Sebuah anting kecil berbentuk bulan sabit berwarna kuning emas berada di atas telapak tangan Altalune sedari tadi pria itu memandanginya, menatap lebih dekat anting itu untuk membuka ingatannya yang kian hari kian menyiksanya.
Gadis kecil itu kerap kali datang dalam pikiran dan mimpinya. Sangat sulit bagi Altalune untuk mengingat apa hubungannya dengan gadis itu.
Flashback
"Nanti kalau kamu udah gede mau jadi apa?" tanya gadis kecil berpipi chuby dengan khas rambut yang di kuncir dua.
"Tentara," jawab anak laki-laki berambut mangkok itu dengan nada kecil kepalanya menatap ke atas langit.
"Kenapa Tentara?" tanya gadis kecil itu lagi, ia menoleh.
"Soalnya kata abah, Tentara itu pekerjaan yang beljasa, kalau nanti Al gede Al pengen bantu banyak orang, tolong anak-anak yang di bully, buat bangga abah sama bunda telus Al mau beljasa pada negara kayak abah."
Gadis kecil itu manggut-manggut, "Kamu hebat yah."
"Kalau gede kamu mau jadi apa?" tanya anak laki-laki itu.
"Ulan cuman pengen buat seneng banyak olang, pengen bantu kakek - nenek tua yang susah makan, pengen telus bantu olang, Ulan kasihan lihat mereka susah." Gadis itu mengusap-ngusap dua matanya seakan ucapannya ke luar tulus dari hatinya.
"Hem, Ulan anak baik, semoga tercapai yah."
"Ndan!"
Lamunan Altalune terbuyarkan dengan kedatangan Gibran dan Rey, pria itu segera memasukkan anting yang digenggamnya ke dalam saku celana.
"Kebiasaan tidak ucap salam."
"Eh, he he. Assalamu'alaikum warahmatullah wabarokatuh, Ndan." Salam Gibran seraya terkekeh.
"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh," balas Altalune.
Gibran dan Rey kemudian duduk di sebelah Altalune di atas gazebo.
"Kami bawa kabar baik Ndan tentang Bulan," ucap Rey.
"Langsung intinya," ujar Altalune.
Gibran berdehem, "Saya sama Rey udah nemu alamat Bulan Ndan, kami juga dapat info bahwasanya mahasiswa dari prodi Manajemen akan kuliah online selama satu minggu karena kampus Arthena Juang akan di renovasi."
"Jadi kemungkinan Bulan akan pulang kalau misal dapat keringanan kuliah online selama seminggu Ndan." Tambah Rey.
"Jadi ini kesempatan besar buat Ndan bisa lamar Bulan di rumahnya sekaligus ada orangnya," ucap Gibran lagi.
Gibran dan Rey berdiri dan saling membelakangi merapatkan punggung melipat dua tangan di dada, "Jadi gimana menurut Ndan dengan detektif G dan ...."
"R!" teriak Rey.
"Bagus, bagus." Altalune manggut-manggut.
"Tapi, kalian dapat info dari mana?" selidik Altalune.
Gibran dan Rey saling tos, "Dua cowo tampan ini banyak cabangnya Ndan, jadi yah informasi bagi kami mah kecil, gimana Rey?"
"Betul, Ndan. Gibran kita satu ini emang cukup laku akhir-akhir ini," ucap Rey tertuju pada Gibran.
"Nggak usah sok alim lo kalau nggak ada yang naksir juga." Gibran meninju perut Rey membuat pria itu meringis.
"Jadi gimana untuk lamaran Ndan?" tanya Gibran.
"Nanti diatur."
"Siap Ndan!" Seru Gibran dan Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altalune
RomanceBagaimana rasanya jika seorang Perwira muda TNI mengangumimu diam-diam dan mencari tahu kehidupanmu dari belakang. Nafasya Bulan Arsyana seorang gadis yang begitu terobsesi memiliki pasangan abdi negara seorang Tentara, namun siapa sangka perwira m...