11. (Maka) artinya Alura berkunjung ke rumah Van

608 95 13
                                    

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Van senggak namun Alura hanya melempar senyum membuat Van sebal.

"Ngapain lo senyam-senyum? Kayak orang gil--," ucapan Van terpotong tatkala Andre mendorong pipi Van ke samping membuat Van sontak mengumpat.

"Eh? Ini siapa? Ayok, masuk dulu." Ujar Andre mempersilahkan membuat Alura tersenyum ramah.

"Ada tamu bukannya di suruh masuk." Cibir Andre.

"Gue Andre, kakaknya Van. Duh, gue baru tahu Van punya temen cewek." Ujar Andre duduk di sebelah Alura sementara Van duduk jauh di samping kiri Alura, berbeda sofa.

"Mana cakep lagi. Lo suka daun tua gak, de?" Celetuk Andre membuat Alura mengangkat sebelah alisnya.

"Gue siap mengayomi dan membimbing elo menuju akherat. Gue juga udah siap bertanggung jawab sama lahir dan batin elo, dek. Duh, lo tipe gue banget." Celoteh Andre sebelum hampir mengumpat tatkala Tamara menggetok kepalanya dari belakang sebelum ikut bergabung, duduk di sofa single.

"Mana mau cewek muda yang cakep sama jomblo bangkotan kayak lo." Tukas Tamara.

"Ya, kan gue cuman mengambil kesempatan."

"Lo ngambil kesempatan sama pacar adek lo sendiri?"

Andre jadi mengerjap, "Eh? Kalian pacaran?"

"Nggak." Sanggah Van cepat sementara Alura hanya tersenyum.

Senyum maklum biasa.

"Halo Kak, aku Alura. Temennya ...," Alura jadi melirik pada Van yang melotot tidak diterima dipanggil teman.

"Kenalannya Van." Lanjut Alura akhirnya sebelum tersenyum kecil.

"Ouh Alura, duh namanya cantik kaya--,"

"Serius cuman kenalan? Seumur hidup gak pernah ada kenalan Van datang ke rumah. Paling temennya, itu juga jarang." Tamara memotong ucapan Andre yang paling berujung modus.

"Iya, nanti juga jadi temen, kok. Van kayaknya butuh waktu." Jawab Alura ngasal membuat Van mengernyit aneh.

"Lo ngomong apasih?" Sewot Van.

"Yaudah, kalian ngobrol aja. Gue mau masak dulu sama Bi Ima. Alura jangan dulu pulang ya, makan dulu." Ujar Tama beranjak berdiri.

"Oh, kalau gitu aku bantuin masak kak." Ujar Alura semangat sambil melepas slinbag dan menyimpan ponsel di atasnya.

"Emang bisa? Ayok, kalau gitu."

"Bisa kok, malah setiap hari aku yang masak di rumah." Ujar Alura sembari berjalan beriringan dengan Tamara membuat Van menatap punggungnya sebelum memutar bola matanya.

Entah apa lagi yang gadis itu rencanakan.

**

Alura mengikat rambutnya di bawah sebelum mencuci tangan dan memotong sayuran dengan lihai. Ujung netranya melirik tatkala Van menyandarkan pinggul di sebelahnya dengan tangan bersidekap, menatap Alura tajam dari samping.

"Kenapa lo bisa tahu alamat rumah gue?"

"Dianter Jonash. Tadi gak sengaja ketemu." Jawab Alura santai sedangkan Van memejamkan netra dengan wajah memerah dan urat yang muncul di lehernya.

Sialan emang Jonash. Ampas.

"Mau ngapain ke rumah gue?" Tanya Van senggak, mengingat kemarin cewek halu ini gencar menanyakan alamatnya.

"Jagain lo." Tanya Alura menoleh sepenuhnya. Van ingin membuka mulut namun terhenti ketika Tamara menginterupsi.

"Jangan digangguin mulu dong, Van. Gue pinjem pacar lo dulu, ya!" Ujar Tamara membuat Van ingin membacot ria untuk mengelak namun Tamara keburu menarik Alura menjauh.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang