Lelaki dengan rahang tegas dan hidung bangir itu menoleh tatkala mendapati Alura yang mematung melihat dirinya. Van bersidekap di depan motor ninja kesayangannya, memakai kaos hitam berlengan pendek dan kalung perak berbandul beberapa kepingan logam yang menggantung di lehernya dengan celana jeans hitam yang koyak di bagian lututnya.
Alura jadi meremas ponselnya tanpa sadar.
Ganteng sih, cuman wajahnya sangar, bekas luka diagonal di mata kirinya pun menambah kesan preman yang melekat. Tapi ganteng.
Alura menggeleng pelan sebelum meraup wajahnya sendiri dan berjalan mendekat sebelum berdiri di depannya.
"Ngapain ke sini?"
"Kok lo sewot? Gak boleh gue datang?"
Heh! Padahal situ yang sewot!
Alura barusan bertanya dengan nada biasa saja.
"Ya, terus ngapain ke sini?" Tanya Alura lagi dengan nada gemas.
Van jadi memainkan lidah dalam mulut, menatap Alura yang juga kini menatapnya.
"Sekarang lo gak minta tanggung jawab buat luka di badan lo?" Tanya Van membuat Alura agak tersentak.
"Gak! Lo kan udah selamat. Gue gak perlu nyari-nyari alasan gak masuk akal lagi buat jagain lo yang katanya bisa jagain diri sendiri dan gak perlu di jaga cewek lemah kayak gue." Ujar Alura menyindir keras.
"Omong kosong! Nyatanya kemarin lo pelanga-pelongo di tengah jalan kayak orang bego!" Sentak Alura membuat urat di wajah Van mengencang dengan netra melotot.
"Gak inget kejadian di rel kereta? Kalau gak ada gue, lo udah jadi headline berita." Tukas Van kesal.
"Ya, makannya jangan sok kuat! Jangan sok bisa jagain diri sendiri! Lo juga kalau gak ada gue, udah beda alam!" Balas Alura tidak kalah kesal.
"Kata siapa? Lo gak tahu kalau gue—"
"Lo kesini mau ngajak gue berantem? Sumpah! Malesin banget!" Potong Alura sebelum berdecak kesal, memalingkan tubuh dengan tangan bersidekap dan kaki yang menghentak tanah pelan.
Van menggigit bibir menahan umpatan sebelum meraup wajahnya dan menghembuskan napas kasar.
Sumpah! Padahal Van ke sini bukan buat adu urat, tapi Alura duluan yang ngegas. Jelas Van terpancing.
Keduanya jadi diam, saling tidak mau tatap satu sama lain. Van merogoh saku, mengeluarkan rokok satu batang sebelum,
Sreettt!
Suara goresan besi itu mengalihkan atensi keduanya, Van yang masih bersandar pada motornya jadi menoleh sebelum membelalak dengan rahang mengeras. Jantung mencelos tatkala mendapati body motornya digores menggunakan besi kecil yang berujung tajam oleh seorang bocah ingusan berjaket Teddy Bear.
"Anjing." Umpat Van mematahkan rokok ditangannya menjadi dua dengan urat leher yang mengencang.
Alura jadi berjalan ke arah motor Van yang lain sebelum menganga kecil mendapati goresan panjang itu. Alura jadi menoleh untuk melihat siapa pelakunya.
"Putra!" Tegur Alura yang mengetahui bocah itu adalah anak tetangganya yang rumahnya agak jauh dari sini.
"Bocah sialan!" Umpat Van dengan napas memburu membuat bocah yang duduk di bangku kelas satu SD itu menjulurkan lidah mengejek sambil tertawa haha hihi tanpa tahu sudah mengusik singa tertidur.
"Mampus." Gumam Alura yang mendapati aura panas dari sampingnya.
Van ingin menangkap namun bocah itu mengambil langkah seribu sambil tertawa puas membuat Alura mengusap wajahnya sambil menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Novela JuvenilBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...