"Ayok, gue anter pulang." Tawar Justin membuat Alura menggeleng.
"Gue udah pesen grab, tuh ... gak enak kalau dibatalin padahal supirnya udah nyampe." Ujar Alura menunjuk pada mobil hitam di luar dengan kaca depan yang terbuka.
Justin jadi termenung, "iya juga. Kalau gitu hati-hati."
Alura jadi mengangguk, pamit kecil sebelum masuk ke dalam mobil hitam.
"Benar atas nama Kak Zevani Avriel?" Tanya supir itu ketika Alura duduk di kursi belakang.
"Mas, bisa tolong saya sebentar, saya mohon. Laki-laki diluar itu nawarin saya buat pulang bareng tapi saya gak mau, tolong bawa mobilnya sampai laki-laki itu pergi. Saya bakalan bayar." Pinta Alura membuat supirnya mengernyit tidak setuju.
"Masalahnya ini sudah dipesan orang, mbak." Tutur lelaki paruh baya tersebut sebelum mengerjap mendapati notifikasi ponselnya.
"Oh, yang tadi dibatalkan. Kalau begitu boleh, mbak." Ujar Abang grab tersebut membuat Alura berterimakasih.
"Kenapa mbak gak mau pulang sama dia? Padahal cowoknya kelihatan baik." Tanya Abang grab ketika mobil sudah melaju menjauhi sekolah.
"Gak semuanya yang terlihat baik itu baik, Mas." Jawab Alura pelan membuat Abang grab tertegun.
"Saya turun disini aja, Mas." Pinta Alura membuat mobil berhenti.
"Makasih udah nolong saya, ini uangnya. Maaf saya basahin jok mobilnya, saya ganti biaya bersihinnya." Ujar Alura tersenyum sambil menyerahkan beberapa lembar uang merah.
Abang grab itu sampai membelalak tatkala uang yang diberikan Alura mencapai dua juta setengah setelah ditotal dengan cepat.
"Mbak, ini terlalu banyak! Padahal jaraknya juga deket!" Tukas lelaki paruh baya itu setelah keluar dari mobil dan menghampiri Alura yang bersiap untuk menyebrang.
"Gapapa, Mas ambil aja, ya. Makasih udah nolongin saya Mas." Ujar Alura mengangguk sopan sebelum menyebrang.
"Saya yang makasih mbak." Teriak Abang grabnya mencoba mengalahkan suara motor-mobil yang lewat tatkala Alura sudah menyebrang jalan.
Abang grab itu jadi menggeleng takjub, anak SMA jaman sekarang uang jajannya sampai jutaan buset, siswi barusan orang tuanya kerja apa ya? Pikir Abang grab tersebut sebelum kembali mengucap syukur. Dapat rejeki.
*
Suara pintu kaca tertutup saat Alura keluar dari apotek, dia memasukan obat titipan Nenek Lani ke dalam Tote Bag sebelum bergidik ketika tubuhnya mulai kedinginan karena terlalu lama membiarkan baju basah menempel.
Alura jadi ingin segera pulang ke rumah. Hari ini benar-benar melelahkan. Alura jadi melangkah menyusuri sisi jalan raya sebelum tersentak tatkala lengannya ditarik masuk ke dalam celah besar antara bangunan toko yang sepi dan lumayang gelap.
Alura meringis dengan Tote bag yang jatuh dan semua barangnya tumpah tatakala punggungnya menabrak tembok.
Alura jadi mengerjap sebelum mendapati lelaki yang waktu itu menginjak jari Alura, tengah berdiri menatapnya dengan wajah nyalang.
"Bego! Seharusnya lo terima ajakan ketos sialan itu buat pulang bareng! Malah keluyuran sendirian, dasar cewek gila." Umpat lelaki bernama Setyo itu dengan urat leher mengencang.
"Si sialan Justin, beraninya nendang gue! Mentang-mentang dia mantan ketos! Anjing! Bangsat!" Umpatnya dengan rahang mengeras dan wajah merah padam sambil memukul-mukul tembok di samping Alura tanpa henti.
Setyo berteriak sambil mengacak rambutnya membuat Alura mengernyit dengan badan merinding.
Ada yang aneh dengan kelakuan lelaki di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/355476433-288-k893975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Novela JuvenilBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...