Bab 23 : Pulang

244 27 3
                                    

Iruma Pov

Pedangku dan pedang Zenon kini saling beradu, aku mengerahkan seluruh kekuatanku namun tetap saja aku tak bisa mendorong Zenon.

'dasar monster' batinku kesal.

Akhirnya aku mendorong sedikit pedangnya dan melompat ke belakang, dan menyiapkan kuda kuda.

Aku mengeluarkan Sword Aura berwarna ungu bersiap untuk menyerang Zenon.

Aku membangkitkan sword auraku ketika aku bertarung melawan Chimera beberapa bulan yang lalu, dan aku sudah menguasainya setelah bertarung dengan ratusan monster di lembah ini.

Zenon yang melihatku mengeluarkan sword aura terlihat sangat terkejut. Akhirnya ia juga menyiapkan kuda kuda dan mengeluarkan sword aura berwarna hijau miliknya.

Entah kenapa rasanya berbeda antara sword aura miliku dan miliknya. Sword aura milik Zenon terasa lebih padat dan lebih kuat dari miliku.

Hal itu membuatku merinding dan instingku mengatakan bahwa perjalanan ku masih jauh hingga bisa membunuh mereka berdua.

Akhirnya aku memutuskan untuk melepaskan sword aura miliku dan menyerah. Sebenarnya aku mungkin bisa mengalahkan mereka dengan sihir 'rain of spears of light' miliku. Tapi aku tak sebodoh itu mengeluarkan kartu as ku di saat aku tak memiliki keyakinan penuh untuk menang.  

Hal itu membuat Alexandre tertawa dan hal itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut.

"Kau bisa melihat tingginya langit iruma, kau telah banyak belajar disini"

(Ini maksudnya kalau iruma bisa membaca sebesar apa kekuatan orang dan peluang bagi dia bisa menang)

Mendengar pujian itu bukannya membuatku senang, namun membuatku semakin kesal karena mengetahui perbedaan kekuatan yang sangat besar antara aku dan orang orang ini.

'sial' batinku.

"Tentang temanmu itu, aku akan menepati janjiku, dia masih hidup... Kau bisa melihatnya setelah kita kembali, dan aku akan melupakan bahwa kau berusaha membunuhku"

Mendengar hal itu aku langsung menghentikan niat membunuhku dan menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.

Akhirnya kami kembali ke mansion, dalam perjalanan itu semua terasa canggung dan menyesakkan. Aku merasa sangat ingin membunuh Alexadre saat itu juga namun karena batasanku aku harus bersabar lebih lama.

Aku sudah menetapkan tujuanku, aku akan menjadi lebih kuat.

.

.

.

Kami telah sampai di mansion di sore harinya, tetap dengan suasana yang dingin dan tak ada kenyamanan di mansion ini seperti yang kuingat.

Ini membuatku sangat sesak.

Ketika kami turun dari kuda, kami telah di sambut oleh kepala pelayan dan kepala maid yang menunggu kedatangan kami.

Kepala pelayan langsung berjalan mendekati Alexadre dan memberitahukan bahwa Viscount Wilman telah menunggunya. Alexandre sempat mengeluarkan ekspresi tak suka di wajahnya, kelihatannya Viscount itu datang tanpa memberi tahukan terlebih dahulu.

Tanpa basa basi Alexadre melangkah pergi menuju ke ruangannya, namun sebelum itu ia memerintahkan deputi pelayan (penerus kepala pelayan) untuk membatuku bersih bersih.

Tentu saja aku di suruh bersih bersih, tubuhku berbau anyir darah monster dan sangat kotor. Wajar saja, aku sudah tak mandi selama beberapa bulan.

Ketika aku pergi ke lembah, saat itu masih musim semi, kini sudah musim gugur, jadi para pelayan dan maid menyiapkan air hangat untuk membantu ku membersihkan diri.

Saat selesai mandi aku memandang diriku di cermin besar di kamar mandi. Memang aku bisa melihat sedikitnya siluet diriku di dinding kristal di lembah itu, tapi melihat diriku dengan jelas di cermin adalah hal yang berbeda.

Perawakan bahkan wajahku berbeda sepenuhnya. Tinggiku yang awalanya hanya memiliki tinggi 176 cm kini naik menjadi sekitar 195 cm. Kulitku menjadi pucat dengan wajah yang cukup tampan dengan tatapan mata tajam. Tubuh berotot tanpa bekas luka sedikitpun.

Semuanya benar benar asing, apa lagi dengan perubahan tiba tiba seperti ini, membuatku sedikit tidak nyaman seolah olah tubuh ini bukan tubuhku.

Ketika aku tengah memandangi cermin dengan serius aku teringat dengan Syil yang kini kabarnya tengah berada di penjara bawah tanah.

Ketika aku sudah memakai jubah mandiku dan keluar dari kamar mandi, aku langsung saja di sambut oleh beberapa maid yang sudah menyiapkan pakaian miliku.

Pakaian itu berupa kemeja putih longgar dan celana hitam panjang yang sederhana. Aku menyukainya karena pakaian ini mudah dan nyaman di pakai.

Setelah selesai memakai pakaian aku menyuruh semua pelayan untuk keluar.

Matahari telah tenggelam sepenuhnya, di musim gugur ini dinginnya malam benar benar terasa menusuk tulang menandakan sebentar lagi akan memasuki musim dingin.

Aku memakai jubah hitam yang aku minta sebelumnya dari beberapa pelayan, di lorong dingin dan sepi aku menyusuri lorong dengan hanya berbekal sebuah lentera.

Para pelayan tentunya sudah tertidur karena hari telah gelap. Aku terus berjalan menyusuri lorong, menyusuri taman belakang, masuk ke dalam hutan kastil menuju ke penjara bawah tanah.

Ada beberapa penjaga yang menjaga pintu masuk, saat itu keadaan gelap karena bulan baru, jadi aku berhasil menyelinap dengan mudah juga karena aku belajar beberapa sihir sederhana di dalam lembah salah satunya untuk menyembunyikan hawa keberadaanku.

Aku berjalan menyusuri tangga berbentuk lorong berputar yang gelap dan lembab, semakin jauh ke dalam tercium bau anyir darah dan bau bau aneh lainnya.

Saat aku sampai di dasar aku melihat ada banyak sekali sel sel penjara, keadaan orang orang disana benar benar tidak baik.

Ada banyak orang orang yang terluka karena di siksa, mereka juga kurus kering karena kelaparan, bahkan beberapa sel berisi tulang belulang orang orang dan bahkan terlihat ada yang baru saja membusuk.

Sungguh pemandangan yang tak mengenakkan. Ini sebuah pemandangan yang sangat kejam.

Aku terus berjalan mencari di setiap sel, mencari keberadaan Syil untuk memastikan bahwa Alexandre menepati janjinya atau tidak, hal ini sebagai sebuah pertaruhan.

Sebuah pertaruhan besar yang jika Alexadre tak menepati janjinya maka aku harus menyiapkan rencana lain agar bisa berkomunikasi dengan Guren.

Ya... Disini aku harus menjadi penjahat yang memanfaatkan orang lain agar bisa mencapai tujuanku.

Ketika aku sampai di sel paling ujung aku tak dapat melihat apapun, di sana adalah sel paling gelap. Aku tak punya pilihan lain selain mendekat dan mengangkat lenteraku agar bisa melihat apa yang ada di depanku.

Saat ini aku melihat Syil, kedua tangannya di rantai, kondisinya tak bagus penuh dengan luka. Matanya pun hampir kehilangan cahayanya.

Aku merasakan  rasa sakit di dadaku dan tersenyum pahit di sana.

'Begitu ya....aku sama sekali tak bisa menjadi penjahat'















***

Hai semua...
Kangen ya...
Aku yakin kalian penasaran sama cerita berikutnya...
Emang masih belum ada komedinya tapi di season ini aku udh rencanakan bakal ada sedikit cerita romance nya...
Kan kasian iruma menderita terus, menurut kalian siapa yang bakal uwu uwu an sama iruma ??
Oh...info tambahan temen temen iruma kayaknya bakalan masih lama munculnya...
Entah itu di season 3 atau di chapter yang agak jauh...
Ya gitu deh semoga kalian suka...

Lanjut bab 24....

The Lost Ending| Mairimashita Iruma-kun | (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang