Alura jadi turun dari motor Van dengan bertumpu pada pundaknya. Alura merapihkan rambutnya yang berantakan sebelum menatap Van yang masih di atas motor, tidak melepaskan helmnya.
"Makasih, udah nganterin pulang, ya." Ujar Alura tersenyum membuat Van berdehem enteng.
Alura jadi menipiskan bibirnya, meragu untuk membicarakan sesuatu.
"Van, udah ini mau kemana? Langsung pulang atau ke markas?" Tanya Alura membuat Van menoleh menatapnya.
Sebenernya Alura lebih ke tidak rela berpisah dengan Van untuk hari ini.
Langit masih cerah dan waktu ke sore hari masih panjang.
Alura tidak rela jika Van harus pergi.
"Emang kenapa?"
Alura sontak merengut dengan alis menukik merespon pertanyaan balik Van.
Sebal karena Van tidak merasakan hal yang sama seperti apa yang Alura rasakan.
"Mau mampir gak?" Tanya Alura lagi, masih berusaha.
"Kalau ada Nenek lo, mampir. Kalau nggak, gue pulang." Ujar Van sambil membuka helm dan membenarkan rambutnya yang berantakan.
"Loh kenapa?" Tanya Alura jadi mengerjap bingung.
"Bukannya biasanya yang pacaran itu mau mampir kalau rumah pasangannya kosong, ya?" Tanya Alura jadi mengingat cerita novel yang dia baca sebelum menaikan kacamatanya.
Alura jadi mengaduh tatkala Van mendorong keningnya.
"Jangan macem-macem."
Alura membelalak kecil tatkala pundaknya ditarik mendekat sebelum mengerjap tatkala Van menunduk sampai kepalanya berada di samping wajah Alura, di pundak kirinya.
"Bahaya kalau cuman berdua." Bisik Van dengan nada rendah membuat pipi Alura memerah dengan kepala mengawang dan detak jantung yang berdebar gila.
Apalagi wangi parfum Van tercium sangat jelas membuatnya pusing.
Alura tahu apa maksud Van.
Bahaya itu sesuatu yang diinginkan ketika pacaran kan? Semacam aktivitas?
Alura juga tidak polos-polos amat meskipun lama menjomblo.
Alura jadi menggigit bibirnya, tapi jujur Alura mau melakukannya.
Apapun yang dimaksud Van bahaya.
Apa dirinya mulai gila, ya? Alura sadar dia jatuh terlalu dalam pada sosok di depannya.
Alura jadi meneguk ludah sebelum menguasai diri dan menggeleng pelan dan mundur selangkah.
Kepalanya tidak bisa dikondisikan jika terlalu dekat dengan Van. Alura bahkan masih bisa merasakan panasnya napas Van yang berbisik di telinganya barusan.
"Kalau gitu mampir, Nenek ada soalnya." Ajak Alura mengedikan dagu ke rumahnya di belakang.
*
"Kok duduk di teras, sih?" Tanya Alura yang baru datang dari dalam dengan membawa nampan berisi minuman dan kue.
Alura jadi duduk di samping Van sebelum menyimpan nampannya di tengah mereka.
"Katanya Nenek lo tidur?" Tanya Van jadi menyesap kopi hitam yang disuguhkan Alura.
"Iya emang kenapa? Nenek jam segini lagi tidur siang. Biasanya kalau lagi melek, gue buka pintu gerbang besi pasti nyambut."
"Ck, udah di sini aja." Jawab Van sebelum menyimpan kembali gelas ke atas nampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Teen FictionBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...