14. (Maka) Van akan menyelamatkannya

567 92 17
                                    

"Woy." Panggil Van ketika Alura masih terbengong dengan Van di atas tubuhnya.

"Bukannya lari, lo malah bengong kayak orang bego." Sentak Van membuat Alura mengerjap.

Alura mengangkat tangan, menyentuh rahang Van dengan jarinya, mengalirkan aliran listrik statis kepada keduanya sebelum Alura benar-benar tersadar dari keterdiamannya.

Dirinya masih hidup. Van yang menyelamatkannya.

"Lo luka lagi?" Tanya Van menepis jari Alura dari rahangnya ketika mendapati setitik cairan bening dari ujung netra Alura yang mengalir membasahi pipi dan melewati sudut bibirnya yang berdarah membuat Van mengernyit.

Maniak kekerasan seperti Van sudah tahu bahwa sudut bibir Alura yang robek dan pipinya yang merah keunguan bukan luka yang akan dia dapat dikarenakan berguling di atas bebatuan.

Rahang Van mengeras dengan urat-urat lehernya yang mengencang sebelum menyingkir dari tubuh Alura. Dia beranjak berdiri, melangkah pasti menuju sebrang rel kereta dimana terdapat lelaki dan wanita yang masih belum selesai mengadu urat satu sama lain sebelum Van menarik bahu lelaki yang tak lain adalah Wahyu dan mendaratkan satu bogem mentah tepat di rahangnya membuat Wahyu tersungkur.

"Lo apaan, anjing?" Tanya Wahyu memegang rahangnya yang kebas dan sudut bibirnya yang robek.

"Bangsat." Umpat Van meludah tepat ke arah sendal Wahyu membuat rahang Wahyu mengeras dan beranjak berdiri.

Van kembali melayangkan tendangan ke arah perutnya membuat Wahyu kembali tersungkur, kali ini Van maju, naik ke tubuhnya dan memukuli dengan brutal, tanpa ampun. Tanpa berhenti. Tanpa belas kasihan membuat Dara yang melihatnya menjerit ketakutan sambil memejamkan netra dan menjambak rambutnya sendiri.

"Van," panggil Alura pelan yang sudah bangkit duduk di tanah, menoleh menatap Van yang memukuli Wahyu dengan bengis.

Alura hanya menatapnya dengan tatapan rumit. Tidak berniat menghentikan emosi ketua Cruz jika sudah kesurupan seperti itu.

Lagipula, sepertinya tidak ada yang bisa menghentikan sampai dirinya sendiri yang ingin berhenti.

**

"Saya mohon, dek. Jangan laporkan anak saya. Kita selesaikan masalah ini dengan kekeluargaan, ya? Kasihan Wahyu belum bekerja dan dia juga harus bertanggung jawab pada Dara dan anaknya. Jika anak saya masuk penjara, kasihan bayi dalam kandungannya Dara. Saya mohon, dek. Kamu jangan laporkan ke polisi, ya?"

Alura bergeming tatkala wanita paruh baya tengah menggenggam lengannya sambil bersujud meminta pengampunan untuk anaknya, Wahyu.

Alura dan Van duduk di dalam rumah Dara dan orang tuanya. Ada orang tua Wahyu juga sementara Wahyu sendiri sudah dilarikan ke puskesmas terdekat karena hidung dan beberapa giginya patah. Alura bahkan tidak berani melihat Wahyu yang pingsan dalam keadaan mengerikan ketika dikerubungi warga setelah Van melepaskannya sekitar setengah jam memukulinya.

Alura baru mengerti sekarang kenapa Van disebut maniak kekerasan.

Kenapa dia diangkat jadi ketua Cruz karena skill baku hantamnya.

Kenapa dia di sebut iblis.

Kenapa Van disebut maniak kekerasan, kini Alura sepenuhnya paham sekali.

Ternyata pemukiman yang Alura lihat, yang berada tepat di samping rel kereta adalah desa Wahyu dan Dara. Gila sekali Wahyu mencoba melakukan pembunuhan pada Dara di desanya sendiri.

"Ya, dek? Kamu jangan laporkan polisi, ya? Saya minta maaf atas perilaku Wahyu." Ujar Ibu Wahyu lagi mengalihkan perhatian Alura yang termenung.

"Minta maaf?"

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang