Langkah kakinya dibawa berlari membelah lapangan depan sebelum sampai di ujung koridor. Alura menepuk pundaknya yang basah akibat hujan yang jatuh tanpa aba-aba.
Netra Alura mengerjap, kepalanya mendongkak dengan rintik hujan yang memantul di netranya. Helai rambutnya disapu angin seiringan dengan telapak tangannya dijulurkan, membiarkan rintik hujan jatuh pada tangannya.
Alura bergidik dingin namun dia menyukai sensasinya.
Kata Nenek Lina, hujan itu reseprentasi dunia sedang sedih. Atau ada yang memandikan kucing liar maka dari itu hujan turun.
Grace sangat menyukai hujan karena dia punya kenangan dengan cinta pertamanya saat hujan.
Tapi menurut Alura hujan itu hanya sekedar perubahan cuaca. Tidak berarti apa-apa.
Alura jadi termenung dengan kepala mengawang, apa mungkin ... nanti Alura juga akan merasakan bahwa setiap tetesan air yang turun tidak akan hanya sekedar sebuah air?
Tanpa sadar Alura jadi menantikannya. Untuk setiap jutaan rintik hujan yang jatuh ke bumi, Alura ingin itu tidak hanya sekedar air, tapi ada jutaan kenangan pula yang ikut turun terbawa bersamanya.
Alura jadi menarik kembali tangannya sebelum berbalik pergi.
"Gue bawa payung gak, ya?" Gumam Alura sambil memakai kacamatanya sebelum menoleh ke samping dimana hujan masih mengguyur samping koridor.
"Ah, payungnya ...," gumam Alura sambil terpekur.
Masih ada di Van.
Apa Van memang tidak berniat mengembalikannya ya?
Alura harap Van tidak membuang payungnya.
Alura mengerjap tatkala kelas sudah ramai namun bukan itu yang menjadi fokusnya.
"Alura, gue pikir lo anak baik-baik taunya lo sebejat itu." Tukas Megan yang duduk di kursinya.
Alura mengangkat sebelah alisnya, meminta penjelasan lebih.
"Pantes barangnya mahal semua, sugar baby ternyata." Ujar Larina membuat kelas itu kembali ramai oleh hujatan dan bisikan penuh caci maki.
"Woy, Larina! Jangan asal kalau ngomong!" Tegur Bobi membuat Sinta mendelik.
"Jangan mentang-mentang Alura cantik, lo belain! Ngapain belain cewek gak bener!" Tukas Sinta.
Alura jadi termenung dengan tubuh membeku, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Alura, berita itu bener?" Tanya ketua kelasnya yang berada di depan kelas.
Alura tidak mampu menjawab karena beritanya saja dia tidak tahu.
"Ngapain elo diem aja? Jawab dong! Punya mulut kan?"
"Ih, gak mau sekelas sama cewek yang jual diri!"
"Berarti hape mahalnya hasil dari ena-ena sama om-om, dong!"
"Ih, najis."
"Emang ya, yang pendiem biasanya selalu bisa bikin shock!"
"Cewek yang ada label harganya!"
"Sejam berapa woy? Hahahha!"
Alura tersentak tatkala lengannya ditarik keluar dari kelas, Alura mendapati Grace yang membawanya ke dalam bilik toilet sebelum menguncinya.
"Grace, sebenernya kenapa semua anak kelas ngomong kayak tadi?" Tanya Alura membuat Grace menatapnya rumit sebelum mencekal kedua pundaknya.
"Gue gak tahu kenapa ini bisa kejadian, tapi ada yang fitnah elo di grup angkatan!" Ujar Grace sebelum menunjukan chatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Teen FictionBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...