Alura membasuh tangannya di westafel setelah dari bilik toilet. Dia sengaja ke toilet yang terdapat di gedung estrakulikuler karena saat jam istirahat toilet gedung MIPA selalu penuh.
Alura jadi mengerjap tatkala mendapati pantulan Zana yang keluar dari bilik toilet dari cermin.
Keduanya sempat bertepatan dari cermin sebelum saling buang pandangan dengan Zana yang mencuci tangan di westafel sebelah Alura.
Alura jadi meraih tisu dan mengeringkan tangannya sebelum menatap Zana terang-terangan dari cermin.
"Gue ... mau deketin Van." Ujar Alura sontak membuat Zana mengernyit tidak suka dengan rahang mengeras.
"Gue bilang sama lo karena waktu itu gue udah bilang 'iya' saat lo nyuruh gue jauhin anggota Cruz." Lanjut Alura.
"Terus kenapa sekarang lo tiba-tiba deketin Van? Lo tahu kan, kalau gue udah lama deketin dan suka sama Van? Kok lo ingkar janji, sih?" Tanya Zana melas dengan wajah dibuat kecewa dan netra berkaca-kaca.
Alura termenung sebelum mengerjap pelan, "Tapi gue gak pernah janji sama lo."
Raut wajah Zana langsung menurun. Tidak ada lagi bersikap pura-pura melas dan baik. Belangnya keluar.
Alis Zana menukik dengan dagu terangkat dan tatapan tajam, kedua tangannya dia lipat ke depan dada sebelum menoleh sepenuhnya menghadap Alura.
Jika gadis cupu ini sudah tidak bisa dibujuk dengan baik-baik, maka Zana tidak akan segan menunjukan sifat aslinya.
"Hei, cupu sialan. Beraninya lo bilang gitu sama gue? Jangan bercanda! Mau deketin Van? Lo harus sungkem dulu sama gue sebelum berani deketin Van! Gue itu udah lama ngincer Van jadi lo jangan rusak apapun!" Tukas Zana pedas membuat Alura tersentak kecil.
Alura bergeming, menatap Zana datar, "Emang kenapa kalau lo udah ngejar Van dari lama? Bukannya selama Van gak terikat status apapun sama seseorang, siapapun boleh aja ngejar dan suka sama dia. Padahal lo itu baru gebetannya tapi bersikap kayak udah jadi pacarnya."
Zana sontak tersentak kecil mendengar jawaban Alura. Ternyata Alura ini bukan cewek cupu penakut yang disentak dikit langsung mundur seperti dugaannya.
"Perempuan baik dan gak pernah bolos kelas macam lo gak bisa deketin Van. Dunia lo sama dia itu beda. Ibaratnya kalau di film Van itu male lead dan gue female leadnya. Sedangkan lo itu cuman NPC." Tukas Zana sebelum membelalak dengan raut terkejut yang dibuat-buat.
"Apa jangan-jangan lo gak tahu NPC itu apa? Wajar sih, lo kelihatan anak kudet yang baru keluar dari gua. Jangan-jangan lo gak pernah nonton film lagi." Ejek Zana menarik sudut bibirnya sebelum menyeringai mengejek.
Alura menipiskan bibirnya dengan sebelah alis terangkat sebelum menarik senyum, "Gue tahu kok. NPC ... non player character."
"Bagus. Itu elo tahu! Makannya, kalau NPC mending elo diem aja, lo itu bahkan bukan tokoh utama sama sekali." Tukas Zana berjengit jijik menatap Alura.
"Makannya udah jelas kan? Siapa yang bakal dapetin Van? Tentu aja gue!" Lanjut Zana lagi membuat Alura mengernyit.
"Pada akhirnya semua terserah Van." Ujar Alura tenang membuat Zana mendelik tidak suka.
"Dan lagi, meskipun elo nganggap diri lo female lead, tapi belum tentu Van nganggep elo gitu juga di kehidupannya." Ujar Alura dengan nada manis sambil tersenyum.
"Jadi belum tentu Van milih elo." Tukas Alura tanpa menurunkan senyumnya sebelum bergegas keluar dari toilet.
Female lead katanya? Alura tanpa sadar jadi menghembuskan napas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
أدب المراهقينBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...