Secangkir kopi bertengger di atas meja, sore ini Altalune baru pulang jogging bersama beberapa rekan Tentaranya, karena lapangan dekat dengan Panti Asuhan Athirah sehingga ia singgah sebentar sementara para rekannya memilih untuk pulang, dan kini pria itu duduk berdua dengan Bunda Lasmi di teras Panti.
"Kapan kamu bawa seorang perempuan, Nak?"
Altalune membawa dua tangan di pangkuan perut, "Saya belum memikirkan itu, Bun."
"Seandainya ayah dan ibumu masih hidup ia mungkin akan sangat senang jika kamu sudah menemukan perempuan impianmu."
Altalune menunduk, pria itu kemudian mengambil secangkir teh lalu meneguknya, "Saya belum siap, karir dan keuangan saya belum matang, saya belum punya banyak tabungan hidup."
"Bunda jangan terlalu mengkhawatirkan saya, jodoh itu ada di tangan Allah, saya percaya jodoh cerminan diri, dan saya akan selalu memperbaiki diri lebih baik." Ia kemudian menaruh cangkir digenggamannya di atas meja.
"Emang kamu nggak pernah suka sama cewe?" tanya Bunda Lasmi, wanita paruh baya itu menatap Altalune lebih serius kali ini.
"Per–" mata Altalune teralih dengan kedatangan Bulan, gadis itu turun dari ojek, melepas helm dan memberi uang pada abang ojek.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh," balas Alta dan Bunda Lasmi bersamaan.
"Tumben nggak naik motor?" tanya Bunda Lasmi.
"Ibu kos minjem motor Bulan tadi, karena lama nunggu yaudah deh naik ojek aja," jawabnya.
Bulan menyodorkan paper bag berwarna pink ke depan Altalune, "Ini jaket anda maaf saya lupa mengembalikannya."
Altalune mengangguk, "Padahal, saya sudah tidak mengingatnya." Ia kemudian menerimanya.
Bunda Lasmi menatap bergantian keduanya, "Apa Bunda nggak tahu sesuatu dari kalian?" godanya.
"Kami nggak nyembuyiin apa-apa Bun, kebetulan kami satu tugas waktu itu, makanya dia pernah bantu aku," perjelas Bulan mendapat anggukan dari Bunda Lasmi.
"Ehm, Bun. Aku mau minta izin bawa adik-adik panti jalan-jalan ke mall malam ini, apa boleh?"
Bunda Lasmi melipat bibir sambil berdehem, "Boleh tapi dengan syarat Altalune harus ikut."
Altalune dan Bulan menatap Bunda Lasmi bersamaan.
"Aduh Bun, nggak usah siapa tahu dia ada urusan penting saya nggak mau nyusahin orang, lagipula saya bisa pesan mobil online, kebetulan ada langganan," tolak Bulan.
"Bunda pikir Altalune sedang libur, sebentar 'kan malam minggu jadi mungkin tidak masalah, bagaimana, Alta?" Bunda Lasmi menautkan alis, menatap Altalune yang kini memasang wajah datar.
"Hm, tidak masalah," jawab pria itu, ia pikir ini kesempatan besar untuk bisa mengenal Bulan lebih jauh.
"Okei, Bunda pikir itu kalimat persetujuan, Bunda akan izinkan kalian berdua pergi."
Mulut Bulan yang sebelumnya terbuka setengah kini tertutup rapat, niat ingin bersenang-senang dengan anak panti malah terperangkap dengan pria itu, Bulan harap sikapnya bisa diajak kerja sama nanti di sana.
Altalune menatap jam di pergelangan tangannya, "Dua puluh lima menit lagi adzan magrib, kita berangkat selepas sholat."
"Kalau gitu sambil nunggu Bunda masak yah untuk kalian," ujar Bunda Lasmi.
"Eh kalau untuk Bulan nggak usah repot-repot Bun, Bulan udah makan di kos 'an tadi."
"Nggak papa makan bareng lagi di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Altalune
RomanceBagaimana rasanya jika seorang Perwira muda TNI mengangumimu diam-diam dan mencari tahu kehidupanmu dari belakang. Nafasya Bulan Arsyana seorang gadis yang begitu terobsesi memiliki pasangan abdi negara seorang Tentara, namun siapa sangka perwira m...