Part 23 - Secret Revealed

309 19 0
                                    

"Makasih yah udah diantar pulang," ujar Bulan menutup pintu mobil, dan dibalas deheman oleh Altalune disertai anggukan.

Bulan memilih untuk diantar sampai kosnya saja kebetulan mereka melewatinya sebab ia sudah tidak bertenaga jika harus memesan ojek lagi di panti, tubuhnya sudah remuk, dan pegal.

Anak-anak panti begitupun dua pangeran pleton sudah tidur dalam mobil, sehingga tidak terdengar candaan lagi selain dengkuran dari Gibran.

Bulan masih berdiri di luar menunggu Altalune pergi.

"Masuklah duluan," pintah Altalune.

"O–ouh nggak papa?"

"Iya."

"Ehm, hati-hati yah." Gadis itu kini menjejakan kaki masuk ke dalam, menutup pintu.

'Jadi ini kos, Bulan,' batin Altalune, pria itu kemudian melajukan mobil.

Usai mengantar anak panti sampai dengan selamat, kini menyisahkan dua penumpang lagi di belakang.

Gibran dan Rey kini duduk menyandar, keduanya terbangun saat membantu anak panti ke luar dari mobil tadi.

Malam sudah larut, Rey menyalakan handphone tepat di layar depannya tertera jam sudah menunjukkan setengah sebelas malam.

Jalan raya sudah terlihat sepi pengendara, hanya hitungan jari pengendara yang lewat.

"Ndan saya boleh nanya sesuatu nggak?" tanya Gibran.

"Nanya aja," ujar Altalune, fokus menyetir ke depan.

"Ndan suka sama cewe tadi?" kali ini tanpa basa-basi Gibran langsung to the point.

Tidak ada jawaban dari Altalune selain semilir angin menengahi obrolan mereka.

Rey yang awalnya fokus bermain handphone teralih dengan pertanyaan Gibran, "Gib, lo jangan nanya gitu, gimana kalau Komandan tersinggung," bisik Rey.

"Ssst, lo diem aja."

"Kalau iya, kenapa?"

Ucapan Altalune membuat Gibran dan Rey melongo di belakang, dan ternyata tebakannya 180 derajat benar.

"Dan kalau nggak kenapa?"

Dada Gibran dan Rey langsung mengempes mendengar kalimat itu.

"Kalau Komandan suka kami bakal bantu, tapi kalau Komandan nggak suka yah nggak papa juga sih," terus terang Gibran.

"Memangnya apa hubungan Komandan sama cewe itu?" tanya Rey penasaran.

"Dia sama saya cuman kenalan."

Gibran dan Rey manggut-manggut ber 'oh', di belakang.

"Maaf yah Ndan kalau saya tanya gini lagi, emang Ndan nggak ada perasaan sama gadis itu?" tanya Gibran, ia hanya ingin mendapat kebenaran setelah melalui beberapa selidik bersama Rey yang terkadang membuat mereka bertanya-tanya.

"Emang apa yang kalian bisa lakuin, kalau saya jujur."

"Banyak!" teriak Gibran semangat.

"Misalnya nih kalau Ndan suka, saya bisa kasih teknik seribu cara jitu memahami karakter wanita, saya bisa bantu Ndan dapetin hatinya bahkan sekalipun saya sama Rey harus cosplay jadi bencong."

Pak!

Rey menjitak bahu Gibran. "Lo gila, jatuhin harga diri buat jadi bencong." Pria itu tak terima, dirinya yang tampan, maco ini harus merelakan ditertawakan cosplay jadi bencong.

"Yah, demi bantuin Komandan lah lo harus rela berkorban."

Di depan Altalune geleng-geleng atas tingkah dua anggotanya itu.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang