Part 33 - You are Still the Winner

312 18 4
                                    

Di bawah langit petang, selepas melaksanakan sholat magrib, Altalune duduk bersila menyandar di tembok putih mengenggam al - qur 'an kecil di tangannya.

"Wa iza quri al-qur'anu fastami'u lahu wa ansitu la'allakum tur-hamun."

"Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat."

Lantunan syahduh nan tenang dari Altalune terdengar sampai ke luar mesjid siapapun yang lewat atau bahkan tak sengaja mendengarnya mereka akan terhanyut dalam ketenangan setiap lantunannya.

Tak hanya melantunkan ayat suci al - qur 'an Altalune juga membaca arti yang terkandung dari ayat tersebut dengan nada lembut.

Dua Ibu persit yang tak sengaja lewat melirik diam-diam Altalune dari balik jendela.

"Komandan Altalune itu memang dambaan anak muda idaman, sayangnya anak saya udah nikah andai saja belum pasti udah saya jodohin," ucap wanita paruh baya bertubuh kurus.

"Tapi kenapa yah Komandan muda itu belum nikah, padahal kalau dipikir banyak loh yang mau." Balas wanita bertubuh gemuk itu.

Keduanya kemudian pergi, setelah cukup lama berdiri dari balik jendela.

"Wazkur rabbaka fi nafsika tadarru'aw wa khifataw wa dunal-jahri minal-qauli bil-guduwwi wal-asali wa la takum minal-gafilin."

"Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai."

Altalune menutup mata melantunkannya begitu merdu ia menikmati setiap ayat per ayat yang ke luar dari mulutnya.

Hingga Gibran dan Rey yang tak sengaja lewat bergeleng di balik jendela sambil berdecak.

"Ini yang buat gue salut sama Komandan kita, sampai sekarang dia masih jadi tauladan anak-anak pleton."

Rey menghela menatap sosok Altalune dibalik Jendela, "Jangankan pleton, batalyon sekalipun mengangumi sosoknya."

Kedua pria itu kemudian pergi membawa kekaguman akan sosok Komandannya itu.

"Shodaqallahul adzim." Altalune kemudian menutup Al - Qur 'an lalu mencium sampulnya, ia menaruhnya ke dalam lemari.

Pria itu melirik sebuah buku yang berada di sampingnya 'Kisah Inspiratif Anak Desa Sang Penolong' dua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan indah.

Buku yang menjadi tanda bukti pertama kali pertemuannya dengan seorang gadis bernama Bulan.

Altalune mengambil buku diary di sampingnya dan mengeluarkan meja kayu dari sisi lemari, ia menaruh buku diary miliknya di atas meja itu.

12 Desember. Kamu Masih Pemenangnya
Entahlah ini sudah hari ke berapa, bulan ke berapa seorang Altalune masih bertahan pada satu perempuan bernama Nafasya Bulan Arsyana.
~
Bulan ... boleh saya jujur, kemarin saat kamu menerima bunga dari seorang pria, saya cemburu. Saya tidak bisa melihatmu bersama pria lain, tetapi saat mengetahui kalian hanya sebatas teman yang baru kenal, dari situlah saya tenang. Lain kali tolong untuk tidak dekat dengan pria lain saya tidak ingin cemburu.

Bulan ... saya berjanji akan melindungi, dan menjagamu dari siapapun yang menyakitimu, sekalipun saya harus mati saat itu.

Saya akan menjaga diri, dan tolong kamu pula harus jaga mahkotamu sebagai perempuan yah. Saya akan menemuimu nanti.

- Diary 4. Altalune Galen Hasyim

***

Bulan mengeratkan jaketnya suasana malam hari terasa dingin, gadis itu memilih jalan kaki ke luar untuk memprint tugas kampusnya sebab besok sudah harus dikumpul.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang