Part 5 - Ignored Don 't Care

710 40 0
                                    


"Altalune, seandainya kita bisa tertawa bersama, betapa bahagianya sisa hidupku. Seandainya sikapmu semanis Gibran dan setulus Rey, mungkin aku sudah mengikhlaskan panggilan Tuhan hari ini, tapi ... itu hanya andai saja, karena kutahu kamu tak'kan mau seperti itu."

– Yasmin Putri Mahendra

***

Malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi para prajurit TNI di Batalyon karena besok akan diadakan seminar bertema "Pemuda Inspiratif" yang diharapkan bisa memberi motivasi bagi para prajurit TNI. Acara ini akan mengundang 5 pemateri hebat dengan latar belakang yang luar biasa, sehingga para pemimpin di batalyon tidak ragu untuk melakukan persiapan yang matang.

"Rey, tolong ambilkan paku di atas meja," pinta Altalune, hampir seluruh tubuh pria itu dipenuhi keringat. Malam ini, setelah sholat isya, ia memimpin satuan TNI bukan hanya dari pletonnya sendiri tetapi juga dari kompi-kompi lain.

Dengan mengenakan kaos hitam yang melekat di tubuhnya, Alta semakin terlihat gagah malam itu, bersinar di bawah sorotan lampu.

"Bentar Ndan, dua menit lagi. Minum dulu." Sahut Rey segera menandaskan segelas air digenggamannya.

"Ini, paku."

Alta berbalik, ia terkejut dengan keberadaan Yasmin tiba-tiba di belakangnya, segera mungkin Alta mengambil dua paku dari dalam gelas plastik yang diberikan gadis itu.

"Terima kasih." Setelahnya Alta kembali fokus memasang spanduk tanpa memperdulikan kedatangan Yasmin.

"Ohiya tadi Ayah nitip pesan ke aku di luar, minta beli air 50 dos, di mobil ada 25 dos sisanya dianterin sama penjualnya ke sini," jelas Yasmin.

"Rey, Gibran, bantu angkat dos-dos air ke dalam, ajak anak-anak lain juga," perintah Alta sambil menyeka keringat di dahi.

"Siap, Ndan!" seru keduanya.

"Kunci mobil, Dek Yasmin," ucap Gibran, dan Yasmin menyodorkan kunci mobil dengan ramah.

Yasmin masih berdiri di samping Alta, setia menemani.

"Aku, ehm, bawa buah juga buat kamu, soalnya aku tahu kamu suka makan buah, kan? Tadi kebetulan singgah di Indomaret, jadi aku langsung beli aja," ucap Yasmin.

"Simpan saja di atas meja, terima kasih," jawab Alta sambil mengangguk. Meskipun Yasmin sedikit kecewa dengan respons yang kurang sesuai harapan, ia patuh dan menaruh keranjang rotan berisi buah yang sudah dibungkus plastik wrap di atas meja.

Alta turun dari kursi setelah cukup lama berdiri, lalu berjalan ke arah dispenser untuk meneguk segelas air yang sudah diisinya.

"Tissue, siapa tahu kamu butuh," tambah Yasmin sambil memberikan satu kotak tissue dari dalam tasnya.

"Tidak usah, di sini ada. Simpan saja untukmu." Alta mendudukkan tubuh di atas kursi kayu, menarik tissue dari pembungkusnya di atas meja lalu menyapu ke wajah hingga leher.

Raut wajah Yasmin seketika luruh, terselip kesedihan dalam matanya, ia memasukkan tissue yang ditawarkan itu ke dalam tas kembali.

"Kasihan yah Nona Yasmin dicuekin terus sama Komandan, padahal anak-anak di sini pada ngegidolain dia, kalau saja gue jadi komandan pastilah kemaren kuterima lamarannya."

"Yah beda orang beda tipe sih, tapi menurut gue Nona Yasmin itu kayak masuk kategori isteri idaman nggak sih, udah cantik, berprestasi, punya sifat keibuan kurang apa lagi."

Altalune terdiam mendengar bisikan yang nyaris merusak hatinya, sementara plastik di tangannya hancur remuk. Ia berbalik, menemukan dua junior yang tengah menggosipinya dengan berani. "Kalian berdua, push up 100 kali!" Bentaknya membuat dua junior itu terkejut.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang