Part 45 - Ya, Calon Zaujatiku

565 26 5
                                    

"Tak peduli seberapa lama harus menanti jika kamu yang saya pilih maka tahun, bulan, hari, jam, menit, bahkan detik waktu yang saya lalui akan jadi milikmu, ya calon Zaujatiku."

- Altalune Galen Hasyim

***

Bulan meneguk segelas air usai sadar dari pingsannya, setelah Lusita mendekatkan minyak kayu putih di hidung gadis itu dan memberinya pada Bulan agar ia sesekali menghirupnya.

'Saya tahu ini pasti akan terjadi. Maaf karena sudah membuatmu terkejut.'

Bulan sudah tak berani menatap dua mata Altalune selain mulut yang tertutup rapat dan jemari-jemari yang ia mainkan, sungguh apa ini sebuah kebenaran atau hanya mimpi selama ini Altalune menyembunyikan statusnya sebagai Tentara dan diam - diam ia langsung melamarnya tanpa memberitahu atau apapun itu?

Hasan menatap Bulan sebentar lalu beralih ke arah Altalune, "Boleh disampaikan ulang niatnya, kami ingin mendengarkan perkenalan kamu, agar anak saya Bulan bisa memberi jawaban tepat sebagai keputusannya."

Bulan tertegun mendengar penuturan Hasan, 'jawaban?' apa yang sudah dilakukan Bulan hingga dua pria langsung melamarnya dalam sehari, dan lamaran kedua ialah lamaran yang paling berat menurutnya.

Altalune mengangguk, pria itu kembali menegapkan tubuh, menarik napas lalu menghembuskannya pelan, "Maaf 'kan saya karena melupakan perkenalan diri diawal."

Altalune melirik ke arah Bulan, "Perkenalkan, saya Altalune Galen Hasyim, saya berprofesi sebagai Tentara pangkat Letnan Satu, bulan lalu saya dilantik sebagai Komandan Pleton."

Bulan lagi-lagi tertegun, mendengar perkenalan Altalune semua tentang pria itu benar-benar membuat Bulan sedikit shock, gadis itu kembali meneguk segelas air.

"Atas nama Allah, niat kedatangan saya meminta izin pada Bapak dan Ibu untuk melamar Nafasya Bulan Arsyana hari ini menjadi kekasih halal, dan pasangan penyempurna ibadah saya. Walau masih jauh dari kata sempurna sebagai manusia tapi saya berjanji tidak akan menyakiti Bulan, saya akan mencintainya seumur hidup karena Allah, kita akan berjalan bersama menuju surganya."

Deg.

Deg.

Bulan menyentuh dadanya, kenapa ini? Ada apa dengan dirinya, jantungnya berdegup cepat. Tapi hatinya sedang campur aduk. 'Tuhan bukakan pintu jalanmu untukku.'

Hasan sendiri tersenyum mendengar niat baik seorang pria di sana, profesinya yang matang dan tutur bicara pria itu juga terlihat sopan. Sedang Lusita menyentuh punggung tangan Bulan, wanita itu tersenyum bukankah tipe pasangan Bulan adalah seperti itu?

"Niat baik kamu saya terima, tapi sekali lagi jawaban sesungguhnya ada pada anak saya, karena bagaimanapun dia yang akan menjalani hidupnya maka keputusan ada di tangannya."

Altalune mengangguk sopan disertai senyum kecil, "Saya akan mendengarkan keputusan dari Bulan."

Hasan tersenyum balik, Bulan sendiri sudah tak berani mengangkat wajahnya. Rasa takut, terkejut, senang, semua bercampur aduk jadi satu, dua tangannya keringat dingin. Ada apa dengan dirinya?

Hasan melirik Bulan sebab gadis itu hanya diam sedari tadi. "Bulan? Boleh kami dengarkan jawabanmu Nak? Atas lamaran pria di depanmu."

Bruk.

Bulan hilang kendali untuk kedua kalinya gadis itu jatuh pingsan di pangkuan Lusita, tiga orang dalam ruang tamu menjadi panik dengan kondisi Bulan yang tak biasa seperti itu.

'Apa kedatanganku begitu menyiksamu Bulan?' Altalune merasa khawatir.

"Bulan? Bulan?" Lusita menepuk-nepuk pipi gadis itu berulang, Lusita menatap ke arah Hasan yang juga memasang wajah cukup khawatir.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang