Part 10 - Salah Paham

611 33 0
                                    

Altalune membungkuk, "Saya."

"A-anda lagi?" Keterkejutan Bulan bertambah saat ia melihat kedatangan dua pria lagi di belakang Altalune.

Gibran menyenggol Rey, "Oh, jadi ternyata yang ingin ditemui komandannya itu seorang gadis?" Itulah mengapa Altalune sangat tertutup. Tapi mengapa ia tidak memberitahu keduanya tentang ini semua, siapa gadis itu?

"Saya boleh masuk?" Izin Altalune.

Melihat ekspresi Bulan yang merasa tak nyaman dengan kedatangan tiga pria di depannya, membuat Altalune harus buka suara, "Oke-oke, maaf kalau saya datang dadakan, tenang saja saya tidak akan melakukan sesuatu yang buruk, saya ke sini karena ingin melihat keadaanmu."

'Keadaanku?' pikir Bulan dalam hati, sejak kapan pria itu khawatir padanya padahal mereka baru saja kenal.

"Saya bawa buah juga untukmu." Altalune memberi kode pada Rey yang sedari tadi memegang kantongan putih, pria itu menyodorkannya pada sang Komandan.

Bulan menatap sebentar Altalune dan beralih menatap dua pria di depannya secara bergantian, entah mengapa wajah Gibran dan Rey tidak asing di mata Bulan.

"Boleh, silahkan masuk," ujar Bulan.

Altalune meletakkan sekantong buah di atas meja.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Altalune.

Bulan menoleh, "Alhamdulillah, sudah agak baikan."

"Baguslah."

Kini Bulan beralih menatap dua pria di samping Altalune yang diam sejak tadi.

"Saya sepertinya mengenali Bapak-bapak ini berdua, kalian yang pernah membantu saya dengan teman saya, kan, saat perjalanan ke sungai waktu itu?" tebak Bulan sambil tersenyum. Ia tidak bisa melupakan peristiwa tersebut.

Dua pria yang menjadi objek tebakan Bulan mengangguk, sesuai dengan perintah Komandannya untuk tidak bicara, hanya cukup mengangguk atau menggeleng saja.

Gibran mengusap wajahnya, 'Kenapa jadi Bapak-Bapak sih, muka muda begini dipanggil Bapak-Bapak.'

Altalune menoleh dan menatap dua anggotanya itu, "Kalian kenal dia?" Keduanya mengangguk sebagai jawaban.

"Loh, Anda punya hubungan apa sama mereka?" tanya Bulan kembali.

"Mereka teman saya," jawab Altalune.

Bulan mengangguk, "Oouh."

"Ehm, mungkin saya boleh kenalan dengan Bapak-Bapak Tentara hehe, karena sudah menolong saya waktu itu," kata Bulan sambil menyeringai.

Sementara itu, Gibran dan Rey melirik Altalune yang memberikan tatapan tajam. Gibran menggeleng sambil tersenyum sedikit. Rey juga memberikan respons yang sama pada Bulan.

"Loh kenapa nggak bisa, Pak."

Dengan bibir yang terlipat Gibran menggeleng, "Ehmmph, ehmmmph."

Rey menyenggol Gibran, "Ehmp, ehmpph, mmmph!"

"Mmmph! Ehmmmmp ...!"

"Ehmmmmp."

"Bapak berdua kenapa sih? Dari tadi ehm, ahm, ihm."

"Mereka lagi sakit gigi," ucap Altalune cepat.

"Kok bisa bersamaan gitu yah."

"Bisa."

Bulan agak ragu tapi ia mengiyakan saja, siapa tahu memang seperti itu kejadiannya.

Altalune mengeluarkan minyak kayu putih untuk Bulan dari saku jaketnya, "Ini untukmu kebetulan saya bawa sebagai persiapan."

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang