Part 4 - Still remember?

616 39 0
                                    

"Yasmin itu cantik, berbakat, lulusan S1 dari Harvard university dan sekarang lanjut S2 di Oxford University, apalagi anak Komandan Andika, tapi kenapa yah Komandan Alta nolak lamaran dia, padahal anak-anak di batalyon banyak yang ngejar-ngejar."

"Heleh, mungkin Komandan Altanya aja yang jual mahal, nanti kalau si Yasmin udah di tikung kiri sama yang laen barulah dia nyadar."

Perbincangan beberapa wanita membuyarkan candaan Alta dan kedua rekannya. Pandangan ketiganya teralih dengan sekumpulan Ibu Persit yang lewat tak jauh dari mereka, dan suara mereka terdengar.

Ternyata gosip tentang dirinya dan Yasmin sudah tersebar. Siapa yang menjadi dalang dari semua ini sehingga orang-orang di Batalyon jadi tahu, padahal kejadian ini baru kemarin.

"Nggak usah diambil hati, Ndan. Ibu-Ibu mah suka gitu," nasihat Gibran.

"Iya, yang dapet pahalanya kan Komandan," balas Rey, mendapat tepukan di pundak dari Gibran. "Nah!"

Sebenarnya, Gibran sudah memberitahu Rey tentang masalah kemarin. Ia merasa kasihan terhadap Yasmin, namun di sisi lain, ia juga tidak tega melihat sang Komandan menjadi bahan gosip di antara orang-orang di Batalyon.

"Iya, makasih atas nasehat kalian. Saya duluan, ada urusan," kata Alta.

"Siap, Ndan!" seru keduanya.

"Komandan," panggil Gibran, dan Alta menoleh.

"Kelak, siapapun yang dipilih Komandan sebagai pasangan hidup, kami siap mendukung. Insya Allah, pilihan Komandan pasti tidak jauh dari perempuan yang baik dan taat agama," ucap Gibran. Dia tahu tidak mungkin Komandan pergi begitu saja tanpa alasan, apa urusan yang membuatnya harus meninggalkan kesenangan di hari spesial seperti ini.

"Saya tahu Allah punya rencana yang tidak Komandan tahu. Saya selalu berdoa yang terbaik untukmu, Ndan," tambah Rey.

"Terima kasih, Gib, Rey."

Inilah yang selalu membuat Alta merasa bersyukur dalam hidup: rekan-rekan yang tak henti-hentinya mendukung dan membelanya di jalan yang benar, menasehati ketika sedang terpuruk.

***

"Jangan terlalu banyak melakukan aktivitas di luar ya, Adik Yasmin. Kamu harus istirahat yang cukup," nasihat Dokter itu.

Yasmin mengangguk, sudah sering kali mendengar nasihat serupa, bukan hanya sekali, tapi berulang kali. Banyak kata 'jangan' menghalangi langkahnya untuk melakukan hal-hal yang diinginkannya.

Sampai kapan ia akan seperti ini? Hidup diiringi oleh obat-obatan, rumah sakit menjadi tempat favorit, dan penyakit yang tak henti mengejarnya.

"Kalau begitu, saya pulang, Dok."

"Hari Sabtu kamu datang lagi ya," Dokter memberi pengingat.

Yasmin mengangguk lagi. "Iya." Tanpa disuruh pun, ia akan tetap datang.

Sebenarnya, jadwal pencucian darahnya biasanya dilakukan di Inggris. Tapi karena sedang cuti kuliah di semester ganjil, Yasmin memutuskan untuk pulang ke tanah air dan bisa bertemu dengan keluarganya.

***

Terkadang, apa yang kita anggap baik belum tentu dianggap baik oleh Tuhan, dan sebaliknya, apa yang kita anggap buruk belum tentu dianggap buruk oleh-Nya. Semua telah diatur oleh-Nya, termasuk yang ada di langit. Manusia seharusnya tidak henti-hentinya berdoa, berusaha, dan tawakal.

Alta memarkir mobilnya di depan Panti Asuhan Athirah. Saat turun dari mobil, ia tidak melihat keberadaan anak-anak panti. Biasanya, mereka akan berlarian keluar dan memeluknya, tetapi kali ini adalah kali pertama ia tidak mendapat sambutan tersebut.

Seperti biasanya, saat berkunjung ke panti, Alta tidak mengenakan seragam Tentara. Ia tidak ingin menyamakan waktu bersantai dengan anak-anak panti dengan profesinya sebagai Tentara.

Alta berjalan masuk setelah mengambil empat kantong belanjaan penuh dari bagasi mobil. Kesibukannya sebagai Tentara selama dua minggu terakhir membuatnya jarang berkunjung melihat anak-anak di sini.

"Assa-"

"Pada zaman Rasulullah SAW, hiduplah seorang perempuan pemberani yang luar biasa! Bernama Ummu Umarah. Saat itu, terjadi peperangan antara Tentara Kafir dan Tentara Muslim. Rasulullah SAW hampir dibunuh oleh salah seorang Tentara Kafir, namun Ummu Umarah berhasil menghalau dengan pedang yang dipegangnya."

"Tidak berhenti di situ, Ummu Umarah pernah meminta izin kepada Abu Bakar As-Shidiq untuk memerangi nabi palsu, yaitu Musailamah Al-Kadzab, setelah kematian Habib. Puncak kisah ini adalah saat Abdullah, anak Ummu Umarah sendiri, berhasil membunuh Musailamah. Ummu Umarah langsung bersujud syukur setelah mengetahui bahwa Musailamah Al-Kadzab mati di tangan sang anak."

"Namun, setelah selesai peperangan, Ummu Umarah harus kehilangan satu tangan dan menerima kematian Abdullah. Meskipun begitu, nama Ummu Umarah tetap menjadi pengingat bagi kita sebagai umat Muslim tentang seorang perempuan pemberani yang luar biasa."

Setelah mendengarkan kisah inspiratif tentang Ummu Umarah, semua anak bertepuk tangan. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan tidak berpaling.

"Besok-besok kita bahas tentang Aisyah Radhiyallahu Anhu, Kak," ujar salah seorang anak.

"Tentu, yang penting kalian tidak hanya suka dengan kisahnya, tapi juga harus bisa menerapkan ahlaknya dalam kehidupan sehari-hari, oke?"

"Oke, Kak!" serentak mereka menjawab.

"Nafasya Bulan Arsyana, kita bertemu lagi dan kamu tetap sama" gumam Alta sambil tersenyum kecil.

"Assalamu'alaikum."

Semua menoleh, "Waalaikumsalam, Ayah!" serentak anak-anak berlari dan berhambur ke pelukan Alta.

Bulan terkejut. 'Pria itu.'

'Dan mereka memanggilnya ayah?' Gadis itu mengerutkan kening, dilema terkejut dan bingung melihat semua anak di panti memanggil pria yang ia temui di depan Indomaret dengan sebutan 'ayah'.

Alta berjongkok, "Ayah belanja banyak hari ini untuk kalian, nanti dibagi rata ya, Nak. Jangan rakus."

"Siap, Ayah!" serentak mereka menjawab.

Bulan terdiam memperhatikan perubahan sikap pria di depannya, yang pernah ia tunjuk dan katai di depan orang-orang. Mengapa sikapnya begitu manis sekarang pada anak-anak? Apakah karena buku yang ia beri mengubah sikapnya? Atau mungkin pria itu sudah lama berada di sini sebelum dirinya? Lihat saja begitu akrabnya ia dengan anak-anak panti.

Seorang anak perempuan yang duduk di kursi roda akhirnya keluar dari kamarnya setelah lama mengurung diri. "Assalamu'alaikum, Ayah," sapa Melati.

"Wa'alaikumsalam. Eh, muka Melati kenapa, pucat Nak?" tanya Alta.

"Dia demam, Yah," jawab salah seorang anak.

"Kamu demam? Sejak kapan, Mel?" Alta memegangi jidat Melati dan merasakan uap panas dari tangannya.

"Ayah, nggak usah khawatir. Kemarin aku sama Bunda udah periksa ke puskesmas dan udah dikasih obat. Tadinya Bunda nyuruh aku istirahat, tapi karena aku dengar suara Ayah makanya ke luar," jelas gadis itu.

Alta menghela nafas. "Kita ngobrol di kamar aja ya, kamu harus istirahat biar sehat. Siska, bantu dorong Melati ke kamarnya," pintanya.

"Siap, Yah," sahut Siska, anak tertua di panti.

"Bunda Lasmi ke mana?" tanya Altalune.

"Dia pergi ke pasar," jawab Bulan.

Alta menghentikan langkahnya ketika hendak membawa dua kantong ke dalam dapur. Gadis itu akhirnya bersuara setelah mereka saling diam cukup lama. Alta menoleh, "Kamu ... masih mengingat saya?"

"Masih." 


***

» Update : Tiap Malam Minggu
» Follow akun ig : @patimkp_29
» Follow akun WP: Patim_KP

Vote yh, biar semangat nulinya!

Kalau banyak yang vote malam ini, aku update dua kali seminggu. Vote! Vote!

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang