Part 37 - Cantik

341 17 1
                                    

Bulan melepas helm usai memarkir motor, gadis itu menggantungnya di kaca spion lalu berjalan masuk melewati beberapa koridor.

Dalam perjalanan melewati koridor Bulan merasa tidak nyaman dengan tatapan beberapa mahasiswa yang berlalu lalang, ia tidak mengerti ada apa dengan mereka padahal jika biasanya Bulan jalan para mahasiswa itu tidak peduli bahkan keberadaannya pun tidak dianggap.

Apa karena berita viral itu, sepertinya anak-anak kampus sudah mengenali wajahnya.

Hingga tepat berada di aula, kaki Bulan terhenti menatap para mahasiswa mengerumuni aula terdengar suara riu daei kerumanan itu.

Apa ada acara kampus? Hingga aula semeriah itu, Bulan mengedikkan dua bahu.

Ia berjalan melewati kerumunan itu hingga netranya tidak sengaja menangkap sebuah spanduk besar di mana tercetak potret seseorang yang tidak asing di matanya. "Loh itu 'kan wajahku."

Bulan berjalan cepat menerobos kerumunan, "Permisi, permisi." Gadis itu berdiri menatap wajahnya tersenyum manis pada spanduk besar yang terpampan di sana.

Hingga semua kerumunan langsung berjalan mundur membentuk lingkaran menyisahkan Bulan sendirian di tengah. Bulan panik, ada apa ini ia menatap sekitarnya kenapa orang-orang berjalan mundur dan saling berpegangan tangan.

Saat Bulan berbalik ingin berjalan ke arah kerumunan sebuah suara gitar dari belakang menghentikan langkah gadis itu.

"Cantik."

"Bukan kuingin mengganggumu."

Bulan berbalik, dan itu Tenggara pria itu memakai turtleneck rajut putih selaras dengan celana slim fit abu-abu yang ia kenakan, rambutnya tertata ke samping bagai tokoh utama di drama korea.

"Tapi apa arti merindu."

"Selalu ... semuanya!" teriak Tenggara.

Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmu

Kerumunan barisan berbentuk lingkaran itu menggerakkan posisi ke kanan dan kiri lalu bernyanyi serentak.

"Oooouh ...." Tenggara memainkan gitarnya.

"Ada hati yang termanis dan penuh cinta."

Tentu saja 'kan kubalas seisi jiwa

Bulan menatap ke sekitarnya ia merasa tidak nyaman dengan suasana seperti ini, entah rencana apalagi yang dilakukan Tenggara.

Suasana Aula saat itu sangat menyenangkan dan terasa bagai terbentuk persahabatan yang solid, momen - momen itu terasa masa SMA kembali terulang. Mereka bernyanyi diiringi gitar dan tepukan sepatu seragam dari para mahasiswa.

"Tiada lagi, tiada lagi yang ganggu kita."

"Ini kesungguhan."

"Sungguh apa?" teriak Tenggara.

Sungguh aku sayang kamu

Tenggara berjalan ke arah Bulan membuat jarak mereka berkisar 2 meter. "Sungguh aku sayang, kamu." Tenggara menunjuk ke arah Bulan.

"Cieee!!"

"Ah Tenggara sosweet."

Suara riuh terdengar, hal itu membuat Bulan merasakan perasaan campur aduk.

Tenggara berjongkok di depan Bulan. "Nafasya Bulan Arsyana, kamu mau nggak jadi pacar Tenggara?" pria itu mengeluarkan kotak berwarna merah yang di dalamnya terdapat cincin dengan hiasan bulan sabit di atasnya.

"Terima!"

"Terima!"

Terdengar suara tepukan sorak mengguncang aula, sementara Bulan tak mampu berkutit selain terkejut dengan situasi yang di luar kendalinya.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang