Part 3 - About Bulanku

858 44 0
                                    

2 Oktober 2023 – Namanya Bulan

Sore itu ... tanpa sebab ia datang menunjuk dan mengatai saya 'kurang ajar yah anda' ekspresi marah dan nada yang ia lontarkan sangat saya ingat. Mungkin itu kalimat pembuka pertemuan kami.

Saya tak marah malah ingin tertawa saat ia memberi sebuah buku gratis katanya. Judulnya 'Kisah Inspiratif Anak Desa Sang Penolong' lucu sekali, mungkin di matanya saya seorang pembangkang pada orang lebih tua tapi tak apa, biarkan itu jadi rahasia.

Saya tidak tahu jika ia seorang gadis yang suka menolong. Saat perjalanan pulang di hari yang sama kami kembali bertemu, pada saat itu lampu merah mobil saya berhenti di sebelah kiri dan tanpa sengaja saya melihat dan mendengarkan bagaimana ia membantu seorang Ibu dan anaknya. Saya kagum ....

Nafasya Bulan Arsyana, ia tidak memberitahu namanya tapi saya ingat dari name tag gadis itu.

Bulan ... sebelum saya halalkan kamu menjadi isteri yang kelak saya tuntun jalannya bersama-sama ke surga, izinkan saya mencari tahu tentangmu lebih dulu.

– Diary 1. Altalune Galen Hasyim

Altalune menutup buku hitam yang sangat dijaganya. Menulis diary adalah sisi tertutup yang tidak diketahui orang lain tentang pria itu.

Malam sudah larut, Altalune juga sudah melantunkan Al-Qur'an setelah sholat Isya berjamaah dengan masyarakat di batalyon. Akhirnya, pria itu bangkit dari duduknya.

Namun langkah Altalune terhenti ketika seorang wanita berdiri di depan mesjid. Altalune mengenalinya dengan baik.

"Assalamu'alaikum," sapa wanita itu.

Altalune tetap melanjutkan langkahnya ke luar, "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," balasnya sambil memakai sendal di bawah undakan masjid.

"Lettu Alta, boleh saya cerita? Jika Anda tidak sibuk malam ini," ucap gadis di sebelahnya.

Altalune tidak menatap gadis itu sama sekali. Ia tetap meluruskan pandangannya ke depan, khawatir hal yang tidak diinginkan bisa terjadi di antara mereka dalam suasana sunyi seperti ini.

"Persoalan apa?" tanya Altalune. Ia tidak keberatan jika ini berkaitan dengan pekerjaannya atau butuh bantuan. Gadis di depannya adalah putri dari Mayor Andika, Komandan Batalyon di tempatnya bertugas. Mungkin ada hal penting yang ingin disampaikan Mayor Andika melalui putrinya.

"Persoalan, perasaanku," jawab gadis itu.

Altalune mengeratkan pegangannya pada buku hitam yang ia genggam. "Jika itu menyangkut perasaan, kita tidak boleh berdua-an." Laki-laki itu mengotak-atik handphone-nya, lalu mendekatkan benda pipi itu di telinga.

Yasmin bingung siapa yang Altalune telepon dan apa maksudnya tidak boleh berduaan, padahal biasanya orang-orang melakukan itu di mana-mana dan itu hal yang biasa.

Dari kejauhan, seorang pria berpakaian loreng berlari mendekat, "Siap, saya sudah sampai, Lettu."

"Gibran, kamu berdiri agak jauh, dan lihat kami untuk menjaga dari zina," pintah Altalune, yang diangguki oleh Gibran.

Yasmin menatap Gibran yang sudah berada agak jauh darinya, lalu gadis itu menatap Altalune, "Kenapa tidak berdua saja? Aku tidak mau ada yang mendengarnya."

"Dia tidak dengar, dia cuma mengawasi dari jauh, ini cuma untuk menjaga kita dari perbuatan maksiat," jelas Altalune.

"Katakan apa keperluanmu? Maaf, waktu saya tidak banyak," lanjut Altalune.

Yasmin melirik sebentar ke Gibran, berharap pria itu tidak mengintip percakapannya dengan Altalune. Lalu gadis itu membuka suara.

"Lettu Alta, mungkin Anda tidak menyukai ini, tapi saya sudah menyimpannya selama dua tahun, dan saya sudah tidak bisa bohong lagi dengan perasaan ini." Yasmin terhenti sejenak.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang