"Rara! Bulan!" Teriak Rima dari jauh sampai ketika gadis itu duduk di samping Rara.
"Aku ada berita, berita yang lagi jadi bahan gosip anak-anak kampus," ucap Rima sambil mengatur napas.
Suasana kantin saat itu lumayan ramai di siang hari, sehinga beberapa mahasiswa berlalu lalang membeli bahkan mengambil pesanan mereka di Ibu kantin.
Kantin kampus Arthena Juang terbilang luas dan cukup mewah sebab setiap lantai yang ditapaki dari jalan masuk sampai ke luar adalah marmer berkilat.
Ada dua belas meja panjang dan empat puluh delapan kursi yang di mana masing-masing meja ada empat buah kursi.
Bagaimana tidak kampus swasta itu menjadi langganan orang kalangan atas bahkan anak pejabat lanjut pendidikan di tempat itu bahkan hanya sedikit dari mereka berasal dari keluarga berkecukupan.
Bulan mengaduk tehsus hangatnya dengan tenang, "Berita apa, Rim? Kayaknya sepenting itu bagi kamu."
"He'em." Rara berdehem seraya mengisap pipet jus peras di depannya.
Rima menggeser handphone berlogo apel setengah gigitan ke depan dua temannya itu.
Baru-baru ini dikabarkan anak dari pengusaha ternama di Bandung bernama Tenggara Harditama, akan pindah pendidikan di Arthena Juang sebagai mahasiswa jurusan hukum.
–––––
Beritaterupupdatee.com"Tenggara Harditama?" tanya Bulan menautkan glabela.
"Iya." Rima manggut-manggut. "Kamu tahu, kan? Nggak mungkin nggak tahu anak dari Tuan Harditama itu."
Bulan menggeleng sambil memasukkan stik kentang goreng ke mulutnya, "Nggak, emang dia siapa?"
Rara menutup mulut setelah lama-lama menatap artikel itu di salah satu website, ia menggeser handphone Rima di depan sang empu, "Rim, berita itu nggak hoax 'kan? Aku udah lama follow instagram Tenggara, menurutku dia tipikal cowo keren aess! Nggak sabar ketemu secara langsung."
"Udah tampan, pintar nyanyi, pintar main basket kayak semuanya itu udah ada di dia!" lanjut Rara begitu bersemangat.
"Mana mungkin kamu nggak tahu sih Lan, padahal anak-anak kampus di sini banyak yang idolain." Rima menghela, itulah yang kadang jadi kekurangan teman sekelasnya satu itu, suka ketinggalan berita.
"Yah aku emang bener-bener nggak tahu siapa Tenggara Harditama itu." Bulan mengedikkan bahu, acuh terhadap berita tersebut.
"Mau kukenalin sama orangnya nggak?" Seorang pria berkemeja biru muda menarik satu kursi di sebelah Bulan.
"TENGGARA!" teriak Rima dan Rara spontan terkejut, sejak kapan pria itu datang dan dari mana asalnya bagaimana mungkin mereka tidak menyadari keberadaannya.
"Ka–Kamu?" lain dengan Bulan yang kini melongo melihat pria yang ada di depannya itu pria sama yang ia temui di halte kemarin.
Aroma oriental yang hangat dan sensual menyeruak ke sekitar, membuat Rara dan Rima terhipnotis dalam hitungan detik. Bukan cuman dua gadis itu, tapi rakyat kampus Arthena Juang juga tersihir dengan aroma maskulin dari seorang Tenggara.
Anak-anak kampus kini berdiri dari jauh mengerumuni Tenggara, menonton pertunjukkan yang langkah untuk tidak diabadikan.
"Tenggara Harditama. Gue belum perkenalan diri kemarin." Pria itu mengulurkan tangan, dengan kepala yang dimajukan dan dan satu sudut bibir yang terangkat.
"O–ouh iya," jawabnya kaku, ia agak canggung dengan suasana seperti ini dlihat banyak orang kampus bahkan menjadi tontonan mereka.
"Nggak mau dibalas uluran tangan gue, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Altalune
RomanceBagaimana rasanya jika seorang Perwira muda TNI mengangumimu diam-diam dan mencari tahu kehidupanmu dari belakang. Nafasya Bulan Arsyana seorang gadis yang begitu terobsesi memiliki pasangan abdi negara seorang Tentara, namun siapa sangka perwira m...