45. (Maka) Alura enggan terlibat

416 89 67
                                    

"Kita pacaran."

Seketika dunia Alura rasanya seperti berhenti berputar. Suara bisingnya kendaraan di jalan raya seketika lenyap. Hanya suara detak jantungnya yang berdebar kencang yang dapat Alura dengar bersamaan dengan pandangannya yang memburam.

Meskipun menyukai Van, Alura tidak pernah membayangkan kata barusan keluar dari bibir Van. Ini seperti mimpi baginya.

Apa yang barusan adalah angannya belaka? Tidak mungkin kan? Padahal suara Van sejernih itu masuk ke telinganya.

Lantas kenapa?

Kenapa Van mengajukan ajakan seperti itu?

Pertanyaan itu terus berputar di benaknya.

Apa Van selama ini juga menyukai Alura? Tidak mungkin Van mengajak pacaran jika membenci Alura bukan?

"Hey," panggil Van pelan namun tajam tatkala mendapati Alura linglung lagi.

"Eh? Iya." Gumam Alura mengerjap untuk menguasai diri.

"Gimana?" Tanya Van akhirnya.

Jadi benar yang barusan kenyataan, bukan angannya.

"Van, lo suka sama gue—,"

"Buat selesain semua masalah yang sekarang lo alamin. Jadi pacar gue bukan pilihan buruk. Setelah lo punya title pacar ketua Cruz, gak ada yang akan berani ganggu lo lagi karena kalau yang waras pasti tahu kalau ganggu elo, urusannya sama gue." Ujar Van sambil meneguk ludah dan berdehem pelan, memilih menatap dinding dengan tangan mengacak belakang rambutnya gusar.

Alura sontak tertegun dengan jantung mencelos. Pikirannya melayang serasa dunia berhenti berputar untuk yang kedua kalinya.

Apa katanya? Jadi pacar hanya untuk membereskan masalah?

Tangan Alura terkepal dengan kening mengernyit, napasnya memburu seketika dengan kepala pening. Alura jadi mengusap wajahnya kasar sebelum berbalik pergi membuat Van  terkesiap.

"Woy, lo mau kemana?" Tanya Van  menahan tote bag Alura membuat Alura menepisnya kasar.

"Jangan bercanda." Tukas Alura menatap nyalang dengan bibir bergetar.

Padahal Van sudah sangat serius, "siapa yang bercanda?"

"Lo tahu kan kalau gue itu suka sama elo!" Pekik Alura dengan nada bergetar dan netra berkaca-kaca.

Van mengerjap sebelum menatap Alura lamat dengan kening mengernyit.

"Dan lo permainin perasaan gue kayak gini. Lo remehin perasaan gue. Brengsek sialan." Maki Alura sebelum berbalik pergi dan berlari agar Van tidak kembali menahannya.

*

Alura menutup pintu kamar dengan keras sebelum tubuhnya luruh ke lantai, dia jadi menutup wajahnya dan menangis di sana. Hidungnya memerah dan pundaknya bergetar. Kamar yang tadinya hening kini berisik dengan isak tangis.

Van sialan.

Van brengsek.

Kenapa dengan Van?

Kenapa dia bisa sejahat itu dengan Alura?

Kenapa Van bisa dengan mudah mengajaknya pacaran untuk alasan sepele padahal perasaan Alura pada Van itu tidak sepele?

Alura tidak ingin berpacaran dengan Van untuk alasan lain.

Alura hanya ingin berpacaran dengan Van karena alasan Van juga menyukainya.

"Van bego." Umpat Alura kesal bukan main sebelum melempar barang di sekitarnya.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang