"Ah, maaf. Gue gak sengaja." Tutur Alura ketika menabrak seseorang di depannya.
Cewek berseragam olahraga itu jadi berjongkok, memungut earpone dan menjulurkannya.
"Eh? Alura?"
Alura mendongkak sebelum menemukan cowok berkulit putih dengan senyuman, "Justin!"
Cowok beralmamater itu mengambil sebelah earpone dari tangan Alura sebelum melepas yang satunya, memasukan ke saku.
"Lo sibuk? Mau ngobrol dulu?" Tawar Justin, mengedikan dagu ke kursi kosong di taman sekolah samping mereka.
"Gas." Ujar Alura melangkah ke sana membuat Justin mengikuti.
"Gue udah lihat video Zana, sinting banget komentarnya. Kalau mau mental lo aman, mending jangan lihat komentar." Ujar Justin membuat Alura meringis.
"Gue gak tahu sih kejadian aslinya kayak gimana tapi gue gak percaya Zana sepenuhnya. Gak cuman gue aja, siswa di sekolah ini banyaknya sama kayak gue. Wajar aja, inget kita satu sekolahan dan udah hatam tabiat buruknya Zana gimana. Siswa di sekolah ini jadinya cuman ngegosip sendiri aja, apalagi kalau lo diem, semuanya bakal nerka-nerka sendiri kejadiannya." Tutur Justin membuat Alura mengerjap.
"Gue sebenernya bukan orang yang peduli komentar orang lain." Ujar Alura membuat Justin agak terpekur.
Dia pikir Alura akan setidaknya ketakutan namanya jadi dikenal luas dan lumayan tercoreng.
"Gue cuman takut image bokap gue tercoreng kalau sampai netizen sosmed tahu identitas gue. Bisa habis sih itu." Ujar Alura membuat Justin termenung sebelum mengangguk mengerti.
"Mereka gak akan tahu semudah itu kok, lo tenang aja. Kalau lo tahan gosip sama gunjingan siswa di sini, itu bagus sih. Cuman gue mau peringatin aja, meskipun banyak siswi yang benci Zana, tapi siswa beda."
Alura jadi mengernyit bingung.
"Banyak fans cowok Zana di sekolah ini, ada beberapa yang lumayan obses dan mungkin bisa jadi mereka lakuin hal buruk ke elo. Hati-hati." Tutur Justin membuat Alura mengangguk.
"Makasih, Justin."
"Santai, lah." Ujar Justin lagi. "Tapi kalau mau masalah ini beres, lo tinggal bikin video klarifikasi, udah selesai. Orang mau percaya apa nggak, asal lo udah jujur."
"Serem ya main sama seleb, pake klarifikasi segala." Ujar Alura membuat Justin tertawa.
"Iya juga."
"Tapi lo bener juga, sebelum masalahnya rambat ke mana-mana, mending gue klarifikasi. Gue juga belum minta maaf sama Zana karena udah nampar dia." Tutur Alura membuat Justin mengangguk pelan.
Keduanya jadi diam, Justin melirik sisi samping wajah Alura sebelum menoleh sepenuhnya, "lo ... bisa lihat kematian ya?"
"Eh?" Sontak Alura tersentak dengan napas tercekat sampai berjengit dan menoleh pada Justin yang juga menatapnya.
Justin Andri.
Kenapa dia bisa tahu tentang rahasia Alura? Bagaimana cara mengetahuinya?
"Lo ... kenapa lo bisa—,"
"Ngenalin tulang rusuk kiri itu gampang." Ujar Justin membuat Alura tertegun.
Sontak semua pendengaran Alura hilang, jantungnya berdetak kencang dengan keringat mengalir melewati pelipis.
"Lo! Maksud lo ngomong kayak barusan apa?" Tanya Alura menaikan suaranya yang bergetar.
"Dan lagi, darimana lo tahu gue bisa lihat kematian? Lo! Sebenernya lo siapa?" Rentetan pertanyaan Alura sampaikan dengan napas memburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Novela JuvenilBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...