"Neng, Alura." Sapa Dani menunduk sopan membuat Alura ikut membungkukan badan dan menunduk dengan senyum ramah.
"Kang Dani!" Sapa Alura ceria ketika wajah lelaki itu terlihat lebih jelas karena berdiri di depannya.
"Euleuh, neng ngangkat beas sakarung ku nyalira?" Tanya Dani syok melihat sekarung beras di samping kaki Alura.
"Ha?" Tanya Van mengeryitkan kening, tidak mengerti bahasa Sunda.
"Nggak, kang. Di bawain sama temen, kok!" Jawab Alura menggeleng sambil tersenyum sambil melirik Van.
"Tahu kamu sama temen, kenapa nelpon Akang, atuh?" Tanya Dani melirik Van sekilas.
"Awalnya aku mau minta temenin sama akang, kok. Cuman kan katanya lagi benerin gentengnya Ceu Ipeh. Yaudah, aku jadi sama dia." Jawab Alura membuat Van tanpa sadar berdecih.
Jadi sebenarnya Van pilihan kedua gitu?
"Ouh iya, mau beli minum. Tungguin dulu, Kang." Ujar Alura sebelum menyipitkan netra, melihat sekitar yang lebih jauh karena di dekatnya tidak ada penjual minuman.
Tapi nihil, dia minus jauh. Semuanya blur.
"Beli minum? Tuh, di sana!" Tunjuk Dani menunjuk ke sebrang agak kanan, lebih jauh dari tempat mereka, menyerongkan pundak Alura yang menyipitkan netra.
"Yang standnya kuning itu?" Tanya Alura membuat Van menghembuskan napas kasar, meraup wajahnya sebelum beranjak sendiri ke stand minuman di sebrang jalan.
Melihat Van yang menjauh, Alura jadi kembali menghadap Dani. "Kang, tolong bawain belanjaannya, ya? Simpen di teras aja, ini kunci pagarnya, kalau udah di kunci, bawa dulu aja kuncinya. Alura punya cadangan kok. Bayarannya nanti di rumah, ya? Jangan lupa balik lagi pas siang, harus ya! Nanti makan bareng!" Ujar Alura menyerahkan kunci dan menyimpan kresek belanjaannya di samping karung beras, agar dibawa pulang oleh Dani.
"Loh, kamu gak pulang sekarang?" Tanya Dani menerima kuncinya.
"Setelah beli minum, mau ke toko kue dulu. Gampang lah, belanjaan dari sana mah bisa di bawa sendiri. Tapi beras sekarung ini yang ribet kalau dibawa pake motor ninja Van. Untung kang Dani datang." Ujar Alura.
"Neng beneran temenan sama yang barusan? Naha dandanannya jiga preman? Beungeutna ogè sangar kitu, bener anak SMA èta tèh?" Tanya Dani membuat Alura terkekeh sambil mengangguk.
"Ketua geng motor namanya juga." Jawab Alura membuat Dani sontak beroh panjang.
"Duluan, kang." Pamit Alura membuat Dani mengangguk sebelum memanggul sekarung beras di pundaknya untuk di angkat menuju motornya yang tidak jauh terparkir dekat sana.
Alura menghampiri Van yang sudah duduk di kursi yang kosong milik penjualnya karena dia sedang berdiri, meminum minumannya dengan rakus dengan wajah memerah kepanasan dan keringat dingin mengucur di pelipis. Tidak lupa sebelah tangannya mengipasi diri dengan kerah kaos dan mulut yang tidak kunjung berhenti menggerutu.
Alura menggeser kursi menghadap Van dan duduk di sana setelah menyebutkan pesanan dan penjualnya sedang membuatkan. Alura mengambil tisu dari dompetnya sebelum mengelap keringat di pelipis Van membuat empunya terkejut berlebihan.
Van menepis lengan Alura sambil mengernyit, "Ngapain lo?"
"Keringetan kan? Nih." Ujar Alura menyodorkan tisu barusan.
"Ck, gak usah." Tolak Van membuang muka sebelum menggigit sedotannya, menatap mengernyit pada panasnya jalan yang terkena sinar matahari dengan ramainya orang berlalu lalang.
![](https://img.wattpad.com/cover/355476433-288-k893975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Teen FictionBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...