Part 19 - Dangdutan di Sabtu Bersih

408 24 0
                                    

Dari kejauhan Gibran berlari seorang diri menghampiri Altalune, akhirnya ia bisa tidur tenang malam ini melihat sang Komandan berjalan tanpa pincang atau tidak terlihat cedera di bagian wajah lainnya.

"Koman–"

"Ssst! Jangan panggil Komandan di sini."

Gibran mengerutkan glabela, "Kenapa emang?"

"Rahasia."

"Terus panggil apa saya dong."

"Terserah."

Gibran mendengus, "Yaudah saya panggil Bapak aja." Aneh memang Komandannya satu itu, apa-apa rahasia, apa-apa  diam, ujung-ujungnya 'kan nurut.

Ia melihat di belakang Altalune dua gadis tengah berjalan, Gibran mengelus dada syukurlah Yasmin baik-baik saja, ternyata ia bersama Altalune, Gibran hanya kasihan dengan sang Danyon Andika dari kemarin dilanda emosional mengetahui putri semata mayangnya hilang, kemungkinan pria itu akan bahagia mengetahui sang putri baik-baik saja.

Gibran kemudian mengalihkan pandangan, pria itu menahan tawa saat menyadari Altalune jalan agak rangkak dengan kaos hitam dan sarungnya.

"Habis sunatan, Pak?" jahil Gibran mendapat jitakan dari Altalune.

"Habis dari aqiqah."

"Loh, lagian Bapaknya teh lagi tugas malah pakai sarung, lebih fatalnya ini teh hutan." Gibran mengelus kepala sedikit meringis mendapat jitakan kecil.

"Lagi pengen pakai sarung."

"Lah, ikan cupangku di asrama nangis dengarnya."

"Eh, Bang Gib, sejak kapan ada di sini?" teriak Yasmin dari belakang, dari tadi ia sibuk bicara dengan Bulan sehingga tak menyadari keberadaan pria itu.

"Baru-baru, kamu hilang satu batalyon panik, dari kemarin Danyon Andika nggak bisa tidur, nggak mau makan, karena mikirin kamu, syukurlah kamu baik-baik saja."

"Hm, kasihan ayah, tapi saya juga khawatir sama Bi Enda, gimana kabarnya dia udah ditemukan?"

"Udah, Bi Enda ada di tenda medis sekarang."

Keempatnya berjalan sambil mengobrol satu dan yang lain.

Bulan yang dari tadi mengamati obrolan Yasmin dan Gibran kini buka suara, "Loh Kakak yang pernah datang di tenda saya, 'kan? Waktu saya sakit."

"Bapak masih ingat saya?"

"Eh maksudnya, Kakak masih ingat saya?" tanya Bulan, ia mengingat pria itu tidak suka dipanggil Bapak-Bapak mengingat usianya yang tak sepadan.

Gibran menatap lama-lama wajah Bulan, ia agak lupa sebab di dunia ini ia sudah sering bertemu dengan banyak gadis jadi susah untuk mengingat terlebih jika hanya bertemu satu atau dua kali saja. Maklum buaya laut.

"Kamu ... yang mana yah?"

"Ini loh waktu itu Kakak ada temen yang satu saya ajak ngobrol nggak bisa karena kalian lagi sakit gigi kan waktu itu."

"Ou–"

"Dia amnesia sebab sering ketemu cewe, jadi nggak ada yang diingat," potong Altalune.

"Loh kok gitu."

***

Rara memukul-mukul Bulan dan Rima memeluk gadis itu, keduanya sangat khawatir terlebih Rara.

"Kamu jadi orang bandel banget sih, kita khawatirin kamu di sini," ujar Rara.

"Maaf, maaf aku bener-bener salah, maaf yah." Bulan memegangi kedua telinganya dengan mulut yang dikerucutkan.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang