"Kak, sebentar."
Laki-laki berkacamata yang mengenakan almamater merah itu jadi menoleh, mendapati Alura yang berdiri dengan napas memburu.
"Oh? Elo yang tadi ketemu di jalan. Katanya trauma darah ya? Sorry, lo pasti kaget banget tadi."
Alura menggeleng sebelum mengangkat kacamatanya dan mengusap keringat di bawah matanya sebelum kembali menatap orang di depannya.
"Kak, dengerin gue sekali aja. Gue gak nuntut lo buat percaya sama gue, tapi tolong dengerin."
Lelaki itu sontak mengernyit tatkala suasananya mendadak serius, padahal mereka tidak kenal sama sekali.
"Gue selalu mimpi tentang kematian orang lain dan gue mimpiin kematian elo kemarin. Jangan pulang lewat jalan yang biasa lo lewatin. Mending lo jalan muter." Tukas Alura membuat pria itu mengangkat alisnya bingung.
Ekspresi itu ... Van benar, orang-orang akan menganggapnya gila, namun ini lebih baik daripada berdiam diri saja.
"Oke."
Alura sontak membelalak mendapatkan respon santai itu.
"Lo percaya?" kini gantian Alura yang mempertanyakan keaslian permintaannya sebelumnya.
Lelaki itu mengedikan bahu, "gue bukan orang ribet, entah omongan lo bener atau nggak, tapi apa salahnya ngambil jalan muter waktu pulang? Toh gue juga lagi gak ada urusan setelah ini. Dan lagi, firasat gue aja, kayaknya lo bukan orang jahat."
Alura tertegun sebelum menghembuskan napas lega sebelum mengerjap sendu.
Andai saja ... andai saja semua orang menanggapi kegilaan kekuatan Alura seperti ini, mungkin kematian mereka akan lebih mudah dihindari.
"Oh? Sun cathcer?" Tanya lelaki itu menunjuk gantungan ponsel Alura.
"Lo tahu?"
Lelaki itu mengangguk sebelum mengeluarkan ponselnya. Alura tertegun saat menemukan kertas jimat yang selalu Alura temukan di kamar Neneknya, kertasnya dilipat belah ketupat sebelum digantung di belakang ponselnya.
Alura sontak tersenyum membuat pria itu ikut tertawa pelan.
"Sebenernya gue percaya hal gaib kaya ramalan, tahayul, nasib baik sama buruk, zodiak, bahkan gue percaya kalau ikan itu terbang di langit, bukan berenang di laut. Gue juga percaya kalau fantasi gila kayak waktu paling ajaib yang bisa ngubah skenario Tuhan juga ada. Jadi, omongan sepele tentang kematian dari lo tadi, gue juga percaya aja." Ujarnya membuat Alura tertegun sebelum tertawa.
Syukurlah kalau begitu.
Lelaki itu jadi ikut tertawa sebelum menyingkirkan daun di bahu Alura.
"Ah, makasih. Lain kali bilang aja kalau ada yang nyangkut." Ujar Alura tersenyum kecil.
"Kenapa? Ada yang cemburu, ya?"
Alura tersenyum sebelum mengangguk. "Iya, nanti dia tantrum lagi."
"Gue Gilang." Ujarnya sebelum membenarkan letak kacamata membuat Alura mengerjap.
"Alura."
"Semoga kita ketemu lagi dan mungkin nanti kita bisa ngomongin segala hal ajaib di dunia ini. Jujur, gue seneng kalau ada temen ngobrol."
Alura sontak mengangguk, "gue juga, Kak."
Kedua jadi menoleh tatkala orang-orang berlarian sambil berteriak di lapangan samping mereka.
"Ah, anak Cruz." Gumam Alura sebelum celingukan sambil menyipit, siapa tahu ada pacarnya di sana.
"Seru banget, ya. Masa SMA. Jadi kangen." Tukas Gilang menatap pemandangan di depannya dengan senyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
JugendliteraturBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...