Bangunan bercat hitam dengan hiasan kawat yang terdapat logo besar bertuliskan Cruz itu dipenuhi anggotanya yang mulai berdatangan setelah kejadian dikejar polisi.
Van menghembuskan napas kasar, duduk di sofa single berwarna hitam, sedangkan anggota inti yang lain duduk di kedua sofa yang saling berhadapan dengan meja panjang di tengahnya. Anggota yang lain menyebar, ada yang nongkrong di depan, duduk di berbagai sudut bangunan yang sudah lama menjadi markas Cruz.
Bangunan yang hanya bermodalkan penerangan dari lampu itu nampak gelap, ditambah hiasan mirip kaleng besi di dindingnya dengan pajangan-pajangan yang juga berwarna hitam membuat auranya semakin mencekam.
"Nasib motor gimana?" Ren yang pertama menyahut sambil menutup kepalanya dengan kupluk hoodie.
"Kata Bobi, motor ketua sama anggota inti aman. Semuanya juga aman, kok." Jawab Ian di depannya, bersandar pada Sofa tanpa menoleh dari ponsel.
"Loh? Kok bisa?" Tanya Yasa akhirnya buka suara setelah menenggak satu kaleng soda.
"Lo tanya sama temen lo yang diam-diam membagongkan ini." Ujar Jonash menunjuk Ditto di sampingnya.
"Dia yang nyaranin hajar pak polisi, anjir! Mana ngomongnya enteng banget lagi." Ujar Jonash sambil meringis ketika sudut bibirnya yang luka berkedut.
"Tapi dampaknya Jelita kesayangan lo aman, kan?" Tanya Ditto menyebut nama motor Jonash sambil menoleh kalem membuat Jonash berdecak.
"Iya, sih. Tapi ... akh! Tahu, ah! Gue gak mau mikirin kalau itu polisi gugat kita gimana?!" Ujar Jonash membuka dan membanting topinya ke meja.
"Lo kok riweuh banget, si? Kita kan punya yang mulia Yasa Skalar untuk membayar segala tebusan dari kenakalan kita." Ujar Ian enteng membuat Yasa memutar bola matanya.
"Eh! Eh! Eh! Ada neng Zana. Aduh, cantik banget pakai hot pants gitu!" Celetuk Ian saat mendapati gadis dengan kaos putih dan celana hot pants datang dengan kotak P3K di tangannya.
Diikuti beberapa gadis lain di belakangnya.
"Goblok, otak lo." Umpat Jonash menyenggol lengan Ian di sebelahnya.
Zana, perempuan berambut panjang dengan model kriting gantung itu mendekat, menyimpan P3K di meja, menatap anggota inti satu persatu.
"Heh! Gue denger lo ngegoda Zana, ya! Udah punya gue masih belum puas, ha?" Tanya Ceri, gadis manis yang dikuncir kuda itu menjewer telinga Ian tanpa ampun.
"Aduh, sakit beb! Sayangku, cintaku, bala-balaku! Sakit, ampun!" Ian mengaduh namun Ceri abai.
Zana itu most wanted di sekolah, selain karena parasnya yang cantik tanpa ampun dan bodynya yang disebut gitar spanyol oleh lelaki jelalatan seperti Ian, dia juga terkenal sebagai badgirl. Imagenya lumayan buruk di mata para cewek di sekolah. Kebanyakan karena iri pada kepopuleran Zana di sekolah maupun di tiktok karena dia seleb Tiktok.
Banyak juga yang iri karena Zana dan teman-temannya merupakan cewek satu-satunya yang diterima baik oleh para anggota Cruz untuk berada di dekat mereka. Hanya Zana dkk, sekumpulan cewek yang dekat dengan seluruh anak Cruz apalagi anggota inti.
Hanya mereka yang mampu, katanya.
"Selain cantik, ternyata lo juga pinter ngobatin luka, ya? Kalau gini, gue kan jadi mau luka terus biar elo obatin mulu." Celetuk Jonash, penyakit gombalnya mulai aktif ketika berada di dekat cewek.
Resta, gadis pemilik karang di bawah bibir itu bersemu merah sambil menahan senyum. Memukul lengan Jonash manja karena salting sebelum melanjutkan mengobati luka di wajah Jonash.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Fiksi RemajaBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...