Part 40 - Kisah Sang Sahabat Nu 'aiman

285 17 3
                                    

"Pernah dengar tidak kisah seorang sahabat Rasulullah yang menjual temannya sendiri?

"Hah emang ada gitu, Kak Bulan?" tanya Siska mengernyit.

Para anak panti duduk bersila di depan Bulan, salah satu momen yang mereka suka dan nanti ketika Bulan datang ialah mendengarkan kisah dan cerita tentang para tokoh tauladan sahabat Nabi.

"Ada, mau dengar?"

"MAU!"

"Suatu hari hiduplah seorang sahabat bernama Nu 'aiman, hari itu Nu 'aiman tengah melakukan perjalanan ke Basrah bersama Abu Bakar As Sidiq dan Suwaibith, singkat cerita di tengah perjalanan Nu 'aiman lapar."

"Nah pada saat itu Suwaibith bertugas menjaga bekal makanan perjalanan. Nu 'aiman minta bekal makan sama Suwaibith, tapi nggak dikasih. Si Suwaibith ngomong sama Nu 'aiman, bentarlah dulu nunggu Abu Bakar datang aja, karena si Nu 'aiman udah laper nggak ketahan dan nggak dibiarin sama si Suwaibith ini, Nu 'aiman buat jahil dong alias balas dendam."

"Terus - terus, Kak?" tanya Melati tidak sabaran.

"Ter–" mulut Bulat tertutup saat Altalune duduk di sampingnya.

"Terus, Nu 'aiman menemui beberapa orang lalu menawarkan dan menjual Suwaibith sebagai budak dengan harga yang cukup murah. Di perkirakan, Nuaiman menyebut bahwa budak yang ia punya sering mengaku kalau dirinya adalah orang yang merdeka."

Bulan melirik kecil ke arah Altalune, pria itu terlihat begitu tenang dan beribawa di depan anak - anak saat menjelaskan.

"Lalu ...." Altalune menoleh ke arah Bulan, memiringkan kepala sedikit seperti memberi kode agar gadis itu yang melanjutkannya.

Bulan menatap kaku Altalune lalu menatap ke arah anak-anak lagi, " Lalu, Suwaibith terkejut dong saat beberapa orang mendatanginya, dia bilang sama orang-orang itu, kalian mau apakan saya. Saya orang yang merdeka bukan budak." Bulan marah-marah menirukan gaya bicara Suwaibith yang membela dirinya di depan pembeli budak.

Para anak-anak tertawa terbahak-bahak, ada yang memukul lantai bahkan ada yang tertawa sampai berlinang air mata karena kejahilan seorang Nu 'aiman.

"Jadi Suwaibith udah nggak balik? Karena udah dijual?" tanya Siska.

"Nggak Siska, pada saat itu Abu Bakar yang kembali membeli Suwaibith demi menebus kejahilan sahabatnya itu Nu 'aiman. Karena kisah Nu 'aiman yang jahil itu, para sahabat menceritakannya pada Rasulullah dan itu membuat beliau tertawa hingga nampak gigi gerahamnya."

"Masha Allah, sungguh beruntung Nu 'aiman bisa membuat Rasulullah tertawa," ucap salah seorang anak panti.

Altalune diam-diam melirik Bulan sesekali, ia berharap suatu hari nanti semoga Tuhan menjadikan wanita itu sebagai penyempurna imamnya.

"Yuk kita sama-sama berucap sholawat untuk mengingat Rasulullah. Allohumma solli ‘alaa sayyidina muhammad, wa ‘alaa aali sayyidina muhammad."

"Allohumma solli ‘alaa sayyidina muhammad, wa ‘alaa aali sayyidina muhammad," ucap anak-anak panti serempak.

Hingga tak lama Bunda Lasmi datang membawa sekeranjang sayur dan buah, wanita itu baru pulang arisan di tetangga sebelah sehingga Bulan memutuskan menceritakan sebuah kisah di depan anak-anak untuk menunggu Bunda Lasmi.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh," salam Bunda Lasmi, wanita berjilbab panjang itu melepas sendal dan masuk ke dalam.

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh," balas anak-anak panti.

Bulan kemudian berdiri dari duduknya menyalami Bunda Lasmi begitupun anak-anak panti.

"Bunda, Bulan pengen pamit pulang kampung."

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang