34

6.9K 684 15
                                    

Kini Vanca berada di pinggir jembatan. Dia menutup matanya untuk merasakan sejuknya angin. Dia membuka matanya, melihat betapa indahnya langit di malam hari.

"Pengen jatoh dari jembatan tapi gua takut ketinggian" Ucap Vanca lalu menjauh dari sana

Jujur saja, Vanca dari tadi menahan untuk tidak melihat ke bawah agar rasa takutnya menghilang. Tetapi badannya tidak bisa berbohong, karna dari tadi badan Vanca bergetar.

"Huhu takut, mendingan ke tabrak aja dah" Ucap Vanca lalu berdiri di pinggir jalan

"Mana kendaraannya anjir, gak ada yang lewat sama sekali" Ucap Vanca melihat jalanan yang begitu sepi.

"Kalau tuhan memaksa agar aku tidak celaka maka aku turuti" Ucap Vanca sambil berpura pura mengusap air mata.

"VANCA!!! GUA TAU LU BANYAK MASALAH TAPI GAK GINI!!"

Vanca menoleh kearah suara itu, dan tidak jauh dari Vanca terdapat Noel bersama 4 titan yang entah sedang apa disana.

"APAAN?!!" Tanya Vanca

"HUHUHU AYANG VANCA JANGAN GITU DONG" Teriak Teo yang langsung mendapat geplakan sayang dari Noel.

"Anjing diem!! VANCA GUE TAU KALAU LU BANYAK MASALAH, KALAU MAU BUNDIR BAYAR UTANG LU DULU PLIS KASIAN NIH ANJING GUA TEO NANTI KAGAK BISA MAKAN" Ucap Noel yang teriak sambil berlari menuju Vanca

"Ini ada apa sih anjir?" Bingung Vanca

"Jujur sama gua, lu mau mati kan?!" Tanya Noel sambil menggoyang badan Vanca

"Aduhh awalnya sih gitu cuman gua takut ketinggian, mau nabrakin diri ke mobil juga gak ada kendaraan yang lewat anjir" Ucap Vanca

"Untung lu penakut" Ucap Kai yang langsung mendapatkan pukulan kematian dari Vanca

"Anjing sakit banget!! Perih cuy pipi gua" Ucap Kai sambil mengelus pipinya yang terdapat cetakan tangan berwarna merah milik Vanca.

"Makan tuh tabokan" Ucap Teo

"Lu gapapa kan?" Tanya Noel yang di balas anggukan oleh Vanca

"Kok lu pada bisa ada di sini?" Tanya Vanca

"Udah lu gak perlu tau, tapi lu beneran gapapa kan?" Tanya Noel

Saat Vanca ingin menjawab pertanyaan dari Noel, tiba tiba saja ada yang meneriaki namanya dari kejauhan.

"VANCA!!!"

Vanca menoleh kearah suara, disana terdapat Darel yang sedang berlari kearahnya.

"Abang?" Vanca bingung kenapa ada Darel disana...

"Kamu, kamu gapapa kan?" Ucap Darel sambil membolak balikan tubuh Vanca mengecek jika ada yang luka.

"Maaf anda siapa ya?" Tanya Melvino sambil menjauhkan Vanca dari Darel

"Saya? Saya abang Vanca" Ucap Darel membuat Melvino mengerutkan dahinya

"Abang? Vanca gak punya abang yang namanya Darel. abangnya Vanca itu Kaivan, Raffan dan juga Jeran, gak ada Darel" Ucap Noel

"Emang panggil abang harus sodara kandung? Gua juga bisa panggil lu pada abang, bang Noel, bang Mel, bang Al, bang Kai, bang Teo" Ucap Vanca membuat 4 titan gemas dengannya.

"Arghh nikah aja yuk, kamu tuh terlalu gemas" Ucap Teo sambil memeluk Vanca

"Gwenchana, gwenchana ada yang lebih lucu dari gua gwenchana" Ucap Noel

"Stress pada, masuk karung cepat Vanca" Ucap Melvino yang di tangannya sudah ada karung

"Van jadi babi grill aku yuk, aku banyak utang eh uang loh" Ucap Kai

"Van besok kita ke honeymoon ya" Ucap Alvero

'Gila adek gua banyak juga setan yang nemplok' batin Darel

"Apasih gila lo pada" Ucap Vanca sambil berusaha melepaskan pelukan dari Teo.

"Kalau ada yang ngomong lagi, gua potong masa depan lu pada" Ucap Vanca sambil menatap tajam mereka.

Tentu saja mereka menuruti apa yang dikatakan oleh Vanca, mereka ingin masa depan mereka tetap utuh.

"Abang ngapain ke sini?" Tanya Vanca

"Nyariin kamu lah" Ucap Darel

"Bang maaf ya Vanca selalu nyusahin abang" Ucap Vanca sambil menunduk

"Vanca... Kamu itu gak pernah nyusahin abang sama sekali" Ucap Darel sambil memeluk Vanca

"Bang Vanca harus apa Vanca takut salah ambil keputusan, mereka benci Vanca" Ucap Vanca

"Lakuin apa yang menurut kamu benar" Ucap Darel

"Abang selalu di samping kamu, jangan nyerah oke" Ucap Darel sambil mengusap rambut Vanca

"Jujurly gua iwri banget sama dia yang bisa peluk Vanca" Ucap Teo di setujui oleh yang lain

"Eh tapi gua udah pernah peluk Vanca bahkan gua pernah mandi bareng sama dia" Ucap Noel membuat 4 titan itu menatapnya tajam.

"Pas bayi" Lanjut Noel membuat mereka menghela nafas lega

"Bodyguard nya serem si Vanca mah" Lirih Noel

...

Vanca terdiam di atas motor sambil memperhatikan rumah keluarga dari tubuh yang saat ini Vanca gunakan.

"Vana lu bener bener deh" Vanca menghela nafasnya berat

Vanca segera masuk ke dalam rumah itu, tidak lupa motor nya dia simpan di garasi

"Yok bisa yok, manusia manusia kuat itu bukan gua" Ucap Vanca sambil tertawa miris mendengar ucapannya.

Vanca berjalan masuk kedalam rumah.

Sepi... Itu yang Vanca rasakan disana. Biasanya ketika Vanca masuk ke sana, tempat itu akan ramai walaupun orang-orangnya menyeramkan.

"Vanca?"

Vanca menoleh kebelakang yang ternyata sudah ada jeran di belakangnya dengan sebuah jajanan di tangannya.

Ah itu makanan kesukaannya. Apa lagi kalau bukan cimol.

"Bang Jeran? Eh gua gak seharusnya manggil lu bang kan" Ucap Vanca sambil menunduk

"Vanca, dengerin gua" Ucap Jeran membuat Vanca melihat Jeran yang ada di depannya itu

"Gua tau ini bukan kemauan lu buat kayak gini, gua gak nyalahin lu justru lu korban di sini. Udah berapa lama lu disini Van? Gua yakin walaupun lu gak selama Vana di sini tapi kita udah deket, bahkan lu udah deket sama daddy Ghava yang bahkan gak ada yang berani ngomong sama dia. Tapi lu ketawa bareng dan jalan bareng, padahal awalnya juga ayah gak sedeket itu sama daddy tapi, lu bisa deket sama kita semua"

"Vanca, walaupun Vana emang gak bisa balik lagi abang gak masalah. Abang ikhlas karna mungkin aja itu balasan dari tuhan atas sikap abang ke dia, bukan berarti abang gak sayang dia. Abang sayang dia dan selalu nyesel kenapa abang gak bisa deket sama dia sebelum pergi. Vanca, kamu udah bantu yang lain buat sadar kesalahan mereka termasuk abang sendiri"

"Vanca itu juga adeknya abang" Ucap Jeran sambil memeluk Vanca

"T-tapi Anzel gimana??" Tanya Vanca

"Daddy lagi berusaha buat sadarin Anzel, kamu gak salah" Ucap Jeran

"Yang lain udah tau? Daddy? Ayah? Papah?" Tanya Vanca dan mendapatkan balasan anggukan dari Jeran

"Kita ke kamar abang yuk, makan jajanan" Ucap Jeran sambil memperlihatkan jajanan yang di belinya tadi

"Kembar, Kaivan sama Raffan gimana?" Tanya Vanca

"Kamu jangan mikirin itu terus, mereka cuman butuh waktu" Ucap Jeran sambil tersenyum manis

Jeran segera menarik pelan tangan Vanca, membawanya menuju kamarnya.

Jeran berniat untuk makan jajanan dan nonton drakor atau bermain game bersama Vanca di kamarnya. Dia ingin menghabiskan waktu bersama Vanca atau, adiknya Vana?

...

Tok tok tok

"Hiego" Panggil Ghava

Jujur saja walaupun Ghava sering cuek kepada keluarganya, sebenarnya dia sangat sayang kepada mereka.

Kini Ghava sedih melihat Hiego yang tengah melamun di balkon kamarnya.

"Hiego" Ghava memecahkan lamunan Hiego, membuat Hiego langsung menengok ke belakang dan terkejut dengan kehadiran Ghava

"Eh ngagetin aja dah" Ucap Hiego

"Ikhlasin, gua yakin dia udah bahagia di sana" Ucap Ghava

"Gua nyesel, rasanya sakit banget" Ucap Hiego

"Lu gak benci Vanca kan?" Tanya Ghava, kemudian Hiego membalas dengan sebuah gelengan kepala tanda bahwa dia tidak membenci Vanca.

"Gua gak benci, tapi gua nyesel karna gua telat buat deket sama anak gua sendiri" Ucap Hiego

"Jujur aja sih gua juga kaget denger cerita itu dari Anzel yang ngamuk ngamuk kek gitu. Tapi lu sadar gak kalau semenjak Vanca hadir tanpa kita ketahui dia pake raganya Vana, dia udah buat perubahan di keluarga kita"

"Dia itu ngerubah pandangan kita terhadap Vana, gua yakin itu permintaan Vana sendiri" Ucap Ghava

"Gua bener bener bahagia di saat gua bisa ngehabisin waktu gua bareng Vanca sebagai Vana saat itu, gua ngerasa Vana bener bener balik ke gua" Ucap Hiego

"Dia anak yang baik, sifatnya yang peduli sama orang lain, mereka berdua mirip" Lanjut Hiego

...

"Ini bweli di mwana?" Tanya Vanca dengan mulut yang penuh dengan cimol

"Di deket perusahaan ayah" Ucap Jeran yang saat ini tersenyum melihat tingkah laku Vanca

"Ewnak Vanca suka" Ucap Vanca semangat

"Telen dulu, nanti keselek lagi kan gak lucu" Ucap Jeran sambil tertawa kecil

"Kamu kemarin kemana? Kok gak pulang?" Tanya Jeran

"Gua nginep di rumah Noel" Jawab Vanca

"Bang, seandainya Vana balik lagi dan gua ternyata yang udah gak ada gimana bang lu bakalan sedih apa seneng??" Ucap Vanca

"Hah? Apaan? " Tanya Jeran

"Ah gak jadi, gua ke kamar dulu ya bang" Ucap Vanca lalu pergi dari sana meninggalkan Jeran sendiri di sana

"Maaf abang gak bisa" Ucap Jeran

Dia hanya berpura pura tidak mendengar agar dia bisa tidak menjawab pertanyaan dari Vanca

...

Kini Vanca dia duduk di pinggir kasur sambil melamun, entah apa yang ada di pikirannya saat ini.

Dia berjalan menuju meja belajar dan membuka laci untuk mengambil sebuah buku.

"Semua keinginan lu udah terpenuhi, cuman sisa satu" Ucap Vanca

"Itu lu sendiri Vana, lu harus ada di sini biar list lu bisa tercapai semua"

Di dalam buku itu terdapat list Vana sebelum dia pergi, hal yang ingin dia lakukan adalah menghabiskan waktu bersama keluarganya dan bahagia bersama.

Namun tidak mungkin kan jika Vanca menggantikan posisi Vana. Itu bukan hak Vanca untuk bahagia bersama keluarga Vana.

"Balik Vana, lu harus bisa wujudin list lu" Ucap Vanca

"Kalau lu balik, gua bisa tenang" Vanca tersenyum membayangkan bagaimana Vana bercanda bersama keluarganya

"Setelah mereka tau semuanya, mereka kecewa keliatan dari cara mereka natap gua. Apa lagi Anzel tanpa tatapan juga gua tau kalau dia benci gua" Ucap Vanca

"Waktunya balik Vana, kita balik ke tubuh kita masing masing"

"Selagi tubuh lu ada, lu harus balik ke tubuh lu disini dan gua balik ke tubuh gua yang udah terkubur" Lanjut Vanca

Tanpa Vanca sadari terdapat seseorang yang mendengar apa yang Vanca bicarakan

'Walaupun yang balik adik gua Vana, tapi gua juga bakalan rindu sama sikap lu yang udah ubah suasana di sini'

vancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang