Part 30 - It 's Time

337 22 1
                                    

"Astagafirullah!" Altalune terbangun dari tidurnya dengan keringat yang tercetak dijidatnya.

Ia menarik napas lalu menghembuskannya dengan pelan, Altalune mengucap istighfar berulang kali guna menenangkan diri.

Bayang-bayang seorang gadis kecil kembali muncul dalam mimpinya, sosok yang masih melekat di benak dan hatinya, hingga kini Altalune masih penasaran di mana sekarang keberadaan anak itu.

Allahuakbar!

Allahuakbar!

Lantunan adzan terdengar, pria itu melihat jam di pergelangan tangannya ternyata ia sudah tiga jam tidur selepas sholat dhur tadi, dan kini waktunya melaksanakan sholat ashar.

Seorang prada Tentara menemui Altalune. "Maaf Ndan, saya menganggu. Ada perintah dari Danyon Andika beliau menyuruh agar Komandan ke ruangannya, ada yang ingin disampaikan."

"Selepas sholat ashar saya akan ke sana."

"Siap Ndan, akan saya sampaikan pada Danyon." Prajurit Tentara itu kemudian pergi.

Altalune memijat pelipis di kepalanya setiap gadis itu muncul dalam mimpinya kepalanya akan terasa berputar, bukan hanya dalam mimpi tapi ketika Altalune sedang sendiri bayang-bayang scene kejadian akan tercetak dalam ingatannya.

Usai melaksanakan sholat ashar Altalune menemui Andika, dan di sinilah pria itu duduk di gazebo belakang mesjid batalyon. Ia baru selesai dari ruangan Andika.

Hingga Gibran dan Rey datang menemui sang Komandan, dari tadi mereka mencari keberadaannya dan ternyata Komandannya itu lagi duduk sendirian

"Ndan kita beli es kelapa nih, sekalian kita beli tiga satu buat Ndan." Rey menaruh satu cup es kelapa di samping Altalune saat ia tiba.

"Makasih."

Namun ekspresi wajah pria itu tak nampak semangat sore ini, terlihat dua matanya sedang layu.

"Loh, loh. Ndan ada masalah yah? Mukanya ditekuk gitu. Apa gara-gara cewe itu Ndan jadi sedih?"

Altalune menggeleng ia menghembuskan napas berat, "Dua minggu akan datang saya pindah tugas selama enam bulan ke luar provinsi."

"Pindah tugas?!" kaget Rey.

"Uhuk! Uhuk!" Gibran tersedak ikut terkejut. "Enam bulan?!"

"Iya, saya akan lama di sana."

Gibran dan Rey saling berpelukan, "Itu artinya Ndan bakal ninggalin kita dong, kita nggak mau pisah sama Ndan. Terus kalau Ndan pindah nanti yang gantiin Ndan siapa?" rengek Gibran.

"Itu sudah perintah." Altalune mengambil cup es kelapa langsung meneguknya.

"Kata Danyon saya cuman sementara di sana."

"Kalian nggak perlu sehisteris itu, do'ain saya panjang umur biar bisa ketemu lagi."

"Tapi kalau misal saya ikut sama Ndan bisa nggak?"

Gibran menjitak kepala Rey, "Yah nggak bisa bego, lo harus dapat perintah juga baru bisa."

"Saya akan tugas di luar provinsi dan sampai saat ini Bulan belum tahu saya suka sama dia." Pria itu sedikit menunduk hingga ia menegapkan badan kembali.

"Sebelum saya pergi." Altalune menggantung ucapannya, ada keraguan untuk melanjutkan.

"Saya mau ngelamar Bulan, kalian mau bantu saya?"

Dua mata Gibran dan Rey membulat sempurna, demi apa?! Seriusan.

"Ko–komandan mau lamar Bulan?" Rey bicara tak percaya, ia merasa hari ini sedang mimpi.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang