel?" Bingung Vanca saat melihat mobil yang dia kenal berada di depan rumah keluarganya.

"Jangan bilang..."

Vanca segera turun dari motor dan mencari tempat bersembunyi untuk melihat apa yang terjadi di sana.

Saat Vanca sudah bersembunyi di balik tembok rumah keluarganya, dia melihat Anzel yang sedang marah terhadap Darel.

Sampai Vanca terkejut melihat abang sepupunya Raka memukul Anzel, Vanca segera berlari menuju Anzel.

"Aduh maaf ya bang, ini orang gilanya lepas dari rumah sakit" Ucap Vanca lalu pergi dari sana sambil menarik Anzel keluar.

"Njir gua mukul orang gila bang" Ucap Raka kepada Darel tetapi Darel tidak peduli dengan itu dan hanya melihat Vanca dan Anzel yang berjalan keluar.

"Lo ngapain anjir di sini?!" Tanya Vanca

"Gua mau jiwa adek gua Vana balik ke tubuh miliknya" Ucap Anzel dengan penuh penekanan

"Hubungannya lu ke sini apaan?!"

"Lu adeknya dia kan? Gua kasih waktu buat lu balikin tubuh Vana beserta jiwanya, kalau sampe Vana gak balik gua bakalan habisin keluarga lu" Ucap Anzel yang membuat Vanca marah dan sedih.

"Bajingan lu!!! Keluarga gua gak ada sangkut pautnya sama hal ini bangsat!!" Ucap Vanca sambil mencengkram kerah baju Anzel.

"Gua gak peduli, gua cuman peduli sama Vana" Ucap Anzel lalu melepaskan cengkraman Vanca dan pergi dari sana.

"Anzel bangsat!!" Ucap Vanca lalu berjalan menuju motornya, tetapi tangannya lebih dulu di tahan oleh Darel.

"Kamu ke sini? Kamu mau balik ke rumah?" Tanya Darel membuat Vanca terdiam Jujur saja dari awal bertemu Darel, Vanca sudah mengetahui hal apa yang Darel lakukan. Dia tidak ingin makan dan mengurung diri di kamarnya, Vanca tau itu saat melihat tubuh Darel yang kurus dan bibir yang pucat.

"Abang..."

"Aku mau ketemu yang lain" Ucap Vanca membuat Darel tersenyum dan membawa Vanca kedalam rumah keluarga mereka.

Saat sampai di depan pintu, Vanca menahan tarikan Darel, yang membuat Darel bingung.

"Kenapa?" Tanya Darel

"Jangan bilang kalau aku Vanca, bilang aja aku sahabatnya Vanca" Ucap Vanca membuat Darel mengangguk.

"Ayah bunda!! Kenalin ini sahabat Vanca namanya..." Darel langsung melihat ke arah Vanca

"Vana om, tante" Ucap Vanca sambil tersenyum

"Ah, kamu dateng kesini ada apa ya?" Tanya wanita paruh baya, dia adalah bunda dari Vanca di masa lalu bernama lila.

"Saya..., ingin menyampaikan surat dari Vanca yang dititip kan kepada saya" Ucap Vanca sambil menunduk.

"surat?" Tanya Raka membuat Vanca mengangguk

"Kakak gak nipu kita kan? Aku belum pernah liat kakak bareng kak Vanca" Ucap anak kecil yang bernama Kira

"Aku emang awalnya tinggal di Canada jadi jarang main sama Vanca, tapi kita sering chatan bareng dan telfon kok" Ucap Vanca membuat mereka mengangguk

"Hmm ini suratnya" Ucap Vanca lalu menaruh amplop berwarna putih di meja

"Aku izin pergi duluan ya, soalnya ada keperluan" Ucap Vanca lalu pergi dari sana

"Gua kangen Vanca" Ucap Reno adik dari Raka

"Gua juga" Ucap Raka "Gak ada kak Vanca jadi sepi, padahal biasanya dia selalu jailin kita walaupun dia berakhir di omelin oma dan opa" Ucap Kiro kembaran dari Kira

"Ekhem, Kiro Kira ikut mamah yuk kita makan kue di dapur" Ucap adik dari bunda Vanca, Vanca biasa memanggilnya Tante mira.

"Gak aku mau di sini, aku mau surat dari kak Vanca" Ucap Kira sambil mengambil surat yang ada di meja, tetapi surat itu di tahan oleh ayah Vanca yang bernama johnny.

"Kira...main dulu sama abang yang lain ya" Ucap Johnny membuat Kira cemberut dan kembali duduk di samping Kiro.

"Darel kamu bawa adik adik kamu ke kamar" Ucap Johnny

"Iya ayah" Ucap Darel dan menuruti perintah dari ayahnya

Setelah Darel pergi bersama yang lain Johnny segera membuka Amplop itu yang di dalam nya terdapat 2 amplop dengan tulisan yang berbeda.

'Untuk adik dan abang aku yang imut'

'Untuk yang tua heheh bercanda'

Johnny tertawa saat membaca judul amplop itu, anak nya masih sering membuatnya tertawa.

"Bibi, kasi amplop ini ke Darel" Ucap Johnny sambil menyerahkan surat yang di buat untuk anak anak mereka.

"Baik tuan"

"Buruan buka suratnya" Ucap dari ibu Johnny

Johnny membuka isi surat itu dan membacanya, yang lain menunggu johnny membacanya. Dan mereka di buat terkejut dengan isakan dari Johnny yang sedang menutup wajahnya.

"Mas?" Panggil Lila, kemudia Johnny menyerahkan suratnya kepada Lila

Setelah itu Lila membacanya, dan kejadian Johnny menangis juga terjadi kepada Lila kini menangis dan menaruh surat itu di meja.

'Ayah bunda ini aku Vanca putra bungsu kalian, aku mau bilang kalau aku gak pernah nyesel jadi anak kalian. Walaupun kalian gak ngebolehin aku buat raih mimpi aku, aku gak pernah benci kalian dan gak akan bisa. Aku tau kalian ngelakuin itu buat yang terbaik untuk aku, tapi tolong dengerin keinginan yang aku mau. aku ada 2 permintaan, Biarin bang Darel raih cita citanya, jangan biarin abang ngelakuin hal yang gak dia suka. dan yang ke dua aku gak pengen kalian ngerasa bersalah saat nanti kehilangan aku, jalanin kehidupan kalian seperti biasa tanpa aku. Makasih udah jadi sosok orang tua buat aku.

Lalu untuk om dan tante yang aku cintai hehe, aku minta maaf kalau aku sering buat kalian emosi. Tapi beneran deh saat si kembar dan aku masuk rumah sakit itu karna aku berusaha selamatin mereka dari orang jahat, eh tapi tante malah marah ke aku, tapi gapapa aku seneng kalau liat kembar sehat lagi.

Untuk opa dan oma, aku cucu kalian juga kan? Tapi kenapa kalian selalu gak puas sama hasil yang aku buat? Kalian selalu bandingin aku sama yang lain. Opa oma, aku juga pengen di sayang sama kalian kayak kalian sayang sama bang Darel dan yang lain.

Heheh segitu aja ya. Aku sayang kalian walaupun aku gak tau kalian sayang aku juga atau ngak😊'

Mereka yang ada di sana benar benar menangis setelah membaca surat dari Vanca, mereka sadar apa yang telah mereka lakukan.

"Maaf ayah gak pernah dengerin kamu" Ucap Johnny di sela tangisnya

"Bunda minta maaf kalau bunda jarang beri kamu kasih sayang" Ucap Lila

"Om sama tante minta maaf Vanca udah nuduh kamu" Ucap tante Mira yang kini di peluk oleh suaminya.

"Oma minta maaf ya cucu oma"

"Opa juga minta maaf, maaf atas semuanya"

Kini beralih kepada Darel yang duduk di karpet bersama adiknya dengan amplop yang berada di tangannya.

"Abang mau sampai kapan pegang surat itu doang gak di baca baca?" Tanya Kira yang kini sedang duduk di pangkuan Reno.

"Coba buka suratnya dong" Ucap Kiro membuat Darel membuka suratnya

Mereka terdiam saat melihat di dalam amplop terdapat dua surat lagi dengan nama yang berbeda.

'Untuk abang dan adik sepupu Vanca yang jelek'

"Ih namanya jelek" Ucap Kiro setelah membaca nama amplop itu yang di setujui oleh Kira

"Yang satu lagi buat lu bang" Ucap Raka menyadarkan lamunan Darel

'Untuk abang kesayangan gua abang Darel yang jelek'

Darel tersenyum membaca judul Surat tersebut.

"Biar abang baca duluan" Ucap Raka mengambil Surat dari tangan Reno

"Ck nyebelin lu" Ucap Reno sambil menatap sinis kakak kandungnya ituDarel dan Raka langsung membaca surat mereka.

'Eyo, kembali lagi bersama saya Vanca heheh. Di sini gua pengen sampein sesuatu yang ada di hati gua buat kalian eaa. Yang pertama ada abang Raka selaku tertua kedua setelah abang Darel, jadi gua mau bilang eh gak maksudnya tulis, makasih udah jadi abang gua di saat abang Darel ada di luar negeri, mungkin kalau gak ada lu sama bang Darel gua udah pergi dari kapan tau di dunia ini. Tapi karna ada lu berdua gua jadi kuat dan bertahan sampai sejauh ini. Makasih banget loh, lopyu.

Nah yang kedua untuk Reno adek gua yang paling flat mukanya, lu itu kalau ada masalah cerita yaa jangan di pendem, nanti kek gua lagi. Lu itu paling pendiem tapi paling peduli juga di antara yang lain, dan gua bangga punya adik kayak lu, lu keren dah pokoknya, jangan pernah ngerasa lu gak berguna oke, lu itu lebih dari berguna

Nah yang terakhir untuk si kembar boneka lucunya abang Vanca yang ada satu di dunia ini, halo adik kecilnya abang. apa kabar? Abang kangen deh sama kalian, abang pengen peluk kalian deh rasanya. Kalian jaga kesehatan ya, jangan percaya sama orang gak di kenal kek waktu itu, kita bertiga jadi masuk rumah sakit deh. Kalian jangan bikin masalah mulu ya, jangan lupa buat sering bantu orang lain oke

Segitu aja suratnya. Buat kalian jaga kesehatan dan terus senyum ya, saling membantu kalau ada masalah, apa lagi gua udah gak ada di sisi kalian saat ini'


'Untuk abang Darel yang jelek, heheh bercanda. Abang tuh bener bener panutan buat aku, aku bisa semuanya. Aku tau bebannya berat untuk jadi anak pertama dan tanggu semuanya, tapi aku pengen jadi kayak abang yang bisa ngelakuin semuanya. Aku gak pernah ngeliat sedikit pun kekurangan dari abang, tapi aku sadar sesempurna apapun itu pasti ada titik kelemahannya dan aku tau abang pasti simpen itu semua sendiri. Abang aku pengen abang berhenti sembunyiin itu semua, karna menjadi lemah itu hal yang wajar dari pada terus terusan menjadi kuat, itu capek abang. Abang makasih udah buat Vanca bertahan sampai sejauh ini, abang selalu bantuin Vanca di saat Vanca di paksa buat lakuin hal lain, abang selalu bela Vanca. Saat abang pergi ke luar negeri, Vanca takut. Takut gak bisa ngelewatin ini semua, tapi ada bang Raka yang bantuin Vanca, kalian bener bener hebat dan gua pengen jadi kalian. Kalian itu abang yang hebat buat kita semua, dan aku bangga sama kalian.

Abang maaf kalau Vanca bener bener pergi, Vanca udah mikirin ini berkali kali. Yang Vanca tau untuk ngembaliin jiwa orang kita harus ngerasain sakit, dan aku udah mutusin itu. Aku harap kita bisa ketemu di kehidupan selanjutnya yaDari adik abang yang ganteng melebihi kim taehyung'


Kini di dalam kamar itu hanya ada suara tangisan, mereka menangis setelah membaca itu. Mereka sangat merindukan sosok orang yang begitu peduli terhadap mereka.

Darel hanya menatap kosong kertas tersebut dengan air mata yang terus mengalir, dia berdiri dari duduknya dan pergi dari sana.

"Kira mau abang Vanca!! Hiks" Ucap Kira sambil menangis di pelukan Reno

"Abang Vanca pasti balik ke sini lagi kan?" Tanya Kiro kepada Raka yang saat ini melamun

"Bang Vanca pasti ke sini lagi" Ucap Reno sambil mengelus Kiro


"seharusnya lu bang yang kalau ada masalah harus cerita, lu terlalu peduli sama kita" ucap Reno 

'Maaf abang gagal jadi abang yang terbaik buat kamu, tolong jangan pergi' - Batin Darel



Jadi kalau yang gak tau darel itu siapa atau mungkin gak baca ada karakter dengan nama darel di sini,  jadi Darel itu abang kandung Vanca di masa sebelum Vanca pindah raga, waktu itu aku bikin karakter Darel tuh namanya Vanzo tapi aku ganti jadi Darel karna lupa nama nya dulu heheh.

makasih ya buat kalian yang baca cerita aku, btw aku baca komen kalian yang bilang aku ngilang, tapi emang bener sih hehe semoga gak ilang lagi yaaa

vancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang