Part 1 - First Sight

1.3K 52 0
                                    

"Hei Tuan lauhul mahfudz, hingga kini aku masih belum tahu rupa dan namamu, tapi engkau selalu kunanti dan kudo 'akan pada sepertiga malamku."

- Nafasya Bulan Arsyana

"Hei Nona, aku sudah tahu namamu, aku tahu siapa dirimu kau mungkin tak tahu namaku biar kuberitahu nanti, maka maaf jika namamu sudah kulangitkan di sepertiga malamku."

- Altalune Galen Hasyim

***

Hari kamis yang teramat panas, jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat 45 menit, tapi rasanya seperti matahari berada di ujung kepala saja, cuaca saat itu diperkirakan 33 derajat celcius terasa seperti bukan sore melainkan siang berkepanjangan.

"Na-Nak boleh Kakek mi-minta tolong?" ucap pria tua badannya sedikit bungkuk cara bicaranya terbata-bata.

"Boleh, Kek." Alta menjeda langkahnya masuk ke dalam mobil, pria itu baru saja ke luar dari Indomaret.

"Tampar pipi ka-kanan, Kakek." Ucapnya dengan mulut yang miring ke samping karena pipi kanan terasa membeku.

Alta sedikit terkejut dengan permintaan Kakek itu padanya, "Tap-"

"Cepatlah Nak, pipi Kakek yang ka-kanan kesemutan, lagipula Kakek sendiri yang minta, kan, cepatlah Nak. Kakek nggak tahan!" pintah Kakek itu, menekan kalimat akhir.

"Kalau gitu maaf yah, Kek."

Pak!

"Kurang ajar yah anda!"

Alta terdiam di tempat saat seorang gadis dengan beraninya menaikkan jari telunjuknya di depan wajah pria itu dengan mata yang melotot.

Suasana menjadi senyap seketika, keduanya menjadi pusat perhatian dan tontonan orang-orang.

Alta menatap di sekitarnya, ia membuang napas berat, ada banyak pasang mata yang menyoroti dirinya dan gadis di depannya itu, sungguh masalah ini menjadi besar, bisa jadi ada yang mendokumentasi dirinya melalui video, dan jika video itu viral habislah sudah dirinya.

"Bapak dan Ibu tidak perlu melihat kami, ini hanya masalah pribadi saya dengan keluarga. Jadi tidak perlu diusik, atau dijadikan tontonan. Urus-urusan kalian sendiri, terima kasih." Teriaknya menjelaskan pada orang-orang setelahnya, ia berhasil membuat mereka bubar dan kembali ke aktivitas masing-masing.

Pria itu menghela berat, "Untung saja." Ujarnya dalam hati.

"Menampar orang yang lebih tua di depan umum sama dengan anda mempermalukan diri sendiri, lihatlah pakaian anda terlihat seperti orang yang punya pendidikan tapi etika tidak terdidik, apa pendidikan terakhir anda, sampai saya harus mengajarkan anda cara menghormati orang yang lebih tua!" Bentak gadis itu diakhir kalimat, seperti sedang menantang pria di depannya.

Sang Kakek menghadang gadis itu, "Nak ka-kamu sa-"

"Tenang saja Kek, saya akan membelah hak Kakek dan memberitahu orang ini untuk lebih sopan pada orang lebih tua, jika orang seperti ini dibiarkan ia akan terus melakukannya."

"Kakek sudah baikan?" tanya Alta, menghiraukan ceramah panjang gadis di depannya, Kakek itu mengangguk sebagai respon dan memberi anggukan kedua sebagai kode agar Alta tidak terbawa emosi pada gadis yang tiba-tiba membentaknya itu.

"Sudah baikan apanya! Anda sudah menamparnya dan bertanya sudah baikan? Saya rasa anak SD lebih pandai, dari anda."

"Kamu salah paham. Saya berniat mem-" belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, gadis di depannya sudah membawa sang Kakek duduk bersamanya, tanpa sengaja Alta membaca papan nama yang tersemat di jilbab segitiga gadis itu 'Nafasya Bulan Arsyana'.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang