Netranya mengerjap sebelum terbuka secara perlahan, Van jadi mengerang tatkala merasakan seluruh tubuhnya terasa rontok ketika sakit sebelum mengerjap, mengambil kain yang ada di atas keningnya.
Van jadi beranjak untuk duduk, menyandarkan punggungnya pada headboard ranjang sebelum menghembuskan napas kasar.
Demamnya sudah turun tatkala Van meraba keningnya sendiri yang dingin.
Namun rasanya tubuhnya masih lemas, enggan beranjak kemanapun.
Van jadi termenung, saat di sela-sela tidurnya Van melihat Alura tertidur sambil menelungkup di sampingnya.
Sepertinya Van bermimpi, Alura mana mungkin masih di rumahnya padahal ini sudah jam setengah delapan malam.
Jam malam anak itu ketat sekali.
"Loh? Udah bangun? Gimana, udah baikan belum?"
Van jadi mendongkak menemukan Alura yang membuka pintu kamarnya dengan sebelah tangan membawa nampan.
"Lo?" Gumam Van serak dengan netra membelalak.
"Lo belum pulang? Ini udah malem, ngapain lo masih di rumah gue?" Tanya Van tidak habis pikir, apalagi rumahnya kosong karena Ayahnya ada dinas ke luar kota.
"Lo kan sakit, gue gak bisa ninggalin orang sakit sendirian. Ralat, gue gak bisa ninggalin pacar yang sakit sendirian." Ujar Alura sambil tersenyum manis sebelum mengambil duduk di kursi sebelah ranjang, dan menyimpan nampan di atas nakas.
Van jadi membelalak kecil sebelum menghempaskan punggung ke kepala ranjang sambil memijat keningnya yang pening.
Bagaimana Van menjelaskan pada Nenek Alura nanti jika Van mengantar pulang cucu kesayangannya malam-malam?
"Kok reaksi elo gitu? Gak suka ya, gue ada di sini?" Tanya Alura dengan gurat wajah menurun membuat Van memejamkan netra makin pening.
Padahal bukan itu yang Van pikirkan.
"Yaudah, makan dulu aja. Gue masakin bubur." Tutur Alura mengambil mangkok dari atas nampan.
Van jadi mengerjap, menatap Alura yang mangambil satu sendok bubur sebelum meniupnya secara telaten membuat Van tertegun dengan hati menghangat.
Mungkin ini pertama kalinya ada yang merawatnya dengan penuh kasih sayang ketika Van sakit.
Alura jadi menyodorkan sendok ke depan mulut Van membuat empunya menerima dengan kaku.
"Enak gak?" Tanya Alura dengan binar dari netranya yang berada dibalik kacamata.
Tentu saja, masakan Alura tidak pernah ada yang gagal.
Tapi,
"Gak enak, lidah gue pahit." Tutur Van jujur dengan kening mengernyit.
"Van, lo gak makan berapa hari?" Tanya Alura dengan gurat wajah menurun membuat Van mengerjap.
"Kalau lo sakit, seharusnya lo hubungin gue atau siapapun sahabat elo. Gue bisa rawat elo, seharusnya lo gak ngurung diri di rumah kosong. Emang bokap lo kemana? Kok anak sakit ditinggalin. Seenggaknya nelpon kakak lo." Tutur Alura dengan gurat wajah khawatir.
Van jadi tertegun sebelum meneguk ludah, nada suara Alura yang lembut merasuk dan menjalarkan kehangatan pada hatinya yang dingin.
Melihat Alura yang sebegitu khawatirnya, Van jadi merasa melambung begitu saja. Dia merasa sangat di sayang.
"Bokap dinas di luar kota. Waktu mau cabut ke sekolah, gue demam. Mau nelpon tapi hape gue jatoh dari balkon." Ujar Van menjelaskan membuat Alura tersentak kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/355476433-288-k893975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Ficção AdolescenteBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...