Pria dengan baju tidur rumah sakit yang tengah bersandar pada headboard dalam posisi duduk di ranjang, menyuapkan potongan apel yang sudah dikupas bersih oleh Ditto sebelum menghancurkannya dengan gigi, menatap satu persatu teman-temannya yang datang menjenguk.
Mereka semua duduk di sofa yang ada di ruang rawat VIPnya, kecuali Ditto yang memilih duduk di sampingnya.
Hanya terlihat pelipisnya yang di perban, luka di wajahnya sudah mendingan meskipun masih terlihat ada beberapa bercak ungu.
Luka di badannya yang di perban juga membutuhkan waktu beberapa hari untuk sembuh.
"Gue pengen ketemu Alura." Celetuk Jonash sambil mengunyah potongan apel membuat semua atensi teralih padanya.
"Gimana keadannya sekarang? Dia sampai harus luka gara-gara nyelamatin gue, mana gue belum bilang makasih lagi." Tukas Jonash.
"Dia alergi darah, Rumah Sakit cuman bikin menderita." Sahut Van berdecak pelan membuat Jonash mengerjap sebelum menjentikan jari.
"Pantes dia kelihatan syok waktu itu!" Tukas Jonash.
"Kita juga syok." Sahut Ditto.
"Gimana dong?" Tanya Jonash dengan intonasi serius membuat mereka menatapnya bertanya.
"Apanya?" Ian menyahut.
"Gue jadi deg-degan. Belum pernah ada cewek yang nyelamatin gue mati-matian kayak Alura. Apa Alura nyelamatin gue karena suka? Kalau gitu sih, mamang Jonash akan terima dengan sepenuh hati. Sat set sat set, gak perlu bikin keadaan jadi rumit." Ujar Jonash membuat Van mengernyit menahan umpatan.
Dia pikir ada masalah yang lebih serius.
"Kayaknya tatapan Alura ke elo bukan cinta deh, tapi kasihan." Tukas Ian sontak membuat Jonash mengumpat kasar.
"Terus kita semua gimana? Ketua juga? Kita udah nyelamatin elo tapi lo nya gak tahu diri gitu, cuman mau bilang makasih sama Alura." Tukas Ian membuat Jonash berdecih.
"Ya terus gimana? Mau pelukan kayak teletubies?" Tanya Jonash sarkas sebelum meneguk ludah, termenung lama sambil memainkan lidahnya.
"Yah, makasih buat lo semua." Ujar Jonash menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dengan kepala menoleh ke arah lain.
"Bilangin ke anggota lain juga. Buat hutang bokap gue, itu uang patungan kalian berlima, kan? Nanti gue lunasin setelah menang dari balapan." Ujar Jonash.
"Lunasin aja kalau mau persahabatan kita putus." Tukas Yasa.
"Mending gue lunasin cepet-cepetlah kalau gitu." Ujar Jonash menyeringai membuat Yasa mengeluarkan seluruh umpatan dan perkataan pedas padanya.
"Jadi,"
Sahutan pendek dari Ren kembali mengalihkan atensi mereka semua.
"Apa harus disinggung dulu baru lo mau ngomong? Tentang info Jonash bakal diculik, dapat darimana? Dan kenapa Alura bisa terlibat?" Tanya Ren menoleh terang-terangan pada Van di sebelahnya.
"Gue dapet dari Alura." Jawab Van enteng membuat semuanya tersentak kecil.
"Gimana bisa?" Tanya Yasa.
"Dia bilang satu rahasia ke gue dan sayangnya gue gak bisa bilang ke kalian dan gue males berimajinasi tinggi, beromong kosong cumab buat ngibulin kalian. Intinya dia yang ngasih tahu gue. Udah jelas kan? Sekarang diem, jangan bacot lagi. Gue mau tidur." Tukas Van ngegas membuat Ian menganga kecil dengan kepala menggeleng.
"Emang lo banget, dah." Komentar Ian menggeleng pelan.
"Jadi?" Tanya Jonash menaikan alisnya, "Bukannya ini makin tambah gak jelas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Teen FictionBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...