73. Jika kencan di Festival

266 41 5
                                    

Noted.

Gilang itu yang mahasiswa waktu itu loh, yang bikin Van cemburu.

*

Seringainya tidak berhenti terukir tatkala hari ini adalah hari pembalasan yang sudah dia tunggu-tunggu. Hari itu, ketua geng gila yang bernama Van tiba-tiba menyerang sekolahnya tanpa sebab, mengajak tawuran dan berakhir geng mereka menang, meninggalkan banyak luka pada teman-teman sekolahnya.

Namun hari ini akan berbeda, dia sudah sepakat bersama teman sekolahnya yang lain untuk menyewa preman yang bisa diandalkan dan Van akan habis hari ini.

“Jadi, orangnya kayak gimana?” tanya preman yang di sewa, duduk di atas motor dengan bibir menghisap rokok, Naga julukannya. Nama aslinya tidak diketahui.

“Ketua geng gila itu? Abang gak usah khawatir, penampilannya sama preman kayak Abang.” Jawab Bakti membuat Naga mendelik sangar.

Jalanan kosong di belakang ruko itu sudah dipenuhi oleh teman-teman Bakti sampai perhatian mereka teralihkan pada sekumpulan motor yang baru tiba.

“Nah itu! Itu orangnya! Anak brengsek!” Tukas Bakti menunjuk Van yang baru saja turun dari motor ninjanya.

“Apa-apaan? Dia kayak cupu. Lo gak salah?” tanya Naga jadi beranjak berdiri dan melempar puntung rokoknya sembarangan.

Bakti jadi mendesah kasar, “jangan ketipu sama luarnya, Bang! Dia tuh khodamnya setan! Lo belum tau aja bringasnya dia waktu gelut!”

“Ck, apaan?”

Sahutan kesal itu mengalihkan atensi semua orang.

“Bukannya mereka sekolahan yang pernah kalah dari kita?” tanya Van jadi menyugar rambut rapihnya ke belakang, memperlihatkan keningnya yang mengilat basah.

“Lo ngajak tawuran lagi? Gak salah? Belum cukup satu kali kalah?” tanya Van tengil membuat Bakti mengepalkan tangannya dengan napas memburu.

Bakti jadi memberi intruksi membuat teman-temannya menyerang anggota Cruz, rusuh dimana-mana. Saling bogem dan mengumpat namun tidak ada satupun lawan yang menyerang Van.

Awalnya Van bingung, dia jadi menarik kerah seseorang yang tengah mengepung Jonash sebelum memukul rahangnya sampai tersungkur.

“Cukup. Lawan lo itu gue.”

Van jadi mendorong laki-laki barusan untuk menyingkir sebelum mengernyit menatap pria yang berusia sekitar dua puluh tahunan. Tawa halus keluar dari bibir Van sebelum mengangguk pelan.

“Mereka sampe nyewa preman?”

“Tapi emang lo beneran bisa hajar orang? Penampilan lo cupu tuh.” Tukas Naga meludah ke depan sepatunya.

Rahang Van mengeras sebelum menyeringai, “lo buktiin aja sendiri.” Tukasnya sambil melonggarkan dasi yang mencekiknya.

Dan tawuran sesungguhnya pun dimulai.

*

“Van?”

“Van?”

“Ada suaranya gak?”

“Hallo?”

Van jadi menepikan motornya ke pinggir jalan sebelum turun dan menjauh dari jalan raya, mendekatkan ponsel ke telinga.

“Halo?” tanya Van sebelum meringis tatkala tulang rusuknya terasa sakit.

Meskipun sehabis tawuran, wajahnya baik-baik saja, tidak ada luka di sana namun tubuhnya hancur. Banyak luka lebam keunguan dibalik seragam yang dipakainya. Van sengaja  menghindari luka di wajah karena tidak ingin Alura melihatnya nanti.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang