26. Jika jatuh saat tidak tepat

467 98 5
                                    

Lelaki berkaos hitam bertuliskan Balenciaga berhurup besar di belakang punggungnya dengan celana jeans berwarna serupa, melepas jaketnya sebelum dia sampirkan asal di atas motor ninja biru dongkernya.

Sebelah netranya yang terdapat luka lama bergaris diagonal itu mengerjap sebelum merogoh ponsel untuk memastikan ponselnya dalam keadaan silent.

Van memasukan ponsel ke dalam saku celana sebelum mengendap-endap ke samping gedung terbengkalai untuk menyelinap masuk.

**

Alura mengumpat dalam hati tatkala Van tidak bisa dihubungi lewat telepon Instagramnya karena Alura tidak punya nomor ponselnya. Alura juga tidak dapat menghubungi Ian karena semuanya akan rumit tatkala dia menanyakan banyak hal kenapa Alura tahu tentang penculikan Jonash dan sebagainya.

Ini bukan saatnya menjawab pertanyaan sementara nyawa Jonash sedang di ujung tanduk.

Alura menyingkirkan anak rambut yang berterbangan ke kacamatanya karena angin sebelum menatap ke depan dimana mobil hitam itu melaju sedangkan Alura mengikuti di ojeg beberapa meter di belakangnya.

Alura berharap semoga dia tidak kehilangan jejak mobilnya.

**

"SUMPAH TADI ITU ANAK MASIH ADA! BILANG MAU KE TOILET, EH TAU-TAU UDAH GAK ADA! GUE PIKIR DIA BOKER KARENA LAMA!" Teriak Ian menopang kedua sisi kepalanya, menatap teman-temannya panik.

"Terus gimana? Langsung cari aja?" Tanya Ditto.

"Ke ruang CCTV, kita cek dulu. Gak mungkin penculik itu bisa nerobos keamanan rumah ini." Tutur Yasa berjalan cepat ke ruangan CCTV.

Masuk ke dalam ruangan lumayan luas dengan banyak layar yang menampilkan setiap ruangan yang ada CCTVnya. Yasa mengotak-atiknya sebelum menemukan rekaman CCTV depan rumah tiga puluh menit lalu yang memperlihatkan Jonash sedang meregangkan tubuhnya di teras rumah dan melihat-lihat keadaan sekitar.

Dalam rekaman Jonash masih berdiam sebelum menoleh ke depan dan berlari kegirangan.

Yasa melihat CCTV yang menyorot halaman rumahnya, menampilkan Jonash yang tengah berlari karena ada tukang cilok di luar gerbang.

"Bego!" Tukas Yasa berdecak dengan semua orang yang memejamkan netranya merasa kesal karena tukang cilok dan kecolongan.

"Tapi aneh banget gak sih?" Tanya Ditto kemudian membuat semuanya jadi menoleh.

"Apanya?" Sahut Ian.

"Kenapa bisa ada tukang cilok di perumahan elit kayak gini? Bukan apa-apa, maksud gue ... perumahan elit ini buat masuk ke dalemnya aja keamanan di gerbangnya ketat dan harus punya akses juga. Kenapa tukang cilok tiba-tiba bisa diijinin masuk? Kan gak mungkin." Tutur Ditto membuat Yasa membelalak.

Benar juga, mereka terlalu kalut untuk memikirkan fakta ini.

"Yasa, ada rekaman CCTV saat Jonash beli cilok depan gerbang?" Tanya Ren membuat Yasa kembali mengutak-atik sebelum menemukannya.

Ternyata tukang ciloknya tidak berhenti di depan gerbang rumah Yasa, namun maju terus membuat Jonash mengejarnya sampai tidak terlihat kamera. Dua penjaga keamanan yang ditugaskan di depan rumahnya pun sempat mengejar Jonash namun mereka semua tidak kembali lagi.

Yasa sontak menelpon penjaga rumahnya namun tidak diangkat.

"Ternyata mereka lebih cerdik dan teliti sampai kita kecolongan." Ujar Ren pelan.

Mereka bahkan bisa menerobos masuk perumahan elit ini.

"Maksud lo tukang cilok itu preman yang nyamar?" Tanya Ian.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang